Untitled Part 10

2.4K 482 224
                                    

Milena menutup bibirnya rapat-rapat,  berusaha tidak berseru keras saat melihat photo profil tetangga sebelah.

Macho,  ganteng,  aduh itu alis,  matanya yang menusuk sanubari,  astaga dragon, ada ya manusia kayak begini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Macho,  ganteng,  aduh itu alis,  matanya yang menusuk sanubari,  astaga dragon, ada ya manusia kayak begini.  Pikir Milena dalam hati. 

Milena tidak ambil pusing dan bersiap melakukan screenshot pada hapenya,  saat dia tidak sengaja memencet tombol telpon,  alih-alih membuka lebar foto tersebut. 

Dengan sigap dia matikan telpon itu, tapi dia tahu tetangga sebelah pasti tahu kalau Milena menelpon. Eh? Tunggu dulu, memang nomor telponnya di simpan?

Memikirkan itu saja, hati milena sudah deg-degan. Eh tapi nggak mungkin lah ya, disimpan. Jadi mungkin panggilan tadi tidak tersimpan.  Jadi Milena aman.

***

Tama menghampiri Sherina yang asik mengaduk caramel macchiato yang baru saja sampai di mejanya.  Tentu,  bukan Tama yang mengantar karena dia sedang menjadi kasir dadakan. 

"Kenapa kamu cemberut gitu,  Sher? Kok nggak pulang malah ke sini?"

"Liat rumah itu aku kesel."

"Kenapa gitu?  Tumben? Kesepian?"

Sherina menggelengkan kepalanya.  "Bukan.  Mas Afnan tuh mau nikah."

"Loh,  iya?  Kapan?"

"OOT ih."

Tama tertawa.  "Sorry sorry,  soalnya aku salah fokus.  Perasaan mas Afnan tuh nggak ada pacar.  Kok udah mau nikah aja?  Ta'aruf?  Itu pake ngasih biodata gitu nggak sih."

Sherina melirik Tama kesal,  tapi yang dilirik seakan cuek bebek,  dan masih penasaran dengan pertanyaan miliknya. 

Baru sadar salah pertanyaan,  Tama terkekeh. Jari tangannya menggaruk belakang lehernya, karena merasa bersalah dengan Sherina. 

"Sorry OOT lagi.  Lanjutin dong,  neng geulis.  Kenapa kesel sama rumahnya?"

"Mau di jual mama.  Katanya rumahnya buat nikahnya mas Afnan."

"Terus kamu ke mana?" tanya Tama serius. 

"Ya mana aku tahu.  Mama suruh aku selesaiin S2ku.  Masalahnya nggak se gampang itu kan nyelesaiin S2?"

Tama bergumam "hm..." tangannya diletakkan di dagunya,  lalu menganggukkan kepalanya.  "Ya udah Sherina tinggal di rumah aku aja dulu."

Wuuuut???

"Aku soalnya mau di tugasin di Surabaya nih. Daripada rumahku kosong kan?"

Ooh...

"Atau Sherina mau halal dulu nih,  baru tinggal di rumahku?"

Sherina mengerjapkan matanya. Barusan Tama bilang apa?

"Bercanda,  nggak usah serius gitu dong mukanya." lalu Tama tertawa. 

Perumahan Bahagia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang