Safira sudah balik dari Jakarta. Adelia dan yang lain kini sedang menikmati oleh-oleh yang memang di bawa Safira ke rumah Aileen dan Randi.
"Lama banget mbak di Jakarta." Kata Ariel sambil makan mochi yang dibawa Safira. "Sampai sabtu Siang baru sampai."
Mendengarkan ucapan Ariel, Indrani memulai pembicaraan. "Ariel nggak enak ya tinggal sama aku?"
Gelagapan, Ariel hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Nggak mbak. Kan cuman nanya."
"Pengurusan berkas Ariel. Jadi gini, kan pegawai kantor tuh yang di kota besar pada mau dipindahin ke kalimantan. Secara ibu kota pindah kan? Terus akhirnya aku ditarik gitu ke jakarta. Aku juga harus bolak balik jakarta malang nih, tiap kamis sampai weekend. Soalnya banyak yang harus di pelajari."
"Nggak langsung pindah aja?" Ini Azio juga ada di rumah Randi. Jadi ceritanya si Azio yang jemput Safira di bandara malang. Sama Ariel juga, daripada diam di rumah Indrani sendirian karena si empunya rumah kerja.
"Nggak bisa, disposisinya baru keluar bulan depan, tapi aku udah di tuntut harus bisa."
"Terus tinggalnya gimana?" Tanya Aileen.
"Nah itu, aku nggak tahu bakal di tanggung kantor lagi apa nggak, soalnya kan ini jadi urusan kantor jakarta."
"Ya udah tinggal di rumahku aja. Mamaku juga pasti seneng ada anak perempuan tinggal di rumahnya."
Randi yang dari tadi sebenarnya diam saja, kini mulai melirik Aileen, lalu Indrani, sebelum akhirnya melirik Azio dan Safira.
Safira sendiri hanya sibuk menggeleng. "Ampun. Nggak lagi. Aku nggak mau ngerepotin. Masa ya, pas aku main ke rumahnya mas Azio, mamanya udah masak banyak banget buat aku. Aku udah kayak tamu kebanggaan aja."
Randi mengulum senyum, sementara Indrani hanya melirik Aileen.
"Semoga yang segera, segera di segerakan." Kata Ariel tiba-tiba, dan semua selain Azio dan Safira hanya mengamini.
***
Adimas menutup laptopnya. Dia gerah melihat skripsi yang syukurnya kini sudah bab 5 alias bab terakhir. Bab Kesimpulan dan saran. "Sebentar lagi aku kelar." Gumamnya lalu bangun dari tempatnya. Dengan menggunakan celana training, yang belum diganti dari kemarin walaupun sudah mandi, ia menuju dispenser untuk mengambil minum. Menggunakan tumblr yang, kalau diingat adalah hadiah pertama Adelia untuknya disaat dia ulang tahun. Tumblr berbentuk lensa kamera, karena Adelia tahu Adimas suka photography.
Photography.... harus kah?
Dia kemudian masuk ke kamarnya. Mengambil jaket, kamera, handphone dan juga dompetnya, berniat memasukkan semuanya ke dalam jaketnya, ia kemudian menggelengkan kepala. Akhirnya dia mengambil tas ranselnya, dan memasukkan semua yang dipegangnya tadi di tasnya, tidak lupa juga air yang ada di dalam tumblr. Lalu mengambil kunci motor dan memasukkannya ke dalam jaket. Ia mengunci kamarnya, lalu turun perlahan agar tidak mengganggu yang lain.
Adimas mengarahkan langkahnya ke rumah Adelia. Tujuannya dari awal saat dia melihat tumblr berbentuk lensa kamera itu. Ia mengetuk pintu rumah sang perempuan.
"Siap--" Dia bisa melihat Adelia tertegun. "Ngapain mas?"
"Tanggung jawab."
"Tanggung jawab apa?"
"Kamu mematahkan hati aku tiga hari yang lalu, dan aku belum bisa move on Del."
"A--terus gimana cara tanggung jawabnya?"
"Temani aku mengambil foto ke Batu."
"Sekarang?"
"Ya, aku udah siap. Kalau kamu udah siap, langsung WA aku aja. Aku ke pasutri geje dulu. Kayaknya kepo itu lihat aku di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perumahan Bahagia ✓
Fanfiction"Apaan perumahan bahagia? Aku bentar lagi sedih." - Adelia 20th