Seminggu kemudian.
Apartemen..
.
"Chenle kau mau pergi main?." tanya Ara saat melihat Chenle sudah rapi dengan kaos serta celana jeans pendek.
"Yaa ada janji dengan Renjun dan Jaemin." jawab Chenle.
"Ohh begitu, aku juga ingin pergi nanti kau beli makan sendiri saja yaa. Aku tidak mau memasak, aku bosan jika hari minggu harus repot." ujar Ara.
"Iyaa." jawab Chenle, segera pergi dari apartemen ke rumah Renjun.
Di rumah Renjun sudah ada Jaemin juga. Mereka bertiga tampak serius memandang surat yang Renjun temukan beberapa hari yang lalu.
Disana tertulis jika Haechan, Jisung dan Jeno menantang mereka untuk bertemu di gedung kosong belakang sekolah.
"Kita akan ke sana?." tanya Renjun.
"Tentu saja, jika kita tidak kesana mereka akan semakin mengejek dan semakin tidak tahu diri." jawab Chenle.
"Kau benar, kita harus kesana." sahut Jaemin.
..
Mereka bertiga segera pergi ke gedung belakang sekolah tapi di sana mereka tak menemukan seorangpun.
"Yakk! yaak! yakk! lepaskan!." ronta Chenle, Jaemin dan juga Renjun saat tiba-tiba ada orang yang mendekap mata mereka.
"Lepasss!." teriak Chenle dan saat itu juga tutup mata mereka terbuka.
Chenle melihat di depannya Renjun, Jaemin yang sudah diikat di kursi begitu juga dengan dirinya.
Chenle melihat sekelilingnya ia tahu jika tempat ini adalah ruang bawah tanah tempat saluran air di sekolahnya.
Mereka bertiga terus meronta, agar tali itu bisa terlepas tapi tetap saja sia-sia tali itu terlalu kencang. Selang beberapa menit.
Datang tiga orang yang memakai pakaian serba hitam, dengan membawa Haechan, Jisung dan Jeno. Mereka juga sama ditutup matanya setelah itu diikat di kursi.
Haechan tampak terkejut saat tahu Chenle, Renjun dan Jaemin sudah ada di sana.
Berjam-jam mereka disekap di tempat itu, tak ada yang memulai pembicaraan sama sekali, mereka masih sibuk berusaha melepaskan ikatan itu. Dan sekarang ditambah Mark yang datang seperti mereka saat di bawa ke sini.
"Ku kira ini semua rencanamu Mark." ejek Haechan.
"Aku? Yang benar saja, aku kesini mencari kalian dan malah berakhir di sini." jawab Mark.
Suara tawa mengelegar, membuat mereka diam,"Boss apa mereka bertujuh sudah cukup?." tanya penjahat yang menangkap mereka dibalik kegelapan.
"Ku rasa sudah cukup, mereka juga tampak sehat dan cukup kuat. Jadi kita bisa segera mengambil organ dalam mereka." jelas seseorang yang dipanggil boss itu.
Mereka bertujuh bergeridik ngeri saat tahu apa tujuan orang-orang serba hitam itu.
"Yakk lepaskan kami!." teriak Jaemin tidak terima.
Suara tawa itu terdengar kembali, "Mana mungkin aku akan melepaskan kalian hah! Kalian tunggu disini, sebentar lagi mobil datang akan membawa kalian." ucap pengawal boss itu.
"Tolong, tolong! Tolong!." teriak Chenle.
"Diamlah kau... Chenle." sahut Jeno.
"Yakk... Bagaimana aku bisa diam hah?! Sebentar lagi kita akan mati ditangan psikopat itu, mati!!." teriak Chenle pada Jeno.
"Kalian ini sudah mau mati masih saja bertengkar hah! Jika kita kerja sama mungkin kita bisa keluar dari tempat ini." teriak Mark frustasi.
"Apa yang bisa diharapkan Mark, berkerja sama dengannya? Aku tak sudi." sahut Haechan.
"Kau pikir kami juga mau hah! Dengan teganya kalian meninggalkan kami waktu itu, bekerja sama yang benar saja." teriak Renjun.
"Kami ingin kembali, tapi kami ditangkap polisi. Apa kalian tahu itu? bagaimana frustasinya kami?." teriak Jisung pada mereka.
"Diamlahh!.. kalian semua. Aku tahu kalian saling kecewa tapi ku mohon kali ini saja... Kita harus berkerja sama untuk membebaskan diri dulu. Jika kalian mau bertengkar nanti saja setelah kita bebas, kalian ini bertengkar tidak tahu suasana." omel Mark membuat mereka semua terdiam, ada benarnya kata Mark saat ini.
Tiba-tiba Jisung yang ada dipojok, ia terisak dan menangis sampai sesegukan.
"Jisung... Kenapa kau menangis hem?." tanya Jaemin lembut.
Jisung terus terisak saat ini. Haechan yang ada duduk paling ujung melihat pecahan kaca, di belakang kursi Chenle.
"Chenlee... Yakk Chenle shut, shut." bisik Haechan.
"Apa?." tanya Chenle dengan ketus.
"Kau lihat pecahan kaca di belakangmu? Kita bisa mengunakannya untuk melepaskan ikatan tali kita." kata Haechan.
Chenle segera menoleh dan melihat percaham kaca itu, ia berusaha meraih pecahan kaca dengan mengeser-geser kursinya.
"Chenle, apa yang kau lakukan?." tanya Renjun.
"Itu." tunjuk Chenle dengan dagunya.
Mereka semua menjadi terfokus pada apa yang ditunjuk Chenle, mereka sedikit gembira saat Chenle berhasil mendapatkan pecahan kaca itu.
Chenle segera mengosok pecahan kaca itu pada tali, setelah beberapa menit akhirnya ia bisa lepas. Ia segera melepas ikatan Mark yang ada di sampingnya, dan bergantian kelainnya juga.
"Akhirnyaa." ujar Jeno sambil memegangi tangannya yang memerah karena tali, begitu juga dengan yang lainnya.
"Kalian berusaha kabur!." teriak Boss psikopat itu pada mereka.
Jeno yang tidak terima dengan segera mengangkat kursi dan melemparkan pada para psikopat itu tapi, mereka mampu menghindar.
"Kalian berani padaku?!." teriak Boss psikopat itu dan mengarahkan pistol pada mereka. Mereka tampak terdiam dan terus mundur.
"Astagaaa... Bagaimana ini?." gumam Jaemin panik.
Mark yang tahu situasi ini tak baik untuknya dan teman-temannya, ia memberanikan diri untuk melangkah maju hendak melawan boss psikopat itu.
Duarrr.
Psikopat itu menembak Mark sebelum datang ke arahnya, Mark tersungkur ke tanah begitu saja.
"MARK!!." teriak mereka
TBC 💚
![](https://img.wattpad.com/cover/170697109-288-k903093.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You [NCT 2018]
Fanfiction*You are my reason* School life with NCT *NCT 2018 *EXO *BTS Cerita ini terinspirasi dari beberapa drama dan ide sendiri.