***
Semenjak hari itu Jimin terus menemui Deta, tentu sebelumnya ia harus memohon-mohon pada nyonya Choi dan akhirnya ia mendapatkan izin untuk menemui Deta.
"Kau harus makan," Jimin mengarahkan sendok ke mulut Deta yang masih tetap mengatup rapat, bahkan Jimin merasa lebih mudah menyuapi seorang bocah dari pada Deta.
"Kubilang pergilah!" Deta membentak Jimin. Sudah bukan kejutan lagi bagi Jimin, ia sudah berulang-ulang kali di bentak Deta.
"Aku akan pergi setelah kau menghabiskan makanmu,"
Jimin tersenyum menang saat Deta membuka mulut dan langsung melahap makanan yang ia suap.
Jimin terus menyuapi Deta sampai tangannya terjulur membersihkan mulut Deta yang belepotan.
Deta sedikit terkejut saat jimin membersihkan mulutnya namun ia memilih membiarkan jimin melakukannya, lagipula ia juga merindukan sentuhan pria menyebalkan itu.
Makanan sudah dihabiskan oleh Deta, "Sekarang pergilah,"
"Kau benar-benar ingin aku pergi?"
Deta tak menjawab, ia hanya membuang muka namun ia kembali melihat Jimin saat sesuatu menyentuh tangannya. Ia melihat tangan Jimin menggenggam tangannya, ia ingin menarik tangannya namun Jimin menahannya.
"Aku tau, saat kau menyuruhku untuk pergi itu berarti kau memintaku untuk tetap tinggal dan tak membiarkanku untuk melepasmu. Aku merindukanmu," ucap Jimin lirih, "Kumohon, kembalilah padaku. Aku benar-benar minta maaf,"
"Kau telah mengecewakanku. Saat itu bagaimana bisa kau melepaskanku semudah itu? Aku menahan semuanya, perselingkuhanmu, kebohonganmu. Kenapa kau mengkhianatiku?! Kau bosan padaku?" Deta terus memukul Jimin melampiaskan kekesalannya pada pria itu seraya menangis.
"Beri aku kesempatan," Jimin menggenggam kembali tangan Deta.
"Kesempatan apa, huh?! Kesempatan untuk menyakitiku lagi?!"
Jimin menggeleng kepalanya cepat, "Kesempatan untuk memilikimu lagi. Aku seperti orang mati tanpamu, aku tak pernah bisa tidur karena kau tidak ada di sampingku. Aku sering melewatkan jam makanku karena aku hanya ingin masakanmu," Jimin tak bisa membendung air matanya, dan sekarang ia memperlihatkan betapa rapuh dirinya saat wanita yang berada dihadapannya itu tak lagi bersamanya.
Deta menatap Jimin nanar, ia juga baru menatap betapa kurus tubuh pria yang berada dihadapannya dari terakhir kali ia melihat pria itu saat masih tinggal di atap yang sama, tangan Deta terulur mengusap pipi tirus Jimin membuat Jimin yang sedari tadi menunduk mengangkat wajahnya menatap Deta.
"Aku akan memberi kesempatan itu, tapi jangan pernah kau menyiakan kesempatan yang kuberikan,"
Betapa senangnya Jimin saat mendengar kata-kata itu dari bibir Deta. Jimin mendekap tubuh Deta begitu erat, ia tak akan pernah kembali bodoh melepaskan pemilik tubuh yang sedang ia dekap.
"Terimakasih. Aku mencintaimu," Jimin memberi kecupan pada puncak kepala Deta.
"Aku juga mencintaimu," Deta mulai membalas pelukan Jimin dengan air matanya.
♥️♥️♥️
Hari ini kondisi Deta telah membaik, dan ia sudah diperbolehkan untuk meninggalkan rumah sakit. Saat dirinya sedang sibuk melipat selimut, Jimin, pria itu sibuk merangkul pinggangnya mengikutinya kemana saja.
"Jimin-ah, lepaskan. Kau membuatku risih,"
"Sudah biarkan saja, kau kerjakan saja tugasmu, "
Deta mencubit perut Jimin membuat Jimin melepas rangkulannya dan menjauh dari Deta. Jimin terus mengelus perutnya.
"Tidakkah kau tau ini menyakitkan?" Jimin mengerucutkan bibirnya.
Deta menatap Jimin sebentar dan kembali pada kesibukannya seraya mengulum senyumannya tapi ketenangannya hilang saat Jimin kembali merangkul pinggangnya.
"Kau jahat," bisik jimin.
"Eomma!!"
Kedua sejoli itu berbalik dan mendapati kedua bocah yang berlari menghampiri mereka, senyum Deta pun merekah melihat kedua anaknya.
Deta langsung merangkul kedua anaknya, Jimin hanya terdiam melihat ketiganya. Ia ingin memeluk keluarga kecilnya itu namun ia urungkan mengingat Minji dan Hyunjim yang masih menganggapnya orang asing.
"Ahjussi, eomma akan pulang apa ahjussi tidak akan menemui kami lagi?"
Deta menatap Jimin yang terlihat kebingungan ingin menjawab Minji.
"Siapa bilang, dia akan terus bersama kalian," jawab Deta.
"Benarkah?!" Hyunjim menatap Jimin.
Jimin mengangguk seraya menampilkan senyumannya.
"Kenapa kau begitu canggung dengan mereka? Mereka anakmu," bisik Deta.
"Waktu itu ahjussi berjanji akan mengajak kami membeli ice cream saat eomma sadar nanti," Hyunjim menggenggam jari telunjuk Jimin.
Jimin menggendong tubuh kecil Hyunjim, "Tentu saja, tapi setelah eomma kalian benar-benar sehat,"
"Ne!!" ucap Minji dan Hyunjim kompak.
Jimin mendekatkan wajahnya pada Deta, "Terimakasih sudah memberikan mereka," bisik Jimin, tangannya yang menganggur merangkul pinggang Deta, Deta hanya bisa mengukir senyum melihat betapa senangnya Jimin saat ini.
"Eomma," Minji menjulurkan kedua tangannya minta di gendong oleh sang eomma, Deta pun menggendong putrinya.
Nyonya Choi yang berada diluar ikut bahagia melihat putrinya kembali tersenyum dan tentu ia berharap Jimin dapat menjaga anak dan cucu-cucunya itu.
Tbc.
Hehehe, sorry update tengah malam,
Masih ada orang kah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Married To Park Jimin [ JIMIN BTS FF ] END
FanficCOMPLETED#2 in FiksiPenggemar Menikah di usia 17 tahun dan masih berada di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah hal yang mustahil bagi gadis yang bernama Choi Deta. Di tambah pria tersebut adalah mantan Idol dari sebuah grup boyband terkenal y...