9.

1.1K 42 3
                                    

     Papi memesan bus yang bagus perjalanan cukup nyaman aku duduk di samping kak Izal dia sibuk dengan ponsel nya seperti biasa.
Aku hanya diam menikmati indahnya jalanan yang macet lampu lampu kendaraan memancarkan cahaya yang menerangi jalan.

Ku lirik kak izal masih sibuk dengan ponsel kesayangan nya  kuambil paksa ponsel nya dari sang pemilik.

"Mau kamu apa? " Ucapnya datar. Tapi tak ada perlawanan.

"Kak jangan asik sendiri dong ajak aku ngomong aku kan bosen! "

"Keluarin aja ponsel mu Ale Ale! "

"Jangan panggil aku Ale Ale kak! "  Ucap ku sambil memayunkan  bibir

" Tadi itu ada rombongan Bebek ya? Kok Bebeknya ketinggalan di sini sih? "Koar kak Izal sambil menoleh kearah kaca di sebelahku. Wajahku pucat aku takut sekali sama Bebek. Karena dulu aku pernah di kejar angsa sama Bebek sampek jatuh karena gangguin anaknya.

"Mana? mana kak huaaa. " Aku langsung mengangkat kakiku dan langsung memeluk kak Izal dan menangis di dada bidangnya 

"Ale Ale jangan nangis nanti dimarahin orang! " Ucapnya lembut sambil menenangkan tangannya mengusap kepalaku yang tertutup hijab.

"Aa takut Bebek. " Jawabku sesenggukan sontak tawa kak Izal pecah

"Hahaha.mangkanya jangan suka memayunkan bibir jadi mirip Bebekkan. "

"Jadi kakak boongin aku dasar jahat? "Ku cubit perut kak Izal yang berotot bertubi-tubi

" Lagian kamu aneh mana ada di dalam bus ada rombongan Bebek. Ale Ale udah deh peluknya aku mau tidur nih udah ngantuk! "

"Gak mau ini hukuman buat kakak udah boong!"

"Enak ya tidur di dadaku nyaman ya dek? Enak ya tidur di peluk orang ganteng? "Ucapnya sambil menoel noel pipi ku. Dan senyum jahilnya.

" Diem! "Kupelototi matanya dan ku cubit perut kak izal. Dan setelah capek bercanda kita pun pergi ke mimpi masing-masing.

          🐧🐧🐧🐧🐧🐧

    Pagi ini Alea berjalan dengan Rizal meninggalkan terminal mereka berjalan di trotoar menunggu taxi yang lewat. Jam 11 mereka harus sudah berada di rumah sahabat orang tua mereka tapi mereka belum mendapatkan kendaraan.

" Kak ayo makan di sate madura itu kita belum sarapan nanti perut kakak sakit lo! "Alea menunjuk kedai lesehan pinggir jalan.

" Kak kenapa diem kakak gak suka sate? Atau kakak gak suka tempatnya? "Tanya Alea menatap wajah datar milik calon suami nya itu.

" Kamu beneran dek mau makan di sana? "Rizal mengangkat sebelah alisnya sambil menunjuk tak percaya.

" Kakak jangan khawatir Aa sering makan di tempat yang kayak gini kok sama papi mami kak Ar kak Anna. Aa juga di ajarin makan di mana aja yang penting halal dan makan itu bukan makanan yang Aa gak suka. Kata abi hitung hitung hemat. Malah enakan makan di tempat kayak gini Ketimbang di restoran atau cafe porsi lebih banyak dan pas di kantong. Percaya deh! "Jelas nya panjang kali lebar kali tinggi.

" Maaf ku kira kamu gak mau makan di tempat kayak gini. Pacar ku aja gak mau makan di tempat kayak gini tapi kamu beda dek. Aku sama keluarga aku juga sering makan di tempat kayak gini. Dan pemikiran tentang keluargamu sama seperti yang abi ajarkan padaku. Maaf ya dek aku udah suudzon! "

"Gak papa kak yuk yebrang! " Tangan Alea di gengam Rizal mereka tersenyum melihat tangan yang sejak tadi bertautan.

"Duduk sini dek samping kakak! Jangan jauh jauh! " Alea kaget dengan apa yang Rizal katakan Rizal merangkul Alea posesif.

"T_tapi kak" Elak Alea sambil menatap mata coklat Rizal dan menatap tangan Rizal bergantian.

Mereka pun duduk. Dan datang lah sang penjual sate madura.

"Meleh sate apah bing, cong? "(Beli sate apa adek lk adek pr?)Tanya sang penjual sate dengan logat maduranya. Alea dan Rizal mengerti apa yang mereka maksud tapi mereka susah melafalkan.

"Sate ayam sama nasi putih" Ucap mereka bebarengan.

"Be'en ngarteh engkok ngocak apa? " (Kamu ngerti apa yang saya katakan)Tanya sang penjual dengan ekpresi terkejut menatap dua insan yang sedang duduk di warung lesehan pinggir jalan.

Alea dan Rizal mengangguk bebarengan untuk menjawab pertanyaan sang penjual sate.
"Robena been enggak oreng barat bik timur Tengah " (Wajah kalian seperti orang barat dan timur Tengah) Tanya si penjual sate dengan ekpresi masih terkejut tak percaya mana mungkin bule bisa bahasa daerah.

"Ini ada bukti di depan mata bapak" Ucap Alea

"Pak wajah kita memang bukan orang Indonesia asli tapi kita lahir di Indonesia dan kakek nenek kita orang madura asli waktu kecil kita sering di ajak ngomong madura jadi kita ngerti meski susah melafalkan. " Jelas Rizal panjang si penjual sate hanya mengganguk.

Selesai makan mereka melanjutkan perjalanan melewati trotoar tangan Alea di gandeng Rizal. Banyak pasang mata yang melihat mereka. Kerena paras yang mereka miliki.

Tiba-tiba Rizal berhenti di depan toko emas dan Rizal memasuki toko tersebut Alea nampak terkejut dengan apa yang Rizal lakukan. Sang penjual menghampiri mereka berdua.

"Alea kamu pilih cincin tapi jangan yang mahal ya takut uang kakak gak cukup! Kakak minta maaf acara pertunangan kita kemarin batal"Ucap Rizal serius

"Kak gak usah beli cincin gak papa. Kasian kakak. Aa juga udah maafin kakak. Kita pergi yuk? "

"Enggak dek cepat atau lambat kita pasti akan menikah. Kamu tau kan pernikahan ini gak bakal batal dan kamu juga tau prinsip keluarga kita itu nothing is impossible selagi itu baik mereka akan memperjuangkannya"

Alea hanya terdiam ia bingung harus gimana sementara Rizal bilang dia punya pacar.

"Dek maaf kakak hanya bisa beli yang murah kamu gak suka?  Tapi ini asli uang kakak kok kamu gak usah khawatir!  Ini bukan uang abi ini uang kakak udah kakak siapin buat beliin cincin kamu. Kakak iget pesan apih dulu slalu bilang ke kakak kalau ngelamar anak orang itu harus diiket biar gak kabur nah ngiketnya pake cincin atau kalung atau gelang. Saat ini kakak hanya bisa beli cincin tapi yang murah. " Jelas Rizal panjang

"Kak aku gak permasalahkan soal cincin. Gimana nasib pacar kakak? Aku gak mau jadi yang ke dua atau di duain. Aku tau aku egois tapi aku pernah bilang kan kalau aku ini bukan wonder Woman. " Alea menangis padahal dia sudah berusaha menahan air mata agar tidak jatuh tapi air matanya telah menerobos pertahanan Alea mengalir sungai sungai kecil di pipi Alea.

"Dek kamu gak bakal dan gak mungkin jadi yang kedua atau di duakan. Karena aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup. Kita jalani aja ini! kita berjuang sama karena pernikahan melibatkan dua orang, maka dari itu kita berjuang sama sama. Soal aku dan Rani aku udah putus  kemarin aku udah gak ada hubungan apa apa sama Rani jadi kamu gak usah khawatir! "Rizal menggayakan dengan lembut dan hati hati agar tidak menyakiti perasaan Alea.

" Mbak cincin yang setengah gram mana ya saya mau pilih? " Ucap Alea menghampiri pelayan.
"Kak ini kayaknya bagus. Menurut kakak gimana? " Alea memakai cincin dan menunjukan pada Rizal

"Bagus dek cantik" Ucap Rizal sambil mengedipkan mata.

My Cousin My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang