Untitled Part 14

2.4K 460 145
                                    

Sebelum chat Adelia dan Adimas,  begini kira-kira kejadian yang ada di sekitar penghuni perumahan bahagia. 

***

Seperti yang kita tahu Azio dan Indrani lagi ke Batu buat cari bakso.  Namun yang mereka nggak tahu adalah kalau ke Batu hari sabtu,  sudah jelas macetnya sudah sepanjang ular tangga.

"Tahu gitu tadi pinjam motornya Oriel aja." keluh Azio. 

Sudah 30 menit berangkat,  dan mereka terhenti di depan sengkaling. 

"Harusnya mas lewat jalan tembus,  itu loh yang lewat dalem landung Sari,  terus ntar tembusannya BNS."

"Jalannya terlalu sempit,  males aku kalau harus papasan sama mobil lain kalau lewat sana." kata Azio lalu memainkan perseneling karena gap di depan sudah semakin lebar. 

"Ya sabar aja kalau gitu,  terjebak di kemacetan sama aku." kata Indrani.  Kemudian di detik berikutnya dia menekan tombol pemutar musik di mobil Azio. 

"Pake Aux aja,  Ni."

"Laguku korea semua,  nanti telinga mas Zio berdarah."

Azio terkekeh.  "Nggak lah.  Kamu memang suka korea atau terbawa karena ngajar anak SMA?"

Indrani mengumam, "kayaknya dua duanya.  Arti lagunya Bagus,  terus jadi inget sama drama korea yang aku tonton. Aku bukan yang suka boyband gitu,  tapi kalau ada lagu boyband Bagus ya aku dengerin."

Azio menganggukkan kepalanya "gimana kerjaan?  Masih mau bertahan?"

Indrani menaikkan pundaknya.  Sekilas dia mau mengeluh,  capek,  nggak mau kerja di sana lagi,  passionku bukan guru sama Azio, tapi otaknya masih cukup cerdas jadi dia mengurungkan niatnya. "Pengennya cari yang lain,  tapi nggak tahu apa."

"Masih 25 kan?  Masih bisa lah cari kerja yang lain. Ngelamar di kimia farma, atau pabrik aja Ni, biar S2 sama ilmunya bisa di pakai."

Indrani menghela napasnya. "Mau, tapi ribet bukan sih? Kayak harus mencoba lagi, ntar kalau gagal sakit hati, kayaknya memang harus bertahan dengan yang ada."

Azio menoleh, hanya untuk melihat raut wajah Indrani. "Kamu emang nggak bisa ninggalin zona nyaman, atau gimana Ni?"

"Kayaknya Zona nyaman itu. Cari pekerjaan sekarang susah. Sama orang tua nggak boleh keluar jawa, nggak boleh ke Jakarta juga. Jadi mau nggak mau harus bertahan jadi guru SMA."

Azio mengangguk. "Kamu passionnya apa?"

"Nggak tahu. Kadang aku merasa udah lelah gitu Mas." Akhirnya Indrani membuka mulutnya untuk mencurahkan isi hatinya. "Kita hidup sebagai anak dari seorang pasutri, yang menginvestasikan uang, waktu dan tenaganya untuk kita. Seperti sudah kewajiban kita untuk membayar kembali jasa-jasa tersebut." Ucap Indrani. "Jadi aku selama ini berusaha untuk membalas jasa mereka, bukan hidup karena ini hidupku. Jadi aku nggak punya passion, atau mungkin passionku adalah membahagiakan orang tuaku, walaupun berat."

Azio tersenyum. "Nggak papa kok nggak punya passion, yang penting bahagia."

Indrani tertegun. Tumben Azio kalau senyum manis banget.

Perumahan Bahagia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang