Untitled part 30

2K 403 79
                                    

(nggak ada interaksi Azio sama Safira ya buat chapter ini. Jadi buat yang nungguin ku kasi tahu di awal biar nggak kecewa). Enjoy reading ^^

***

Safira senang ada teman yang menemaninya di malam hari. Biasanya dia hanya sendiri saja. Ariel sendiri anak yang asik di ajak berbicara. Alur pembicaraan yang bermacam-macam membuat waktu berlalu begitu cepat. Dari jam 8 malam, hingga tak terasa sudah jam 10.

"Mba safira enak di ajak ngomong ya,"

Rupanya Ariel pun mempunyai pemikiran yang sama.

"Ada yang disukain nggak nih mba? Maksudku di kalangan perumahan. Aku baru beberapa jam di sini aja sudah terkagum-kagum. Ganteng banget semuanya." ujar Ariel seraya bersender di dinding. Mereka sedang berada di ruang televisi, duduk menonton TV kabel yang memang dipasang Safira sebagai gandengan dari WIFI yang dipasangnya.

"Siapa yang paling ganteng?" Tanya Safira seraya melipat pakaian yang niatnya akan di setrika besok pagi sebelum berangkat kerja.

Ariel tampak berpikir, "hm...kurasa abangku." Lalu dia tertawa. "Walaupun mas Azio itu manis dan begitupula bang Tira."

Safira mau tidak mau menganggukkan kepalanya, sambil tertawa.  "Kamu harus lihat anak-anak yang lain. Ada adimas, ada Tama, ada mas Randi, ada Dipta."

"Yang paling ganteng menurut mba yang mana?"

"Ah, ada satu lagi. Afnan. Menurutku dulu yang paling tampan itu dia, soalnya belum menikah. Mas Randi sudah menikah jadi dia biasa saja di mataku."

Ariel mengerutkan dahi "ini maksudnya mas Afnan Aryo Sudibjo?yang kakaknya mba Sherina?"

Safira mengangguk, tapi respon yang di dapatkan adalah tawa Ariel.

"Mas Afnan? Ganteng? Yang bener aja. Kayak dumbo begitu." Lalu Ariel tertawa lagi.

Safira hanya tertawa. Pada dasarnya di matanya, Afnan itu memang tampan. Tinggi, dan tampan. Dibanding yang lain yang kurang tinggi. Namun, bagaimana Ariel tahu tentang Afnan?

"Mas afnan itu sepupu jauh," kata Ariel sebelum Safira bertanya lebih lanjut. "Selain mas afnan? Kan udah ada yang punya tuh mba, harusnya di mata mba mas Afnan udah biasa aja."

"Masih afnan sih, selama janur belum melengkung masih afnan."

Ariel tersenyum, menyetujui. Janur belum melengkung itu memang berarti bahwa semua orang bisa menikung sampai ada batas jelas.

"Kalau oriel, suka Indrani ya?"

Ariel mengerutkan dahi, "Oriel?"

Safira menganggukkan kepalanya. "Dari tadi nampaknya dia selalu bereaksi saat kamu menyebut nama Indrani."

Ariel kembali tertawa, tetapi kali ini dia menggeleng. Setelah tawanya terhenti, ariel menjawab  "Mas El sudah punya pacar, jadi jawabanku adalah tidak. Aku melakukan itu, karena saat pertama kali mas Oriel ngekos disini, dan ku tanya ada yang manis tidak, dia jawab Indrani." Jelas Ariel. "Apalagi mas El sering jalan sama mba Indrani. Kupikir dia calon kakak iparku, tapi ternyata dia menambatkan hati ke yang lain."

Safira menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Padahal rumah di sini suka menjodohkan dua orang itu."

Mendengar kata menjodohkan, senyum jahil Ariel lalu keluar dengan sendirinya "oh ya?" Pekik Ariel setengah riang setengah jahil. "Berarti banyak yang dukung?"

Safira kembali menganggukkan kepalanya. "Terutama dua orang di depan rumahku yang belum pulang-pulang itu. Kamu harus bertemu dengan pasutri geje di perumahan ini."

Perumahan Bahagia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang