Di hari senin pagi, Adimas mengecheck status whatsapp selagi menunggu matangnya air untuk menyeduh mi gelas yang di stock oleh ibu-nya di kosan.
Melihat status adelia, membuat Adimas memiringkan kepalanya. Penasaran seperti apa lagu tukar Jiwa ini.
Adimas menganggukkan kepalanya setelah membaca lirik barusan. Dengan kepekaan Adimas, dia bisa tahu kalau Adelia sedang galau. Sepertinya orang yang dia suka tidak suka pada dirinya. Jadinya Adelia ingin orang itu merasakan cara Adelia melihat orang itu.
Orang bodoh mana yang mau menolak Adelia? Kalau dia tidak suka orang lain dan menganggap orang perumahan adalah keluarganya sendiri, mungkin dia juga bisa suka pada Adelia. Walaupun anaknya seperti malu-malu.
Apa cuma sama dia saja ya?
***
Adelia mengumpat saat melihat tidak ada yang mengambil pesanannya. Hari senin pagi, sekitar jam 7. Jam masuk kuliahnya jam setengah 8. Dia harus mempersiapkan materi kuliah.
Adelia duduk di teras sambil sesekali memencet kening.
"Delia mau bareng?"
Tanpa mendonggak, Adelia tahu siapa yang mengajaknya bicara. Mereka kebetulan satu kampus juga, walaupun beda jurusan. Jurusan Adelia duluan, baru jurusannya pria ini.
Tapi kalau dia harus menunggu datangnya gojek, yang tak kunjung nyaut ini, maka dia bisa gila.
"Boleh deh, bentar ambil helm." Kata Adelia seraya berdiri dari posisinya. Membuka pintu dan mengambil helm yang memang selalu diletakkan di ruang tamu. Lalu kembali keluar dan mengunci pintu.
Randi dan Aileen yang juga bersiap berangkat ke kantor melihat pemandangan itu dengan senyum terselubung.
"cocok kan yang?"
"Iya,"
"Nggak salah kan, kalau mau jodohin?"
"Gak papa. Tapi, kalau ngomongin mereka terus, kita ikutan terlambat nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perumahan Bahagia ✓
Fanfiction"Apaan perumahan bahagia? Aku bentar lagi sedih." - Adelia 20th