Untitled part 38

1.9K 368 92
                                    

Sepulang dari menjemput Safira, Azio tentu marah-marah pada Randi karena membohonginya. Milena, yang memang menunggu oleh-oleh baru dari safira, hanya bisa shock ketika mendengar Lulu akhirnya sama Tira. Bagaimana bisa mereka semua punya pasangan dan Milena tidak punya. Hanya Milena yang sendirian.

"Berarti tinggal Dipta dan Milena saja yang belum punya pasangan ya?" Tanya Aileen. Sepertinya memancing.

"Terus aja bahas kalau aku single." Kata Milena dengan nada yang tersakiti.

"Mas Dipta mungkin mau daftar?" Tanya Adelia, lalu mengerling ke arah Dipta.

"Aku nggak mau LDR. Maaf ya Milena, jadi aku nggak bisa daftar."

Satu rumah bisa mendengar sesuatu yang patah.

Kalau ini diibaratkan benar-benar kapal, maka awak kapal akan lari keliling sana sini untuk memperbaiki kapal yang baru saja menabrak tebing es.

"Kan mbak Milena nggak kayak mantannya mas Dipta." Ujar Sherina. Awak kapal 1 sudah siap memperbaiki kerusakan.

"Aku tahu, tapi aku tetap berpikiran buruk. Bukan karena Milenanya. Traumaku lebih besar."

Kapal kembali retak. Awak kapal kembali berlarian. Mencari selotip. Mencari paku dan kayu untuk menutupi kebocoran akibat retak, yang akan membuat kapal tenggelam.

"Tapi kalau nggak LDR, berarti ada kemungkinan?" Tanya Randi.

"Bisa." Ujar Dipta sambil tersenyum manis hingga lesung pipinya terlihat.

Kapal mungkin sedikit tertutup, tapi tetap akan tenggelam, karena retaknya sudah terlalu besar.

"Coba aja dulu." Kata Oriel sambil tersenyum. "Jalani saja kalau kata mba Indrani."

"Aku belum siap patah hati lagi." Kata Dipta.

"Tapi aku nggak akan bikin mas Patah hati." Thats it. Milena akhirnya membuka mulut.

Para awak kapal, hanya bisa berharap kapal ini bisa baik secara sendirinya.

"I know, tapi aku insecure. Kamu hanya belum tahu aku kalau aku sudah sibuk dan tenggelam dengan thes--well sekarang disertasi, yang akan aku kerjakan. Lalu nanti kamu menyesal, lalu kamu--"

"Nggak akan menyesal." Potong Milena. "I know what i want."

"Ini nih mantep." Bisik Dimas ke telinga Azio.

"Emang Adek susah banget kemarin?"

"Parah. Untung kadar bucinnya udah 100%." Bisik Dimas lagi.

"Tapi Mil--" kata Dipta.

"Yak, ntar ngomong pribadi aja ya. Yuk makan oleh-olehnya." Potong Safira.

Nggak mungkin juga Safira membiarkan masalah milena dan dipta jadi tontonan publik. Biarkan mereka punya urusan masing-masing. Seperti dia dan Azio tadi, yang tidak tahu juntrungannya kemana.

***

"Ran.."

"Apa?"

"Kok setiap abis makan oleh-oleh dari Safira, aku selalu pusing ya." Keluh Aileen seraya memijat pelipisnya.

Randi kemudian berdiri dari duduknya, untuk memijat kepala Aileen. "Sudah sebulan loh gini terus. Kita ke dokter aja ya."

"Tapi cuman habis makan oleh-oleh Safira aja, habis itu nggak sakit lagi."

Randi menghela napasnya. "Nggak sakit lagi, atau nggak terasa karena kamu lagi bekerja? Maaf ya Len, ini kayaknya kita benar-benar harus ke dokter. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa. Aku tidak menerima kata-kata tidak."

Perumahan Bahagia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang