***
Sudah hampir setengah jam Deta menunggu Jimin didepan gerbang sekolah, sekolah sudah sepi karena anak-anak semuanya sudah pada pulang dan hanya Deta yang masih setia menunggu Jimin walaupun ia sempat mengumpat Jimin yang terlambat menjemputnya.
Sedari tadi Deta terus menyempatkan untuk melihat jam tangannya, "Astaga lama sekali dia." wajah Deta tampak memanas, ia benar-benar lelah untuk terus menunggu, "Apa dia tidak akan datang?" monolog Deta. Deta mulai bergerak dari tempatnya, kakinya mulai melangkah menjauhi sekolah. Ia sudah memutuskan untuk pulang sendiri, "Kalau tau begini lebih baik tadi aku mengajak Jihoon."
Deta mulai menyebrang jalan dengan langkah yang lemas.
PIIPPP!!!!
Deta menoleh seketika itu juga matanya membulat. Sebuah mobil melaju kencang mengarahkannya, Deta tak bisa menghindar rasanya langkahnya begitu berat dan tubuhnya memaku. Oh tuhan, tolonglah dia.
Srettt!
Seseorang menarik pergelangan tangan Deta, tubuh Deta menabrak badan orang tersebut sangat keras membuat keduanya ambruk dipinggir jalan. Untungnya jalanan begitu sepi ditempat itu.
Mata Deta terpejam ia masih takut untuk membukanya, ia berfikir bahwa jika ia membukanya ia pasti sudah ada di alam baka saat ini.
"Yak, menyingkirlah kau sangat berat."
Suara orang yang baru saja menyelamatkannya berhasil membuat Deta membuka matanya, awalnya ia mengira ia benar-benar sudah mati tetapi senyumnya mengembang saat ia tau ia masih hidup. Deta mengangkat kepalanya untuk melihat orang yang telah menyelamatkannya, seketika senyumnya luntur ketika ia telah melihat orang yang menolongnya adalah orang yang ia kenal.
"Ji... Jimin-shi," Deta menatap Jimin dengan wajah terkejutnya.
"Menyingkirlah dari atasku atau aku yang akan bangun." Jimin mengangkat kepalanya dan hidung mancungnya sudah bersentuhan dengan hidung Deta.
Deta masih setia pada posisinya, ia masih belum sadar tapi tak lama kemudian ia bangkit menyingkir dari atas jimin setelah ia sadar apa yang akan terjadi jika Jimin bangun dan ia masih dalam posisi tersebut.
Jimin mengulurkan tangannya ke atas bermaksud meminta bantuan pada Deta, tanpa ba-bi-bu Deta langsung menangkap tangannya dan membantu Jimin untuk bangkit.
"Astaga tanganmu berdarah!" Deta memperhatikan tangan Jimin yang terluka karena tergores oleh aspal, ia mendekatkan tangan Jimin ke wajahnya dan meniup luka Jimin dengan wajah khawatirnya.
"Sudahlah aku tidak apa-apa." Jimin menarik tangannya tapi Deta bersikeras untuk mengobati luka Jimin lagipula Jimin terluka karenanya jadi ia harus bertanggung jawab.
Sepertinya Deta tidak mengerti yang Jimin pikirkan, seharusnya itu sudah menjadi kewajiban Jimin untuk menjaga dan melindungi Deta tanpa menerima balasan apapun dari Deta.
Jimin menggenggam tangan Deta yang menggenggam tangannya dan menariknya menuju mobil yang ia parkirkan tak jauh dari tempat mereka berada.
"Kau benar-benar tak apa-apa untuk menyetir? Dimana ahjussi itu?" setelah masuk kedalam mobil Deta terus melempar jimin dengan pertanyaan yang membuat Jimin begitu muak.
"Diamlah atau aku yang akan membuatmu diam." ucap Jimin, ia mencoba mengancam Deta agar Deta menurutinya dan hanya dengan cara itulah yang ampuh untuk gadis keras kepala seperti Deta.
Setelah Deta diam dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun Jimin pun tersenyum menang dan melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.
Hening terus terjadi diantara keduanya, Deta sibuk dengan pikirannya sedangkan Jimin sibuk menyetir dan memfokuskan dirinya pada jalanan didepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married To Park Jimin [ JIMIN BTS FF ] END
Fiksi PenggemarCOMPLETED#2 in FiksiPenggemar Menikah di usia 17 tahun dan masih berada di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah hal yang mustahil bagi gadis yang bernama Choi Deta. Di tambah pria tersebut adalah mantan Idol dari sebuah grup boyband terkenal y...