HAPPY ONE THOUSAND READS
💞HAPPY READING💞
***
Gadis berparas cantik yang mengenakan setelan kerja sedang berjalan memasuki kantor, gadis itu membungkuk pada setiap orang yang berjalan melewatinya, sepanjang perjalanan ia terus mengukir senyum menambah cantik pada wajahnya.
"Yerin-ah!" panggil seseorang dari arah belakang, gadis bernama Yerin tersebut membalikkan badannya saat ia melihat siapa orang yang memanggilnya senyumannya pun mengembang.
"Oh, Jimin-ah,"
Melihat jimin yang berjalan mendekatinya, Yerin pun juga berjalan mendekati Jimin sampai langkah keduanya terhenti saat jarak mereka sudah dekat.
"Maafkan aku kemarin aku meninggalkanmu begitu saja," Yerin meneliti setiap wajah Jimin dan ia hanya melihat wajah penyesalan yang ditunjukkan oleh Jimin.
"Gwaenchana nae araseo, kau pasti mengkhawatirkan sepupumu," bohong jika Yerin mengatakan ia baik-baik saja pada saat itu, ia sangat kecewa karena Jimin membatalkan acara nonton mereka kemarin hanya demi sepupunya, tapi untunglah Yerin memiliki pikiran dewasa yang membuatnya tak harus marah dengan hal sekecil itu.
"Nanti siang aku akan mentraktir Rinnie-ku yang baik ini makan sebagai permintaan maafku," tutur Jimin dengan senyum yang membuat matanya menghilang, eye smile yang sangat disukai Yerin, hanya dengan melihat senyum Jimin dapat membuat Yerin ikut tersenyum.
"Ey... Kau jangan memanggilku dengan nama yang kau beri padaku," Yerin memukul lengan Jimin, Jimin mengelusnya dan memasang mimik kesakitan. Rinnie adalah nama yang Jimin berikan pada Yerin saat mereka baru memulai pertemanan.
"Akh... Appo," ringisnya, Jimin hanya berpura-pura agar Yerin merasa bersalah dan meminta maaf padanya.
"Mian, perasaan aku tidak memukul sekeras itu," Yerin mengelus lengan Jimin dengan mimik khawatir, Jimin yang pun melihatnya tersenyum senang.
"Kajja, kita harus bekerja." Jimin merangkul bahu Yerin dan berjalan menuju lift yang telah terbuka.
"Ige mwohae, neo geotjimal?" Yerin menatap Jimin tak percaya karena ia telah dibohongi, Jimin terkekeh mendengar penuturan Yerin yang mengetahui jika ia hanya berpura-pura kesakitan.
🐱🐱🐱
Karena kepalanya yang terasa berputar-putar membuat gadis bername tag Choi Deta tersebut terbaring dengan balutan selimut di atas ranjang yang berada di UKS. Ia terlelap dari dua jam yang lalu sampai tidurnya terusik, matanya mengerjap dan saat matanya telah terbuka sempurna ia mengedarkan pandangannya. Ia ingat kenapa ia berada disini.
"Sudah bangun?"
Deta tersentak saat sesosok wajah tepat berada diatasnya, matanya sedikit melotot melihat wajah seorang pria yang sangat ia kenali, dialah Jihoon laki-laki berparas tampan yang akhir-akhir ini selalu menemaninya semenjak Mita tidak bisa menemaninya karena tugas-tugas sialan yang diberikan oleh guru.
"Kau mengagetkanku," tutur Deta seraya menyingkirkan wajah Jihoon yang berada diatasnya dengan tangan kanannya, "Berapa lama aku tertidur?" tanya Deta saat posisinya telah ia ubah menjadi duduk seraya memegang kepalanya yang masih terasa pening.
"Um... Dua jam," jawab Jihoon setelah melihat arloji yang melingkar di tangannya.
"Wae neo yeogi iseo?"
"Kau pikir aku kesini untuk melihatmu? jangan terlalu percaya diri. Aku kesini karena aku juga sama sepertimu. Sakit," ucap Jihoon seraya menatap Deta remeh.
"Siapa juga yang mengatakan kau disini karena aku," Deta berkata seraya melihat Jihoon dengan memutar kedua bola matanya jengah.
Deta hendak bangkit tetapi Jihoon segera menahan kedua bahunya, "Mau kemana kau?"
