Depok, Mei 2017
Raka tengah sibuk dengan lembaran tugasnya di perpustakaan kampus. Tak pernah berubah. Raka tetap rajin belajar sampai ke perguruan tinggi. Selalu berusaha meraih nilai sempurna di segala bidang.
"Raka!"
"Makan, yuk!" Ajak Rio. Rio dan Raka masuk satu kampus dan fakultas yang sama. Raka masuk fisika, sedangkan Rio statistika."Bentar. Nanggung ini." Jawab Raka.
"Ayolah! Jangan terlalu kaku, deh." Ajak Rio.
"Berisik."
"Ya kalau nggak mau gue berisik, ayo buruan!"
"Iya. Bentar banget."
"Sekarang. Nggak pakai bentar!"
"Malu dilihatin orang, bego!" Keluh Raka. Raka dan Rio sering dianggap homo karena mereka selalu berdua, pun tak ada kabar kedekatan mereka dengan wanita manapun.
"Ayo, Raka!"
"Iya, udah, iya!" Raka pun menutup bukunya untuk meninggalkan perpustakaan.
Sebelum sampai di tempat mereka akan menikmati makan siang, ponsel Raka berbunyi nyaring. Ia pun berhenti untuk mengangkat teleponnya.
Tak berselang lama, Raka memutuskan sambungan teleponnya.
"Kenapa?" Tanya Rio penasaran.
"Gue harus ke Bandung." Jawab Raka. "Secepatnya!"
🌙
Bandung, Mei 2017
Semua orang dalam ruangan itu penuh dengan raut kekhawatiran. Lilis tak bisa tenang di ruang tunggu. Ia ingin segera bertemu dengan puterinya. Pun Fikri yang kebetulan pulang ke Bandung untuk merayakan kelulusan Mikha, berusaha untuk menenangkan wanita yang disayanginya itu.
Setelah lebih dari satu jam, beberapa dokter keluar dari ruang operasi. Lilis segera bangkit menghampiri dokter tersebut. "Bagaimana, dok?"
"Tidak apa-apa, bu. Semuanya akan baik-baik saja. Puteri ibu bisa segera dipindahkan ke bangsal."
"Terimakasih, dok." Ucap Lili lega. Ia pun jatuh ke pelukan Fikri.
"Adikmu, Fik. Ibu nggak tega lihatnya." Keluh Lilis.
Fikri tak bisa mengeluarkan kata-kata lagi. Ia hanya memeluk ibunya kuat karena sesungguhnya ia pun tak tega melihat kondisi adik semata wayangnya.
🌙
Depok, Mei 2017
Raka yang mendapatkan kabar kecelakaan Mikha dari Fikri langsung kelimpungan. Padahal, Fikri sudah memintanya untuk tenang tidak perlu panik.
Raka sudah terlalu lama melupakan Bandung, melupakan Mikha, pun dengan segala kenangan indah masa kecilnya. Ia merasa kini tak ada lagi alasan untuk tidak menjenguk kampung halamannya.
Raka memberi tahu Fatma tentang kondisi Mikha agar diizinkan untuk pergi ke Bandung seorang diri. Dan sebenarnya, Fatma sudah lama menunggu Raka meminta izin ke Bandung karena sudah sangat lama Raka enggan pulang ke Bandung.
Dengan menggunakan bus antarkota. Raka memberanikan diri untuk pulang. Untuk menemui Mikha.
🌙
Bandung, Mei 2017
Raka berdiri di depan pintu. Tangannya masih ragu untuk mengetuk pintu rumah yang sudah amat lama ditinggalkannya. Tapi, ia tak punya pilihan lain, ia sudah sampai di sini. Sudah pulang.
Perlahan, Raka mengetuk pintu rumah. Namun, tak ada jawaban sama sekali. Raka masih berusaha mengetuk dan mengucapkan salam beberapa kali, sayangnya nihil. Tak ada jawaban.
"Mas, mas. Nyari siapa?"
Raka yang mendengar teguran itu segera membalikkan tubuhnya.
"MasyaAllah, Mas Raka?"
Raka hanya tersenyum ketika lelaki paruh baya yang tinggal di sebelah rumahnya itu melangkah mendekatinya. "Mas, lama sekali tidak ke sini." Tegurnya.
"Iya, Mang. Mamang tau kenapa rumahnya sepi?" Tanya Raka.
"Tadi siang pada pergi bareng-bareng. Nggak tau kemana, atuh. Sampai sekarang masih belum kembali." Jawabnya.
"Oh, terimakasih, Mang."
"Mau ke rumah mamang dulu? Istirahat di sana sambil nunggu pada pulang." Tawar Mang Dika.
"Nggak usah, Mang. Saya kabari Bang Fikri aja."
"Ya sudah kalau begitu. Mamang mau ke kebun dulu, ya. Kalau bosan mampir sana ke rumah."
Raka mengangguk, lalu membiarkan lelaki itu melangkah meninggalkannya.
Setelah kepergian Mang Dika. Raka segera menghubungi Fikri guna mencari tahu di mana Mikha dirawat.
🌙
Rumah Sakit di Bandung, Mei 2017
Mikha baru saja sadar dari pengaruh obat bius. Ia hanya menatap kosong ke arah keluarganya yang masih tak menyangka atas kecelakaan yang terjadi padanya.
Di tengah diamnya Mikha, tiba-tiba pintu ruang rawat inapnya terbuka pelan. Perlahan, terlihat sosok lelaki berkacamata muncul di ambang pintu.
"Raka," Mikha berucap tak percaya. Sedang seisi ruangan pun mendadak mengalihkan pandangan pada sosok Raka.
Lilis beranjak dari samping tempat tidur Mikha. Ia melangkah mendekati Raka untuk menyambut kedatangannya. Begitu pun Nenek dan Fikri.
Setelah memberikan salam dan melepaskan kerinduan. Raka mendekatkan dirinya ke arah Mikha. Ia menatap gadis kecilnya yang kini kepalanya terbalut perban.
"Are you okay?" Tanya Raka dengan suara berat yang lembut.
Mikha ingin sekali menangis karena setelah sekian lama ia tak bertemu dengan sahabat kecilnya. Ia langsung memeluk erat tubuh Raka. Ditumpahkannya semua kerinduan atas kehadiran Raka.
"Kamu yang buat aku merasa baik-baik saja sekarang." Bisik Mikha dalam pelukannya. Raka pun bergerak untuk membalas pelukan Mikha.
"Terimakasih, sudah kembali."
🌙
KAMU SEDANG MEMBACA
ALUM
Teen Fictiona.lum (adj) : layu "Satu hal yang aku percaya tentang kepergianmu. Kamu akan pulang." Best Rank 1 dalam #lepas (12 Juli 2019)