Jakarta, Juli 2018
Hari ini, Mikha akan menjalani kemoterapinya. Karena menurut hasil pemeriksaan, tumor yang dideritanya kini kian parah.
"Bu, Raka nggak jadi datang?" Tanya Mikha.
"Belum tau. Belum ada kabar dari Nak Raka." Jawab Lilis.
Mikha menatap jendela dengan lesu. Dua hari yang lalu, Raka berjanji akan datang pada kemoterapi keduanya. Tapi, hingga kini tak tampak diri Raka.
🌙
D
epok, Juli 2018
Raka menatap kesal Rio yang baru saja keluar dari kelasnya.
"Santai aja, Bro."
"Santai gimana, sih? Lo yang udah janji mau bolos kelas, eh malah masuk. Mau sampai jam berapa?" Keluh Raka.
"Mau gimana lagi? Ntar kalau gue nggak masuk nggak dapet nilai presentasi."
"Tau ah!" Raka berseru kesal, lalu melangkah meninggalkan Rio.
"Raka! Elah, baperan banget lo."
"Bukan masalah baper, masalahnya itu Mikha."
"Mikha?" Tanya Rio. "Kenapa dia?" Raut wajahnya berubah samar. Rio tak tau jika Raka akan mengajaknya bertemu Mikha, yang ia tau hanya Raka mengajak ke perpunas untuk melakukan survei.
"Ka? Jawab napa, sih?" Rio menarik bahu Raka dengan kasar.
"Mikha hari ini kemoterapi."
"Kemoterapi?" Rio kembali dibuat tak percaya. "Bukannya dia udah baik-baik aja?"
"Susah diceritain! Mendingan sekarang kita cepet cabut!" Ajak Raka. Tanpa babibu Raka menarik tangan Rio ke motornya.
🌙
Jakarta, Juli 2018
Beberapa jam pasca kemoterapi, kondisi Mikha terlihat kurang baik. Wajahnya masih pucat, sesekali muntah, dan mengeluh sakit kepala.
Lilis mendekati putrinya setelah usai sembahyang. Ia mengelus kepala putrinya pelan. Tak tega dirinya melihat kondisi sang putri yang terlihat begitu lemah.
"Kamu mau apa, Nak? Nanti ibu carikan."
Mikha tersenyum. "Apapun?"
Lilis mengangguk.
"Mikha ingin ketemu Bapak."
Lilis tercekat mendengar keinginan putrinya. Ia sudah sangat lama berpisah dengan suaminya.
"Tapi, kalau ibu tidak bisa nggak masalah." Jawab Mikha segera ketika menyadari raut wajah ibunya.
Lilis tersenyum. "Kalau itu keinginan kamu, ibu akan usahakan."
"Terimakasih, bu."
Sejujurnya, Mikha tidak ingin membuka luka lama ibunya. Tapi, ia pun sangat ingin untuk bertemu dengan sosok bapaknya sebelum ajal menjemput. Karena ia merasa, waktunya sudah tak banyak lagi.
🌙
Menjelang isya' Rio dan Raka sampai di rumah sakit tempat Mikha menjalani kemoterapi. Mereka kembali hadir untuk menghibur gadis itu. Tawa mulai hadir di wajah Mikha dan itu menghadirkan ketenangan di hati Lilis.
"Raka, beberapa waktu yang lalu, aku ketemu Kak Arzam." Ucap Mikha.
"Arzam siapa?" Tanya Rio.
"Seriously?" Tanya Raka. "Akhirnya kamu ketemu lagi sama dia."
"Dia tau tentang kondisi lo?" Tanya Rio.
Mikha mengangguk. "Aku ngasih tau dia, terus dia ngajak aku ke rumah singgah."
"Dan di sana, aku punya teman baru. Kapan-kapan aku ajak kalian ke sana, deh!"Raka dan Rio tersenyum hampir bersamaan. Keduanya senang karena Mikha bisa tertawa.
"Nanti pas libur awal tahun gue ke Jakarta, biar bisa nemenin lo ketemu temen-temen baru lo di rumah singgah, gimana?"
"Lama benget, Rio! Ini aja baru aja mulai." Sergah Raka.
Mikha tertawa kecil. "Nggak usah lama-lama, nanti kalau kalian libur dan aku udah pulih, kita ke sana, oke?"
"SIAP, BU BOS!" Jawab Rio sambil melakukan gerakan hormat.
Mikha kembali tertawa. "Gimana kuliah kalian?"
"Biasa aja kalau gue."
"Kamu, Ka?"
"Biasa juga."
"Lo sekarang suka ngikutin gue apa gimana, sih?" Keluh Rio.
"Nih, ya, Raka itu sekarang banyak bolosnya. Gue aja nggak nyangka mahasiswa ber-IPK tinggi macem dia bisa suka bolos." Raka berusaha menutup mulut Rio dengan kesal."Beneran, Ka?"
"Mana mainnya di fakultas kedokteran mulu lagi! Gue heran dia punya gebetan di sana."
"Rio!" Raka berseru kesal.
"Serius, Raka? Kamu suka sama perempuan? Akhirnya!" Mikha ikut menertawakan Raka.
"Nggak, kok, Mik. Dia kebanyakan bohongnya."
"Halah bohong lo! Orang modus mana ada yang mau ngaku, ya nggak, Mik?"
Mikha mengangguk cepat. "Kalau emang suka bilang aja kali, Ka. Nggak usah malu-malu gitu."
"Emang nggak ada yang disukai, Mikha."
"Bohong!" Rio memotong lagi.
"Diem aja, deh lo!" Raka akhirnya kesal dengan Rio.
"Gimana, Raka?" Tanya Mikha.
"Gimana apanya?"
"Perempuan yang kamu suka,"
"Nggak ada, ah. Kamu istirahat aja, ya? Aku sama Rio mau cari makan dulu." Raka menarik lengan Rio untuk keluar dari ruang rawat Mikha.
Mikha masih menyisakan senyum manisnya. Masih ada yang menghadirkan senyumnya, artinya masih ada alasannya untuk bertahan.
🌙
KAMU SEDANG MEMBACA
ALUM
Teen Fictiona.lum (adj) : layu "Satu hal yang aku percaya tentang kepergianmu. Kamu akan pulang." Best Rank 1 dalam #lepas (12 Juli 2019)