Mundur sedikit ketika perumahan heboh akibat teriakan Indrani. Milena serta Dipta keluar berbarengan dari rumah masing-masing dan menoleh ke arah rumah Indrani yang tertutup rapat, sebelum akhirnya melihat terkecoh saat melihat Azio berlari menuju rumah Safira.Milena hanya terkekeh lalu memutar badan untuk masuk ke rumahnya, saat dia di kejutkan oleh Dipta yang berjalan ke arah rumahnya.
Ah, anak-anak kos sebelah rumah Safira kebetulan sedang keluar untuk menonton DBL di surabaya, kecuali Dimas yang sedang kencan dengan Adelia, kemudian Sherina yang nampaknya juga sama, lalu Tira yang nampaknya masih di jogja, Milena belum bertanya kemana calon dokter ini pergi.
"Mil, ayo ngobrol bentar." Ajak Dipta saat raganya sudah sampai di pelataran rumah Milena.
"Apa yang harus di obrolin?" Tanya Milena, membatalkan niat untuk masuk.
"Tadi."
Milena menghela napas. Sedikit panjang. "Udahlah, aku tahu kalau mas Dipta emang nggak suka LDR, aku nggak ngomong apa-apa lagi. Pembicaraan berhenti." Kata Milena lalu memutar badan penuh sebelum masuk ke rumah.
"Itu bukan karena kamunya--"
"Aku tahu." Ujar Milena, tidak membalik badannya. Tetap memunggungi Dipta. "Udah pulang sana, ini udah malam." Kata Milena lalu benar-benar masuk ke rumah. Kemudian menutup pintu, dan mengunci pintu.
Milena tahu jodoh itu di tangan Tuhan, jadi dia juga tahu tidak perlu untuk mengelu-ngelukan sesuatu yang tidak penting. Katanya jodoh akan datang sendiri kan? Jadi pasti hilang Dipta, datang yang lain.
***
Adelia dan Adimas sampai perumahan kira-kira jam 10. Mereka habis pulang bermain di Timezone demi melepas stress. Besok selasa, Adimas akan seminar skripsi. Iya, sudah secepat itu. Kalau kata Adimas konsentrasinya bertambah drastis ketika pacaran dengan Adelia, karena dia tahu adelia udah jadi miliknya. Terdengar gombal, tapi itu sih yang dia bilang.
Walaupun sudah pulang bermain timezone, Adelia dan adimas masih sempat kongkow di depan rumah Adelia sambil minum cha time yang tadi sempat di beli mereka. Memperhatikan satu persatu yang pulang dan pergi, termasuk pasutri benar-benar gaje di depan rumah safira.
Harusnya melihat kedua pasutri geje itu pulang, membuat Adelia ingin menyapa, bukan? Namun, yang terjadi adalah, mereka berdua mengerutkan dahi karena melihat pemandangan yang aneh. Randi dan Aileen menggunakan kacamata hitam saat keluar dari mobil. Kalau ini siang masih tolerable, sementara ini malam? Bagaimana cara mereka melihat?
Adelia dan Adimas memperhatikan sampai Aileen dan Randi masuk rumah, sebelum akhirnya hilang dari pemandangan.
***
Keesokan harinya. Hari senin, yang merupakan hari hectic tentu di habiskan para manusia dengan bekerja. Milena dan Dipta masih berangkat bersama, seperti tidak ada apa-apa.
Oriel, dengan tas ranselnya seperti dora yang ingin ber-explorer, berhenti dari kegiatannya yaitu berjalan menuju rumah Azio saat melihat mobil Aileen dan Randi masih bertengger di carport. Tumben baginya melihat Randi dan Aileen pada jam 7.12 belum berangkat dari rumah untuk bekerja, terutama karena Malang sangat macet pada waktu tertentu.
Setelah menarik napas, ia berjalan menuju rumah Azio. Mengetuk pintu dengan sedikit emosi. "Mas Ziooooo." Teriaknya.
"Apa sih El?" Kata Azio seraya mengucek matanya. Sepertinya baru bangun. "Lu ganggu aja, ini gue baru bisa tidur habis subuh tahu."
Oriel membulatkan mulutnya sebelum berkata "Minta maaf sama mbak Safira."
Helaan napas keluar dari mulut Azio. "Ini lagi. Bukannya aku sudah minta maaf tadi malam. Sudahlah El, berangkatlah ke klinik dan mulai Koasmu. Biarkan aku tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perumahan Bahagia ✓
أدب الهواة"Apaan perumahan bahagia? Aku bentar lagi sedih." - Adelia 20th