Untitled Part 24

2.1K 439 126
                                    

Indrani memutuskan untuk diam di rumah safira,  saat penghuni kos-kosan no 18 memutuskan kembali ke kosan.

"Saf," panggil Indrani

"Kenapa?"

"Aku di terima kerja, di PT dan harusnya hari ini aku pergi wawancara."

"Eh? Kenapa nggak pergi?"

"Mas Azio bilang, kerja jadi quality control itu susah, nggak ada waktu untuk diri sendiri."

Safira yang awalnya mengerutkan alis, "kok ngedengerin mas Azio? Kan biasanya Rani mandiri?"

"Hm... Jadi Saf, aku diajak nikah mas Azio."

Safira yang awalnya duduk tegak,  langsung memajukan badannya.  "Serius?  Wah gila.  Kapalnya mbak Aileen jalan." lalu Safira menepuk tangannya. "Selamat Ran."

Indrani lalu menggelengkan kepalanya.  "Aku belum bilang iya."

"Why?  Lamaran kayak gitu pamali kalau nggak di terima."

"Bukan lamaran,  cuman kayak ajakan. Saf,  kamu tahu aku sukanya siapa."

Safira menghela napasnya.  "Si yang kamu suka matanya tertutup,  udah yang ada aja kenapa sih yang di terima."

"Mas Azio tuh ngasih aku kata-kata kayak gini. Menurut dia,  menikah itu di bagi dua,  satu itu karena Cinta,  satu itu karena terpaksa. Kalau kutelaah,  aku pengen yang kayak mas Randi dan mbak Aileen,  dibanding terpaksa karena di lamar mas Azio."

Safira menyandarkan dirinya di tembok.  "Kalau yang kamu suka nggak ngelirik kamu,  terus mau gimana?  Kadang ya Ndran, terpaksa itu bukan berarti nggak bahagia."

"I know,  mas Zio juga bilang gitu.  Tapi hati ini nggak nyangkut. Kayak dia itu bukan buat aku."

"Tapi yang kamu suka juga sama."

"Kamu gimana sih caranya bisa ikhlas,  Saf?"

Safira hanya tersenyum,  lalu menaikkan pundaknya.  "Kadang Cinta emang gak bisa memiliki kan?"

***

Dipta,  Tira dan Milena pergi mengantarkan Lulu ke stasiun kota baru Malang. Tentu saja dengan mobil Tira.

"Kamu ntar hati-hati ya di sana Lu." Milena memberi nasihat kepada Lulu seraya menepuk pundak Lulu.

Lulu pun hanya tersenyum,  sebelum mengalihkan pandangannya ke arah Dipta dan Tira. 

"Makasih sudah mengantar ya Mas Dipta,  Mas Tira."

"Iya,  sama-sama. Nanti belajar yang bener Lu,  jangan cari jodoh." canda Tira.

Lulu hanya terkekeh mendengar petuah barusan.  "Nggak janji ya,  barangkali manusia Jogja lebih menyenangkan daripada manusia di Malang."

"Nanti kalau ada apa-apa,  bilang aku aja ya Lu. Kosnya di guest house aku aja dulu nggak papa,  atau kalau emang mau cari daerah Jakal,  maksudku jalan kaliurang bilang aja,  ntar saudaraku yang anterin."

Lulu mengangguk.  "Ini mas Randi sama mbak Aileen juga udah di jogja,  mau cariin aku kos kok mas.  Makasih ya. Nanti kalau aku udah nyampe aku kasih tahu di grup chat."

"Kita kehilangan satu wanita," ucap Tira.

"Hilang satu tumbuh seribu mas Tira, jangan khawatir." ucap Lulu seraya beranjak memeluk Milena. "Hati-hati di rumah ya mbak Mil. Jangan lupa matiin kompor kalau berangkat kerja."

"Iya Lu, jangan khawatir."

Lalu setelahnya Lulu melambaikan tangannya sebelum masuk ke dalam stasiun.

Perumahan Bahagia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang