Tama melirik jam dindingnya saat mendengar suara motor di panaskan. Tidak perlu keluar, dia tahu itu motor Oriel. Suaranya khas, dan bukan matic.
Jam masih menunjukkan pukul setengah 5. Mau kemana Oriel jam segini? Tanya Tama, tapi tidak di ambil pusing lalu dia kembali tidur.
***
Hari ini Safira bangun pagi. Sangat pagi. Mungkin efek suara motor milik Oriel. Jadi dia sudah menyapu dan menyiram tanaman di pukul 05.31. Motor Oriel sudah hilang, berarti si empunya pergi. Dia bisa melihat mobil Randi yang tidak ada, menandakan keluarga itu pergi. Mobil Azio juga belum ada, jadi antara mobilnya dipinjam atau dia memang tidak pulang. Mobil Tira di sana, lalu lampu teras Indrani yang masih menyala menandakan orangnya belum bangun.
Tidak asik kalau bangun terlalu pagi tuh emang. Sepi. Tapi bangun siang juga sama aja.
***
"Semua udah kan Lu?"
"Udah mbak Mil, kan berangkatnya masih nanti."
"Iya, i know. Duh sendirian deh aku."
"Makanya, sana maju duluan sama mas Dipta."
"Alah," ucap Milena sambil bersandar di sofa. "Nanti kalau udah ama mas Dipta, dia malah ke luar negeri. Malas. Mending di batasi dari sekarang."
"Kalau nggak lolos?" tanya Lulu, mengulang apa yang dibicarakan Adelia kemarin.
Milena menaikkan pundaknya. "Aku sih jalanin aja dulu. Nggak ngebet juga kok. Masih 24 ini. Masih muda."
Kini Lulu yang duduk di samping Milena. "Mbak, sadar nggak sih kalau di perumahan ini yang vokal tuh cuman cewenya?"
"Ha? Maksudmu?"
"Iya, tentang siapa yang di suka. Kayak kita tahu gitu mbak Sherina suka siapa, Adek suka siapa, mbak Safira suka siapa, mbak indrani suka siapa, aku sama mbak suka siapa, tapi yang cowo nggak."
Milena menyergit. "Emang yang disuka safira sama indrani siapa? Aku gak tahu tuh."
Yah mampus deh keceplosan. Kudu ngomong apa nih. "Y--ya maksudku cewenya tuh vokal gitu loh mbak. Sementara yang cowo nggak. Kita gak tahu mas Dipta suka siapa, mas Tira suka siapa, mas Oriel suka siapa. Yang aku tahu cuman mas Azio sama Dimas sama mas Tama doang."
"Emang Mas Azio suka siapa?"
Mampus dah ah, keceplosan lagi. "Ya maksudku nggak vokal gitu loh mbak."
"Kamu kok mencurigakan sih Lu?"
"Haha~a"
"Untung aku bukan mas Randi yang bakal ngejer kamu sampai dikasi tahu jawabannya." lalu Milena terkekeh. "Menurut aku si cowo-cowo itu sengaja buat nggak ngasi tahu demi privasi. Hidupkan penuh kejutan, jadi ya ntar pas dia nembak, ya kamu akan tahu. Gitu aja sih. Lagian cewe vokal karena tahu dengan suaranya terdengar, dia bisa tahu perasaannya terbalas apa ngga, jadi dia bisa berharap gitu. Walaupun bisa emansipasi, tapi kalau di tolak si cowo kan sakit juga ya."
Lulu menganggukkan kepalanya. "Ntar mbak kasi tahu aku ya perkembangan sama mas Dipta."
"Iya Lu. Sepupu aku, pasti tahu duluan."
***
Tadi mereka tiba di jogja kira-kira jam 3 pagi. Sempat terjebak kemacetan di beberapa titik, lalu sempat bertukar supir sekali, sehingga yang membawa mobil terakhir adalah Randi.
Sempat mau di bawa Randi ke gudeg pawon, tapi Aileen mengingatkan kalau jam 2 sudah habis gudegnya, jadi mereka beralih ke indomaret point, dan memakan pop mie, lalu balik ke guest house yang katanya adalah milik keluarga Dipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perumahan Bahagia ✓
Fanfiction"Apaan perumahan bahagia? Aku bentar lagi sedih." - Adelia 20th