Untitled Part 27

2K 401 42
                                    

Kalau kita balik ke bagian Azio dan Safira, setelah berangkat naik mobil tadi,  mereka lalu beralih arah karena baru ingat ini hari minggu dan jalan ke arah dempo itu macet karena car free day. Kalau naik motor dia bisa selip,  tapi sayangnya yang mereka naiki itu mobil.

Bingung mau makan apa,  akhirnya mereka memilih memakan pecel Madiun yang ada di daerah tlogomas.  Iya,  mutarnya sejauh itu. 

"Sering makan di sini mas?" tanya Safira seraya berjalan masuk ke rumah makan khusus pecel ini. 

Azio mengangguk.  "Cuman rame tuh parkirannya,  jadinya pasti enak.  Ada parkiran juga,  jadi nggak perlu di pinggir jalan.  Sabtu minggu depan kita ke pecel dempo itu ya."

Safira mengerutkan alis, "kok nggak sama Indrani aja?" ucal Safira.  Ia kini mengantri di belakang pelanggan yang sedang memilih lauk untuk menemani makanannya.

"Indrani kan kerja. Kamu libur." ucap Azio sambil senyum.  "Kamu denger dari Oriel ya?"

Safira kini mengerutkan dahi. "Maksudnya?" lalu dia paham maksud pertanyaan Azio.  "Aku denger dari Indrani sih. Katanya mau nikah sama dia?"

Azio tertawa.  "Dia ngehindarin aku,  jadi aku tahu sih secara tidak langsung dia menolak. Tinggal tunggu waktu dia ngomong aja sama aku."

"Mau pesen apa mba?" tanya penjualnya,  dan membuat perhatian Azio dan Safira beralih. 

"Pecel 2. Lauknya kamu apa mas?" tanya Safira sambil menoleh ke belakang. Menatap Azio tepat di mata.

"Telur sama mendol tempe aja." jawab Azio.  "Minumnya mineral." lanjutnya. 

"Dua ya bu, minumnya sama." ucap Safira.  "Duduk dulu aja mas.  Ntar gak dapet tempat." Safira menunjuk kursi panjang yang memiliki sisi kosong di sampingnya. 

"Ok." lalu azio berjalan sedikit sebelum duduk.  Menyiapkan satu kursi kosong di sebelahnya,  seraya menunggu makanan datang. 

Dari tempatnya dia duduk,  dia bisa melihat Safira yang berdiri.  Rambutnya yang diikat seadanya. Celana training abu-abu dengan kaos panjang berwarna merah marun.

Tidak menunggu lama,  Safira datang dengan dua makanan di tangannya.  "Minumnya giliran." kata Safira.

Azio terkekeh.  "Fine." lalu dia bangun dari duduknya.  Mengambil minuman yang berada di di meja lain. Lalu kembali ke tempat duduk semula.

"Selamat makan." ucap Safira saat melihat Azio sudah mengaduk pecelnya. 

Setelah beberapa suap dan gumaman bahwa pecelnya enak,  safira menghentikan makannya.  Menoleh ke Azio.  "Mas azio sekarang udah selesai ya proyeknya?"

"Bentar lagi,  terus balik gitu ke Jakarta."

"Kerja di Jakarta?"

Azio menaikkan pundaknya.  "Maybe.  Bisa juga ikut yang lain."

"Mau ngajak Dimas ngga?"

"Bisa,  kalau skripsi dia udah kelar." jawab Azio.  "Kamu gimana?  Pindah ke mana lagi?"

Kini giliran Safira yang menaikkan pundaknya.  "Belum ada kabar sih,  pindah ke mana.  Btw mas,  oktober nanti ada pembukaan cpns lagi,  aku ikut nggak ya?"

Mendengar kata-kata cpns,  membuat Azio bingung.  "Masih bisa ya?"

"Aku kan 25. Ya bisa lah,  masih ada 10 tahun lagi baru berhenti mencoba cpns."

"Kenapa mau cpns?  Kan gajinya kecil.  Kerja jadi banker udah enak kan?"

Safira mengangguk.  "Pulangnya terlalu malam. Aku capek,  harus tampil cantik juga,  aku malas berdandan."

Perumahan Bahagia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang