24. Benci

1.1K 45 0
                                    

Lebih baik menunggu sedikit lama daripada harus terburu buru tapi berakhir tidak bahagia

Malam ini semua pengurus osis sedang berkumpul di cafe tempat mereka biasa berkumpul. Yah tidak semua sih,hanya ada beberapa anggota inti saja seperti ketua umum,wakil ketua,bendahara,sekertaris maupun anggota penting lainnya

Kalian tau apa yang akan mereka bahas? Ya tentang kejadian tadi siang yang sempat dialami oleh anggota osis mereka yaitu Hamam,Milena dan Lutfi

"Telfon dulu tuh anak"
kata Caroline menyuruh Zibran

Panggilan pertama

Panggilan kedua

Panggilan ketiga

Panggilan keempat

Panggilan kelima

Panggilan keenam pun tidak ada yang menjawab panggilan Zibran tersebut, Ia terus menghubungi Hamam dengan susah payah hingga pulsanya mencapai titik terakhir penghabisan. Begitupun saat ia menghubungi Milena,tidak ada jawaban. Malah Milena mematikan ponselnya saat itu

"Car..sini deh gue mau ngomong"
Zibran mengajak Caroline ke sudut cafe itu

"Napa?"

"Gue takut.."

"Sama?"

"Hamam.. Milena"

"oh"

"Lo tau kan gimana tempramennya Hamam sama Milena? Apalagi dengan status ya..lo tau lah"

"Iya,i know"

"Apa mungkin sesuatu hal yang ga kita mau terjadi?"

"Bran, liat gue. Lo harus percaya sama mereka,mau bagaimana pun Hamam adalah suami sah Milena gaakan mungkin Hamam sampe berani ngelakuin hal itu"

"He em. Tapi lo tau kan sifat Hamam gimana"

"Iya gue tau bran. Maka dari itu, kita sesekali harus bisa lepas mereka dari organisasi ini. Biarin lah mereka cari jalan keluar sendiri"

"He em"

"Lo tuh bran terlalu memanjakan Hamam dan Milena sampe masalahnya kaya gini"

"Udah lah car,mening sekarang kita bahas dulu gimanapun caranya osis disekolah kita gaboleh terlihat kehilangan anggota"

"Iya gue ngerti Zibran. Yu cabut"

•••

"Oke beres"
Kata Laki laki itu dengan tangan yang berlumuran darah dan beberapa benda tajam disampingnya

"Anterin sana depan pintunya"

"Tapi,ini gapapa bos?"
kata salah satu anak buahnya

"Lo nantang gue? Gue tonjok abis lo nih"
ia mengepal tangannya yang penuh dengan darah warna merah itu

"Ehe Maaf bos maaf"

"Silmi mana?"

"Udah kita beresin bos"

"Oke bagos"

"Kemaren silmi sempet berontak lagi waktu kita kasih makan bos"

"Terus?"

"Kita gakuat. Jadi kita pake suntikan yang bos kasih,sampe sekarang pun silmi belum bangun"

"Oke oke,and?"

"Hehe,amplopnya belum bos"

"Jaelah dasar mata duitan"
Bos besar itu melempar sebuah amplop tebal untuk para anak buah didepannya

Who?✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang