Untitled Part 13.

2.5K 484 215
                                    

Seperti yang diketahui,  begitu kapten pulang,  tentu saja kehebohan yang di jumpai oleh Adelia.

"APA AKU HARUS SERING-SERING PERGI BIAR KAPALNYA BISA BERLAYAR?"

Iya,  dia berucap dengan nada tinggi,  yang membuat Aileen menggelengkan kepalanya,  sementara Adelia memutar bola matanya.

"Ayo adek,  pepet terus.  Biar kita punya pasutri geje beneran di kehidupan nyata." kata Randi dengan menggebu-gebu.

Adelia sendiri mampir ke rumah Randi,  karena di panggil. Ada banyak jajanan dari Jakarta.  Krispy Kreme, Hokaido Cheese Tart, dan banyak lagi yang mana membuat Adelia tidak bisa menolak. 

"Udahlah Ran,  biarin Adek move on." kata Aileen. 

Randi dengan semangat menggeleng.  "Milena aja mau berusaha,  padahal baru kenal sebentar.  Masa kamu nggak dek, dua tahun loh kamu itu kenal Adimas.  DUA TAHUN JUGA SUKANYA."

"YA JANGAN DIPERTEGAS JUGA AKANG." kata Adelia yang ikutan ngegas. 

"Dimas itu perlu di sentil,  biar nggak lihat lapak lain.  Di sini banyak kok,  berkualitas juga,  masa pilih di lain." komentar Randi sambil menggelengkan kepalanya.  "Tapi aku salut sih Tama sama Sherina. Aku bangga.  BANGGA."

Gini ini bapak tukang gosip,  pulang kerja dapat gosip,  nyerocos mulu kayak kereta api. 

***

"Jadi besok senin kamu ikut aku ke kampus ya, aku udah bilang ke kajur kalau aku mau ngangkat kamu jadi asisten." ucap Dipta di ruang tamu Milena.

Jadi tadi Dipta bertamu ke rumah Milena, untuk memberi tahu schedulle mengenai pekerjaan Milena.

Ketika Milena bertanya kenapa tidak di sms saja, Dipta berkata,  "kan tetangga.  Jadi wajar kalau bertegur sapa kan?"

Ya,  Milena sih nggak protes juga.  Bisa liat wajahnya Dipta pagi-pagi kan mood level up banget. 

"Gajinya?"

"Besok diomongin kok,  tenang aja. Di atas UMR kok walaupun masih asistenku. Kan ada probabilitas mau jadi dosen tetap."

Duh,  jadi istri juga gak papa.

"Tapi mas,  kalau misal nggak tembus LPDP,  aku tetep bisa jadi dosen tetap? "

Dipta mengangguk. "Kita memang kekurangan kok Len,  jangan khawatir. Anggap aja ini magangmu sebelum jadi pegawai tetap."

"Ah, ok mas."

"Nanti kalau ada susah apa,  bilang aku aja.  Ntar aku bantuin."

Kini giliran Milena yang mengangguk.  "Ok mas.  Makasih ya."

"Sure." ucap Dipta dengan senyumnya yang membuat Milena meleleh. 

***

Indrani yang baru saja keluar pintu rumahnya,  terheran saat melihat Azio yang berhenti membersihkan mobilnya. Ditangan Azio ada sulak (kemoceng) dan kanebo yang setengah kotor.  Indrani melihat ke arah Azio memandang,  tepatnya ke arah rumah pojok.  Rumah Milena dan Dipta.

"Alah,  Mas Mas." tegur Indrani yang membuat Azio menoleh.  "Udah ikhlasin aja."

Azio tertawa.  "Kalau dilihat emang cocok sih itu Milena sama Dipta."

Indrani mengangguk. "Iya. udah mas kan ganteng,  cari yang lain aja. Pasti gampang dapatnya.  Kan udah mapan."

Azio melirik Indrani,  sebelum tersenyum.  "Ya,  ntar deh gampang. Kamu mau ke mana?"

Perumahan Bahagia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang