17ㅡFight

2.4K 360 31
                                    

Need double update? I challenge you guys to leave lots comment! (komennya per paragraf ya, ga asal aja) Kalau berhasil sesuai keinginanku, aku update next chapter sebelum hari selasa:)

[]

Sebetulnya, Yoongi lebih senang menghabiskan waktu sendirian di rumah atau paling tidak, pergi ke club untuk menjernihkan pikiran. Namun nyatanya, malam ini pemuda tersebut harus berperang kembali dengan sang adik.

"Ikut aku sebentar. Aku perlu bicara," katanya dengan nada yang tegas.

Jungkook mau tak mau hanya menuruti. Mereka berdua pergi ke taman yang berada tepat di belakang rumah. Jungkook ingat sekali, kalau sedang ingin bertarung dengan sang kakak, mereka akan pergi ke tempat itu dan memulai perkelahian supaya ibu tak mengetahui. Well, meskipun saat kembali ke rumah wanita paruh baya itu akan di kejutkan dengan memar-memar yang nampak di wajah tampan kedua putranya.

"Apa yang kau katakan pada Ibu?" Yoongi berbicara tanpa basa-basi, tatapannya begitu tajam.

"Memangnya apa?"

"Jangan berpura-pura, idiot." Yang lebih tua mengepalkan tangan, berusaha sekuat mungkin untuk tak memberi tinju pada adiknya. "Sering membawa wanita berbeda ke rumah dan menidurinya? Kau pikir itu lucu untuk dijadikan bahan obrolan dengan Ibu?"

"Lucu, barangkali?"

Yoongi menahan napas sejenak, mengacak-ngacak surainya kemudian memberi tatapan marah, "Selesaikan saja disini, sekarang. Kalau kau mau aku bisa sekalian meniduri Ye Seo, biar ucapanmu pada Ibu betulan terbukti, bagaimana?"

"Jaga ucapanmu keparat!" Jungkook mulai naik pitam.

"A-apa?” Yoongi menoleh ke samping kanan sembari terkekeh konyol, “Kau bercanda menyuruhku menjaga ucapan?"

Tanpa perintah, kaki Jungkook dengan cepat melangkah dan mulai memukul Yoongi, "Coba saja kalau kau berani menyentuhnya barang seinci pun!"

Yoongi tak tinggal diam seperti saat-saat sebelumnya. Kali ini agaknya mereka memang harus sedikit memberi pelajaran pada masing-masing.

Jungkook memukul Yoongi sekuat tenaga. Semua kekesalan ia tumpahkan saat itu juga.

Bayangan-bayangan kebersamaan mereka kembali terngiang layak kaset yang rusak namun dipaksa untuk di putar kembali demi mengingat bagaimana manisnya masa lalu.

Semuanya tak ada yang berarti.

Dendam menjadi salah satu yang terberat sekarang.

Selang beberapa saat, dengan napas putus-putus, Jungkook terkapar di rumput yang sedikit basah ketika Yoongi kembali melayangkan satu pukulan kelewat keras. Bahkan Jungkook terkejut, sejak kapan kakaknya sekuat ini? Atau apa karena Yoongi tak pernah menunjukan kekuatannya pada Jungkook dengan sungguh-sungguh makanya lelaki muda itu tak tahu? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Jungkook kurang yakin.

Lelaki yang lebih tua itu mengusap asal pelipisnya yang mengeluarkan darah. Aroma besi berkarat mulai tercium. Yoongi meludah kasar sebelum menendang tubuh Jungkook, “Demi Tuhan, Jung. Sekarang. Ah, tidak. Maksudku, detik ini, aku tidak akan berdiam diri seperti sampah lagi.” ucapan pria dingin itu penuh penekanan, “Aku akan melakukan apapun yang ingin kulakukan sekali pun menyentuh milikmu. Cegah aku kalau kau mampu.”

(#)

Kembali dari supermarket setelah memenuhi rincian belanjaan yang diberi ibu, Ye Seo justru di pertemukan dengan seseorang yang sedang meringkuk lusuh di depan halte berbarengan dengan wajahnya yang di penuh luka.

That SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang