Untitled Part 34

1.9K 406 175
                                    

Adelia hanya bisa merenggangkan badan saat tahu di bawa ke mana oleh Adimas. "Paralayang." Ujarnya, secara beo.

"Yup, aku mau foto. Jadi aku ajak ke sini."

"Tapi kan, bagus kalau malam hari."

"Aku mau nunggu sunset." Kata Adimas. "Sama kamu."

"Oh, iya deh."

Adelia kemudian duduk di rumput-rumput, tempat Adimas juga mengambil photo. Hanya suara stutter kamera, dan orang-orang yang berbicara disekitarnya yang terdengar. Adelia sendiri lebih memilih merasakan dinginnya kota batu, dan melihat pemandangan yang sebenarnya akan lebih bagus kalau dilihat di malam hari. Bagaikan melihat bintang di dataran rendah, karena cahaya-cahaya manis dari gedung di bawah. Paralayang sendiri merupakan bukit, dataran tinggi, tempat beberapa orang melihat pemandangan kota malang, dan sekitarnya. Indah sebenarnya, hanya saja Adelia tidak bisa memikirkan bahwa tempat ini Indah sekarang.

"Del, aku pindah tempat dulu."

"Hm."

Adelia kembali memperhatikan kota di bawahnya tanpa suara. Sedikit menggigil karena perlahan-lahan kabut mulai meninggi. Dia membawa jaket, tapi jaket itu tidak membantu apa-apa padanya.

Tiba-tiba seseorang meletakkan jaket di pundaknya. Menutupi badannya dengan sempurna. Jaket besar, dengan harum yang khas. Harum milik adimas.

"Pakai aja, aku nggak dingin kok."

"Makasih." Ucap Adelia, dan memperhatikan Adimas yang duduk di sebelah Adelia.

"Del, aku mau nanya serius."

Ini sebabnya Adelia tidak bisa memikirkan tempat ini Indah, karena Adimas dan segala pertanyaannya.

"Apa?" Jawab Adelia.

"Nolak aku kenapa? Jangan bilang udah move on, jangan bilang udah nggak suka aku lagi, karena aku tahu kamu bohong."

Adelia hanya bisa menghela napas pelan, lalu menjawab "Entah."

"Entah?" Nada suara Adimas terdengar kesal.

Adelia tahu seharusnya dia tidak menjawab itu, dengan entah.

"Rasa suka aku, kamu balas dengan Entah?"

dan kata Entah itu juga hadir di perasaan Adelia. Entah kenapa dia emosi juga mendengar Adimas Emosi. "Menurutmu aku juga nggak ngerasa gitu?" Kata Adelia, emosi. "Kamu kencan sama mba Ayu, mematahkan hati aku, lalu curhat ke aku tentang mba Ayu, terus menurut kamu aku harus gimana?"

"Masih marah karena itu? Kan aku udah bilang itu buat kamu cemburu."

"Mas Adimas selalu begitu. Kalau nggak sesuai sama keinginan mas Adimas, Mas langsung seenaknya sendiri. Nggak mikirin perasaan orang lain."

Adimas hanya diam. Menyadari kesalahannya. "Sorry."

"Dan aku yang bucin ini cuman bisa maafin mas kalau mas minta maaf ke aku." Kata Adelia. "Aku emang belum bisa move on, nggak akan bisa. Apalagi dengan mas yang selalu perhatian itu. Cuman, aku insecure. Tidak semua orang bisa percaya diri."

"Kenapa harus insecure, Dek?"

"Mas itu terlalu perfect buat aku." kata Adelia dengan pelan

"Aku perfect kalau sama kamu, tanpa kamu aku imperfect."

"apa sih." Kata Adelia memukul bahu Adimas pelan.

Adimas hanya tertawa. "Serius aku. Look Adelia, aku sedih banget pas kamu tolak. Kayak hidupku selesai di situ. Aku sampai bisa nyelesaiin Skripsi aku, cuman dalam tiga hari, padahal biasanya nggak bisa. Aku butuh sesuatu untuk melampiaskan semuanya, dan lari ke skripsi."

Perumahan Bahagia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang