"Ga banyak omong sih, tapi nyakitin."
-Choi Marsha-
Bercerita tentang Choi Marsha yang notabene nya adalah anak biasa-biasa aja. Tiba-tiba fakta itu berubah ia menjadi anak yang 'luar biasa' kala dirinya secara terang-terangan menembak batu, ralat m...
Hari ini adalah hari Rabu dan siswa/siswi SMA Blooders mulai beraktifitas sebagai murid-murid pada umumnya.
Kelas Marsha kini sedang dalam keheningan belajar. Oke, gak semuanya fokus belajar.
Dan kalian tau apa yang dilakukan Jihoon?
Tentu saja sedang melakukan kebiasaannya.
"Emmhh ahhh usshhh ahh eunghhh ahhh emmmhhh."
Ya, taulah kalian gak usah dijelasin.
Daehwi teman sebangku Jihoon hanya berusaha untuk tidak terpengaruh dan ikut menonton video laknat itu bareng Jihoon.
Parah banget emang si Jihoon lagi dijelasin sama gurunya malah nonton video bokep.
"Eh maneh bisa kecilin suara videonya gak? Kuping aing tercemar denger yang begituan. Aing masih voloz." Protes Daehwi dengan suara yang dikecilkan.
"Biarin sih lo kan cowok normal wajar kalo denger ginian." Jawab Jihoon santai.
"Tapi aing teh gak suka atuh. Matiin dulu Hoon kita lagi belajar. Gak sopan maneh atuh." Ujar Daehwi.
"Bri--"
"ITU YANG DIBELAKANG MAJU KE DEPAN!"
Sontak Daehwi dan Jihoon terkejut. Jihoon segera menaruh hp nya dikolong meja ketika mendengar teriakan wali kelasnya.
"DAEHWI JIHOON KALIAN NGAPAIN?" Bentak wali kelas, Bu Reya.
"A-anu b-bu k-kita l-lagi eum.." Jihoon menggaruk tenguknya dan bingung harus jawab apa sementara Daehwi menjawab,
"Ini bu aing teh lagi suruh Jihoon matiin video bo--mphh." Buru-buru saja mulut Daehwi ditutup oleh tangan Jihoon.
"SAYA GAK MAU DENGER ALASAN, KALIAN MAJU KE DEPAN!"
"T-tapi bu--"
"KALIAN MAJU!"
Dengan langkah kecil dan muka yang menunduk malu, Jihoon dan Daehwi berjalan ke depan kelas dan berdiri di sana.
Sementara para murid hanya melihatnya saja. Tidak, tidak hanya melihatnya namun bagi Desti ia tidak bisa menahan tawanya.
"Bhakkss." Sesegera mungkin Desti membekap mulutnya sendiri.
Terlanjur, semua siswa bahkan Bu Reya sudah mengalihkan perhatiannya ke arah Desti.
"DESTI KENAPA KAMU KETAWA? KAMU JUGA MAJU!"
"S-saya--"
"MAJU!"
Desti tertunduk malu dan segera maju ke depan kelas lalu bergabung bersama Daehwi dan Jihoon.
Jihoon mengulum bibirnya sendiri untuk menahan tawanya. Jahil memang, tapi beginilah Jihoon dan Desti tidak pernah akur.
"SAYA AKAN HUKUM KALIAN!" Tegas Bu Reya didepan Daehwi, Jihoon dan Desti.
Tok tok tok
"Permisi bu, saya mau kasih pengumuman."
Tiba-tiba seorang anggota osis datang ke kelas yang membuat hukuman ketiganya tertunda. Jihoon mengekspresikan kesenangan dalam dirinya sementara Daehwi dan Desti hanya menahan teriakannya agar tidak terlepas lagi.
"Silahkan masuk."
"Saya akan memberi tahu bahwa minggu depan kita akan study tour."
Seketika kelas langsung ramai.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ya sekiranya begitulah anak-anak kelas ini sekarang tidak terkecuali Marsha, Diva dan Desti.
***
Marsha's POV
Akhirnya setelah sekian lama sekolah gue ngadain study tour ke hotel. Ya lah hotel sekolah gue mah elit.
Sekarang gue, Desti dan Diva lagi ada di kantin. Kebiasaan yang tidak bisa diubah adalah ke kantin saat jamkos.
"Eh anjir masa tadi gua liat si Taehyung sama cewek. Tapi asing gue gak pernah liat kayaknya anak baru." Ucap Diva tiba-tiba.
"Ah yang bener lu njing jangan ngada-ngada." Jawab Desti.
Anak baru? Cewek? Perasaan Taehyung gak pernah deket banget dah sama cewek ya kecuali gue yang selalu ngintilin dia.
"Ih bener sat. Gua aja heran kenapa Taehyung bisa akrab banget sama tuh cewek. Bentar deh gua cari dulu anaknya siapa tau dia di sini." Timpal Diva lalu kepalanya mulai mencari anak yang dimaksud.
"Eh tuh ceweknya!" Diva menunjuk seorang cewek tepat 46° ke dari arah kita berada.
Mata gue mengikuti jari telunjuk Diva.
Jlebb
Hati gue hancur seketika, rahang gue mengeras kala melihat Taehyung dan seorang cewek yang lagi bercanda di bangku kantin.
Gue gak sadar air mata gue menurun perlahan sambil terdiam menyaksikan itu. Gue merasa dangkal.
Gue pun memutuskan untuk berlari menjauh dari sana.
