Untitled Part 26

2K 383 73
                                    

Lulu terus menggeret kopernya menjauhi kereta yang membawanya dari Malang ke Jogja. Ia menelusuri jalan yang membawanya keluar. Ia hanya perlu mendongak, dan melihat senyum Adelia, muka lelah Adimas, dan muka sumringah pasutri kesayangannya.

"Gimana perjalanannya?" tanya Aileen, seraya menepuk pundak Lulu. Sementara Randi mengambil koper milik Lulu. Menggeretnya meninggalkan tempat sebelumnya mereka berdiri.

"Aku tidur terus mbak, sekarang jadi nggak bisa tidur." jawab Lulu seraya mengesampingkan rambutnya yang berantakan, ke telinganya.

"Nah, kalau gitu kita ke gudeg pawon aja." ajak Randi. "Sampai sana paling antri sebentar, lalu makan dan kita ke penginapan."

"kosannya sudah kita carikan, mbak Lulu." jelas Adelia. " Daerah Jakal, jalan kaliurang. Besok kita antar kesana sebelum pulang."

Lulu menganggukkan kepalanya, "Dim, kamu kenapa? Capek?" tanya Lulu seraya menepuk bahu Dimas.

"Baru bangun tidur dia mbak," jawab Adelia. "Tadi siang ngajak aku main terus."

Lulu kemudian tersenyum jahil, "main apa del?"

"Apa sih mbak, eh mbak nanti aku tidur sama mbak ya. Soalnya mas Adimas disuruh tidur di kamar ku yang kemarin."

"Iya nggak papa Dek, aku juga butuh teman tidur."

"Enak ya, bisa tidur bareng." celoteh Dimas seraya berjalan mengikuti di belakang.

"Ya udah jadi cewe sana," Sahut Adelia tanpa perlu menoleh.

"Ya nggak bisa dong, ntar nggak bisa nikah ama kamu." jawab Dimas lalu memperlihatkan mukanya tepat di samping Adelia.

"Wah, ada mobil polisi lewat, bunyinya ninu ninu ninu." kata Lulu, menyuarakan bunyi sirine mobil polisi, sementara Randi hanya tertawa.

***

Safira menghela napas setelah membersihkan pekarangan rumahnya. Akhir-akhir ini dia jadi sering sekali bangun pagi. Apa karena tersindir Azio beberapa hari yang lalu?

Rumah di depannya ini juga belum ada tanda-tanda kehidupan. Berarti belum pulang dari Jogja. Sepi juga.

"Pagi mba Safira."

"Pagi El. Mau kemana rapi banget? Masih juga jam setengah 7."

"Kencan di CFD. Biasa. Orang yang punya pacar kan sukanya kencan." jawab El sambil menyalakan motornya.

"Alah mbak, bohong itu. Dia mau ke Klinik." Bagas menimpali seraya membuang sampah di tong sampah yang terbuat dari ban, di pekarangan kosan. "Mana aja pacaran di Cfd bajunya terlalu rapi begini."

"Lek jomblo iku meneng ae mas. (Kalau jomblo itu diem aja mas.)" tegur Oriel seraya menjulurkan lidah.

"TAK DONGAKNO PUTUS. (Ku doakan putus)" lalu Bagas masuk ke dalam kos.

Mendengar "doa" barusan El hanya tertawa, sementara Safira mengerjabkan matanya. "Kamu nggak papa di doain begitu?"

El hanya menaikkan pundaknya, sebelum membawa pergi motornya. "Berangkat dulu." ujar El, lalu berangkat menjauhi perumahan.

"Safira!" Azio berseru memanggil.

Safira hanya mengalihkan pandangannya menuju Azio. "Ada apa?" ujarnya.

"Makan yuk. Pecel."

"Tumben mau makan pecel? Emang pecel di mana?"

Azio kemudian mengunci pintu rumahnya, lalu berjalan menuju rumah Safira. "Pecel di itu depannya SMA dempo apa ya namanya. Aku nggak sengaja liat youtubenya si siapa itu Hansol? Atau siapa gitu yang orang korea medok."

Perumahan Bahagia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang