Bandung, Januari 2018
Mikha menitikkan air matanya ketika melihat kembang api bersautan menyambut pergantian tahun. Ia kemudian menunduk untuk menyembunyikan kesedihannya.
Fikri berjongkok di dekat Mikha. Ia mengelus punggung tangan Mikha sambil berusaha menenangkannya. "Semuanya akan baik-baik saja, Mik." Ucap Fikri. Tapi, itu malah membuat isakan Mikha semakin kuat.
Fikri mendekap Mikha dengan erat. Membiarkan adik bungsunya itu tenang dalam pelukkanya.
🌙9
"Bang, aku mau lihat Raka." Ucap Mikha.
"Nanti, ya? Nunggu dokter visit dulu." Jawab Fikri.
"Sebentar ajaa, ya?" Bujuk Mikha.
"Nanti dulu, ya?"
Mikha menggeleng.
Fikri menghela pelan. "Oke. Kita ke sana, tapi sebentar aja."
Mikha tersenyum senang.
Fikri mendorong kursi roda Mikha menuju ruang ICU --tempat Raka dirawat. Dengan tangan yang masih terpasang selang infus, Mikha berusaha terlihat bahagia ketika mengunjungi Raka.
"Sendiri?" Tanya Fikri saat membantu Mikha menggunakan baju khusus.
"Kalau abang mau ikut nggak papa." Jawab Mikha.
Fikri mengelus pelan puncak kepala Mikha. "Harusnya kamu nggak boleh masuk, kamu juga masih sakit, kan."
Mikha tersenyum kecut.
"Udah siap?" Tanya Fikri.
"Harus siap." Jawab Mikha.
Fikri pun menatap Fatma yang sedang duduk di luar ruang ICU, meminta izin untuk masuk bersama Mikha. Kemudian, ia pun mendorong kursi roda Mikha untuk masuk ke ruang ICU.
Fikri membiarkan Mikha dekat dengan Raka. Ia pun menjauh beberapa langkah dari mereka.
Mikha menatap raga Raka yang terbaring dengan beberapa alat bantu terpasang di tubuhnya. Air matanya kembali jatuh ketika akhirnya diberi kesempatan melihat kondisi Raka secara langsung.
"Selamat tahun baru, Raka." Ucap Mikha dengan suara gemetar. Ia tak bisa lagi menyembunyikan isakannya.
"Raka, kamu harus bertahan, ya? Biar kita bisa ke rumah pohon. Biar kita bisa main-main di bukit. Biar kita bisa seneng-seneng di Bandung," Ucap Mikha.
"Aku nggak papa kehilangan langkahku, asal aku nggak kehilangan kamu, Raka. Aku mau kamu cepat sadar." Lanjutnya sambil mengelus punggung tangan Raka.
"Aku sayang sama kamu, Raka." Mikha kembali terisak.
Fikri mendekat. Ia berbisik meminta Mikha untuk meninggalkan ruangan. Mikha hanya mengangguk pasrah, lalu Fikri mulai mendorong kursi roda Mikha keluar dari ICU.
🌙
Lilis mengusap lembut rambut putrinya yang tergerai indah. Ia selalu ingin menangis ketika melihat kondisi putrinya.
"Bu, jangan sedih." Ucap Mikha ketika melihat raut wajah ibunya.
Lilis segera tersenyum. "Ibu nggak sedih. Kalau kamu ada nggak sedih, masa ibu sedih. Ibu akan ngasih kekuatan buat kamu supaya kamu bisa jalani ini semua dengan baik, ya? Ibu janji, mulai semester depan, ibu akan temenin kamu tinggal di Depok."
"Makasih, bu."
Lilis tersenyum. "Sebelum pulang, pamit sama Raka dulu, ya? Dokter bilang dia udah bisa melewati masa kritis, jadi kemungkinan dia akan pindah ke ruang rawat walaupun belum sadar."
"Kalau gitu, Mikha ke sananya setelah Raka dipindah saja. Biar nggak repot."
Lilis hanya mengangguk. Ia senang melihat Mikha yang masih penuh semangat meski ia tak bisa lagi berjalan dengan kedua kakinya.
Siang itu, Mikha sudah diizinkan pulang. Seperti yang direncanakan, ia akan mengunjungi Raka sebelum pulang.
Dan sebuah kejutan untuk Mikha, karena Raka telah sadar saat ia berkunjung. Gadis dengan kursi roda itu tersenyum bahagia melihat Raka.
"Raka," Mikha berseru penuh rindu.
Raka tersenyum.
"Aku sudah boleh pulang. Kamu kapan? Masih ingat kan kalau kita harus mengunjungi rumah pohon?" Tanya Mikha.
"Aku pasti akan keluar secepatnya." Jawab Raka. "Kamu kenapa masih pakai kursi roda? Bukannya mau pulang?" Tanya Raka.
Mikha tersenyum getir. "Setelah ini, kursi roda ini akan selalu bersamaku, Ka. Dia akan menggantikan fungsi kedua kakiku untuk mengantarku."
"Kamu-"
"Iya. Aku tidak bisa lagi berjalan karena kecelakaan itu."
"Maaf,"
"Tidak masalah." Jawab Mikha dengan getir. "Aku senang karena kita masih sama-sama selamat. Tentang kakiku, aku yakin kamu masih mau bersamaku walaupun aku tidak bisa berjalan lagi."
"Aku akan terus bersamamu, Mikha. Menemani tiap langkahmu yang mungkin akan berbeda."
Mikha tersenyum. "Yang membuat berbeda adalah kamu selalu bersamaku. Terimakasih, Raka."
🌙
KAMU SEDANG MEMBACA
ALUM
Teen Fictiona.lum (adj) : layu "Satu hal yang aku percaya tentang kepergianmu. Kamu akan pulang." Best Rank 1 dalam #lepas (12 Juli 2019)