"Aku harus kembali ke kelas," jawab Deta, ia menyingkirkan tangan Jihoon dari kedua bahunya tetapi Jihoon kembali menahannya.
"Kau tidak perlu kembali, lagipula sedikit lagi bell istirahat akan berbunyi," Jihoon melihat arlojinya dan kembali menatap Deta.
Benar juga, percuma ia kembali ke kelas, jam pelajaran Goon-saem akan berakhir beberapa menit lagi. Deta pun kembali menaikkan kedua kakinya keatas ranjang membuat Jihoon melepas bahu Deta dan mengukir senyum.
"Sayang,"
"Mwo?!"
Deta menatap Jihoon tak percaya, tapi ia tidak ingin salah paham. Deta mengedarkan pandangannya ke semua arah tetapi ia tidak melihat siapapun, diruangan itu hanya ada mereka berdua. Deta kembali menatap Jihoon, "Aku?" Deta menempatkan jari telunjuknya di depan dadanya.
Jihoon mengangguk dengan senyum merekah, "Kemarin kau memanggilku seperti itu,"
"I... Itu aku hanya salah menyebutmu jadi jangan salah paham," Deta terlihat gugup didengar dari suaranya yang gemetar dan wajahnya yang sedikit pucat.
"Jelaskan padaku!" Jihoon duduk mendekati Deta membuat Deta bergeser dari posisinya.
"Apa yang harus ku jelaskan?" Deta mengernyitkan keningnya menatap bingung Jihoon.
"Kemarin kau tiba-tiba saja bersikap manis padaku, jelaskan itu padaku sekarang."
"A... Aku tidak merasa melakukan itu," Deta mencoba mengelak padahal ia tau jelas kemarin ia melakukan itu pada Jihoon, dan Deta benar-benar menyesal akan hal itu. Ini semua karena Jimin. Deta hanya bisa menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Baiklah, aku akan mengingatkan mu," ucap Jihoon, Deta mengangkat kepalanya menatap Jihoon.
Tiba-tiba Jihoon menangkup kedua pipi Deta, tentu Deta terkejut ia melirik salah satu tangan Jihoon yang menempel pada pipinya dan kembali menatap Jihoon yang sangat dekat dengannya, "Mwoya?" ucap Deta.
"Sayang, ayo kita pergi sepertinya mereka ingin menghabiskan waktu berdua~" Jihoon berucap dengan menirukan suara Deta kemarin yang benar-benar menggemaskan. Jihoon terkekeh saat melihat ekspresi terkejut Deta, "Bagaimana? Kau sudah mengingatnya?" Jihoon menjauhkan kedua tangannya dari pipi Deta.
Deta menghela nafas berat ia sudah tak bisa menutupi kebenaran dengan kebohongannya, "Hm... Aku ingat." ucap Deta pasrah.
"Jadi sekarang jelaskan padaku mengapa kau melakukannya?" Jihoon menatap Deta dengan wajah seriusnya dan Deta hanya bisa diam memikirkan kebohongan apa yang harus ia lakukan pada Jihoon.
"Deta-ah!!"
Kedua hamba Tuhan tersebut menoleh ke asal suara tersebut yang berasal dari arah pintu.
"Oh... Mita-ah," Deta terkejut melihat Mita yang tiba-tiba datang. Deta berhenti melihat Mita yang masih tetap berdiri diambang pintu ia kembali melihat Jihoon yang masih melihat Mita, Deta tersenyum saat ia sadar ia telah lolos dari pertanyaan Jihoon. Ia segera bangkit dan berjalan mendekati Mita.
"Syukur kau datang, aku merindukanmu sudah lama kita tidak ke kantin bersama. Aku lapar kita ke kantin, kajja!" Deta merangkul lengan Mita dan menyeret Mita ikut bersamanya untuk mengisi perutnya.
Jihoon yang masih didalam ruangan itu hanya terdiam melihat pintu yang telah tertutup.
"Sepertinya aku mulai tertarik,"
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married To Park Jimin [ JIMIN BTS FF ] END
FanficCOMPLETED#2 in FiksiPenggemar Menikah di usia 17 tahun dan masih berada di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah hal yang mustahil bagi gadis yang bernama Choi Deta. Di tambah pria tersebut adalah mantan Idol dari sebuah grup boyband terkenal y...