28

1K 78 4
                                    

"Tapi-." bantah Ara

"Sudah kau menurut saja." kata Taeyong dan bergegas pergi dari sana. Ara hanya mampu menatap kepergian Taeyong, dengan perasaan khawatir.

"Ara? kenapa kau ada disini?." Ara menoleh ke sumber suara yang sudah ia nanti sedari tadi.

"Ohh,, Jaehyunn,, kau tidak kenapa-napa?." tanya Ara.

"Tidak, memangnya kenapa? Aku kelamaan yaa? Tadi aku harus mencari Pak Won sampai rumahnya." jawab Jaehyun.

"Ahh,, syukurlahh, Astagaa apa maksudnya tadi? OMG Taeyong pasti dijebak." Ara mulai panik.

"Apa maksudmu Taeyong dijebak?." tanya Jaehyun.

"Tadi Taeyong mendapat telephone dari seseorang tak dikenal katanya Taeyong harus segera menemuinya agar kau baik-baik saja." jelas Ara.

"Di mana tempatnya?."

"Katanya di bawah jembatan, sebaiknya aku telephone dia."ucap Ara segera meraih handphonenya, menghubungi Taeyong dan bergegas pergi ke tempat itu dengan Jaehyun.

Dret dret dret.

"Hallo Ara, kenapa? Ahh ku rasa kau benar." kata Taeyong, mematikan sambungan telephonenya,  saat tahu siapa orang yang menjebaknya.

"Akhirnya kau datang juga." ujar Doyoung, yang kini bersama anak buahnya, termasuk Taeil.

"Hai, kau sampai kapan kau terus bersamanya, itu akan terus menyiksamu." teriak Taeyong sambil menatap Taeil.

"Kau tahu apa hah? Habisi dia!." intruksi Doyoung, anak buah Doyoung yang jumlahnya cukup banyak mulai mengkroyok Taeyong. Taeyong segera menyiapkan kuda-kudanya dan menepis serta mengembalikan serangan yang ia dapatkan. Ia terus melawan mereka walaupun saat ini ia mulai kelelahan. Ia mengusap peluhnya yang mulai bercucuran.

Tanpa ia sadari ada yang menendangnya dari arah samping membuatnya tersungkur. Seorang dari mereka hendak memukulnya, seketika Taeyong menutup matanya.

Brakk.

"Hyung baik-baik saja?." tanya Jaehyun yang berhasil menjatuhkan orang yang ingin memukul Taeyong.

"Aku baik-baik saja." jawab Taeyong dan segera bangkit.

"Waahh wahh wahh kakak adik yang menyebalkan ini, akhirnya jadi satu juga." ucap Doyoung dengan smirknya.

"Astagaaa bagaimana ini." guman Ara yang mengintip mereka dari balik tembok dengan tangan bergetar. Ia segera menghubungi Johnny untuk meminta bantuannya, selang beberapa menit Johnny sudah sampai di sana.

"John,, cepatlah kesana bantu mereka." ucap Ara.

Johnny yang melihat Taeyong dan juga Jaehyun yang semakin tersudut segera membantu mereka.

"Kenapa kau ada disini hah?!." teriak Taeyong saat tahu Johnny ikut bergabung.

"Jika bukan Ara yang meminta dan Jaehyun juga ikut disini, kau pikir aku mau hah?." teriak Johnny.

"kalian ini, fokus Donk!." teriak Jaehyun pada mereka berdua.

"Jaehyun awas!." teriak Johnny saat tahu ada yang mengarahkan balok kayu pada Jaehyun. Ia segera berlari ke arah Jaehyun.

Brakkk.

Johnny tersentak saat tubuh Taeyong jatuh pingsan sambil mendekap tubuhnya.

Doyoung yang melihat kejadian di depannya memutuskan segera pergi dari san bersama anak buahnya.

"Ayoo pergi sebelum kita ketahuan." teriak Doyoung.

Ara yang melihat Johnny mendekap tubuh Taeyong yang lemas segera menghampiri mereka.

"Aigooo,, Ayoo cepat kita bawa taeyong ke rumah sakit." ucap Ara. Johnny dan Jaehyun segera mengangkat tubuh Taeyong dan membawanya ke rumah sakit.

Dokter sudah memeriksa Taeyong, dia baik-baik saja, tidak ada cidera yang parah dari pukulan balok kayu itu, hanya saja mereka harus menunggunya hingga siuman. Tapi ini sudah hampir tiga jam Taeyong juga belum bangun. Luka Johnny dan  Jaehyun sudah diobati.

"Johnny sebaiknya kau pulang saja, ini sudah malam." ucap Jaehyun.

"Baiklah." jawab Johnny, ia masih menatap Taeyong, bagaimanapun juga hari ini dia sudah diselamatkan Taeyong.

"Ayo aku antarkan, sekalian aku mengurus administrasi." ajak Jaehyun.

"Aku pulang duluan yaa Ara." pamit Johnny.

"Iyaaa, aku nanti menunggu Chenle saja, hati-hati yaa Johnny." Jawab Ara.

"Iyaa." jawab Johnny, ia  segera mengikuti Jaehyun dan pergi darisana.

Ara menatap Taeyong yang masih menutup matanya, Ara yang mulai lelah, menidurkan kepalanya ke sisi ranjang yang masih tersisa dengan tangannya sebagai tumpuan, ia mengengam tangan kanan Taeyong dan memainkanya.

"Yaa ampun,, tanganmu kasar sekali, seperti kakek-kakek, kapan kau akan bangun huh? Ternyata walaupun kau dingin, kau selalu peduli dengan yang lain. Johnny saja sudah mulai mau menerimamu, yahh,,walaupun dia masih dendam padamu. Semoga kalian cepat akur." guman Ara dan mulai terlelap disana.

"Haii,, Taeyong jangan melamun."

"Ohh Winwin, bukankah kau sudah tiada?."

"Kau ini bicara apa? Aku masih ada dan baik-baik saja."

"Ahh."

"Taeyong."

"Iyaa, apa?"

"Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri Yong, itu semua bukan salahmu, kau tahu itu semua takdir. Ahh aku jadi rindu saat kita bermain game dulu, aku, kau, Johnny dan juga Jaehyun.... astagaa kau lawan yang paling sulitt, aku juga rindu saat kalian mengejekku, aku senang melihat kalian tertawa karena tingkah konyolku, kau tahu rasanya,, aku seperti punya keluarga yang sesungguhnya bukan hanya sekedar teman. Kau harus bahagia Yong dan mulailah membuka diri seperti dulu,, kau harus jadi Taeyong yang ceria seperti dulu,, ahh iyaa Aku sudah bahagia disini dan terimakasih kau sudah mau menjaga Ara untukku."  ucap Winwin sambil tersenyum pada Taeyong.

"Winwin!." teriak Taeyong, ia mengedarkan pandangannya, mulai mengingat semuanya kejadian hari ini.

Dari baunya saja Taeyong sudah tahu jika saat ini ia berada di rumah sakit. Ia merasakan tangan kanannya yang digengam erat, ia melirik siapa pemilik tangan itu.

wqalaupun wajahnya tidak terlihat ia tahu itu pasti Ara, karena ia tahu dari gelang yang Ara pakai. Ia mengusap lembut surai ara dengan tangannya yang lain.

"Maafkan aku Ara,,, seharusnya aku bisa menjaga Winwin untukmu." ucap Taeyong. Jaehyun yang sudah kembali ia mendengar perkataan Taeyong, dan menatap Taeyong dan juga Ara dari kejauhan.

TBC

You [NCT 2018]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang