Untitled Part 22

2.1K 429 132
                                    

Di Hari Jumat, pagi yang cerah. 

"El kurang tidur?" tegur Milena di depan rumahnya seraya mengikat tali sepatu. 

"Bikin laporan koas, Mil."

"Oh. eh tapi jadi dosen tuh sakit jiwa ya.  Ada aja di urus.  Padahal aku masih asisten." ucap Milena menggebu-gebu.  Dia lupa dengan sepatunya yang belum terikat. 

Oriel hanya tertawa. "Iya?" tanya Oriel.  "Ya jalanin dulu aja. Atau mau kerja lain? Nanti aku bantu cariin."

"Bener ya El? Kamu tuh udah Peka,  baik banget,  kok nggak ada yang mau sih?"

Oriel kembali tertawa.  Keras.  "Nggak nyari jodoh aku mil.  Nyarinya kebahagiaan."

Alis Milena bertaut,  "kebahagiaan?"

"Pernah denger pepatah, 'ngeliat kamu kenyang aja aku kenyang gak?'"

"Ye, itu mah kiasan bukan pepatah,  tapi aku pernah denger."

"Ya kayak gitu.  Satu perumahan curhat ama aku, dan aku bisa bikin mereka bahagia,  ya aku bahagia."

"Terus kebahagiaan kamu?"

"Ngeliat orang yang disayang bahagia, ya aku bahagia. Kan aku sayang orang perumahan."

"Eugh mas Oriel." suara Lulu terdengar. Oriel melirik ke arah pintu rumah Milena dan melihat Lulu di sana. "Merinding lulu, sumpah."

Sementara Oriel kembali tertawa. "Senang membuatmu tertawa Lulu. Udah ya, harus berangkat pagi nih. Bye." oriel melambaikan tangan, sebelum menuju motornya yang terparkir rapi,  dan segera dinyalakan  untuk pergi. 

"Aneh ya." ucap Lulu

"Banget. Senyumnya nggak sampe mata,  ketawanya berlebihan."

"Patah hati apa?"

"Itu namanya orang ngantuk." suara pradipta membuat dua saudara ini menoleh,  dan cengengesan.  "Ayo Milena,  berangkat."

***

Kalau hari jumat,  tentu saja rumah Randi pasti penuh.  Rame manusia. Lulu dan Adelia sudah jadi penghuni tetap kalau malam sabtu.  Sebagai manusia jomblo,  terutama karena Lulu besok sudah berangkat.

"Lulu,  am gonna miss you." kata Randi. 

"Sama mas Randi.  Aku pasti kangen sama obrolan kapal." jawab Lulu sambil mencebik. 

"Yang,  kita ke jogja aja yuk.  Sekarang.  Pulang minggu.  Nyobain toll baru." ajak Randi.

"Wah, Adek ikut." ucap Adelia penuh semangat. "Kan kalau bapak ibu pergi, anak harus ikut."

Aileen hanya tertawa. "Boleh, mau berangkat sekarang aja? Biar nanti kita jemput Lulu di stasiun, sekalian cari kos--eh tapi kosannya Dipta di mana?"

"Jalan flamboyan mba,  jadi itu tuh kayak guest house gitu.  Sudah jelas itu lengkap banget kan isinya?  Terus mas dipta bilang bayar setengah aja.  Huhu.  Aku nggak enak,  tapi aku nggak bisa membuang-buang rejeki."

"Lumayan calon ipar kan, Lu." lalu Randi menyenggol Lulu. 

"Aduh terus ku bilang,  ih mas itu aku sebulan aja ya.  Terus si mas bilang nggak papa sampai selesai juga."

"Kalau lengkap berapaan?" tanya Adelia.

"Dua juta setengah,  bayar setengah 1,2. Dengan fasilitas ada kulkas,  ada ac,  tv, kamar mandi dalam. Tapi bisa-bisa rugi kan keluarganya mas Dipta,  jadi aku ttp tinggal bentar aja, toh masih wawancara."

"Bentar,  ini gimana toh Lu benernya. Katanya udah keterima?" tanya Aileen tidak paham.

"Wawancara akhir aja,  kayak kenapa mau masuk UGM atau ambil fisipol,  terus ntar mau ambil thesis apa. seniorku bilangnya gitu,  terus tinggal tunggu tanggal masuk." jelas Lulu sambil mengambil mendoan di meja. 

Perumahan Bahagia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang