3

60 7 0
                                    

Pukul 9:15 pagi,  Aku beranjak dari posisi ternyaman ku segera membersihkan diri.

Kelas dimulai pukul 10 tepat, Aku hanya punya waktu 20 menit untuk bersiap-siap.

Butuh setidaknya sepuluh menit untuk sampai ke kampus.

Aku pergi ke arah dapur menuruni tangga, suara televisi terdengar samar.

Tidak mungkin Jinyoung lupa mematikan televisi semalam.

Seseorang terlihat terbaring di sofa panjang yang terletak di depan televisi.

Aku mendekat perlahan, bau alkohol samar menusuk hidung.

Jackson.

"Sya, berangkat sekarang?"

Aku menoleh, Jinyoung telah berdiri di ujung tangga setengah berbisik.

Aku mengangguk.

Segera ke dapur mengoleskan selembar roti dengan selai cokelat, mengambil sekotak susu dan segera pergi.

Aku masuk ke dalam mobil sedan yang siap melaju.

Jinyoung telah berada di kursi pengemudi dengan kaos putih yang sejak malam melekat di tubuhnya dan celana pendek diatas lutut. 

"Kak, lo ngga kuliah?"

"Ngga, kampus gua masih libur dua hari "

Aku mengangguk, melahap roti dan menghabiskan sekotak susu.

*******

Kami sampai di Pearson University, kampus yang menduduki peringkat kedua di negara Goldstein setelah Goldstein University tempat Jinyoung menimba ilmu.

"Kalo mau pulang telfon"

Aku mengangguk.

"ASYAAAAA"

suara khas yang lantang menggema di perkarangan kampus. Jimin.

Satu-satunya teman ku di kampus yang membosankan ini.

Aku menoleh mencari sumber suara, Jimin mendekat ke arah ku sedikit berlari dengan kedua sudut bibirnya terangkat.

"How is your holliday?"

Jimin berkata tepat setelah kami berjalan berdampingan.

"Hmmm, not bad"

"Gimana kabar kakak ganteng ku?"

"Dont say that. Risih gua dengernya"

"Yauda yaudah, gimana kabar kak Jinyoung ku yang tampan nan mempesona"

"Anjir!"

Tanganku meninju lengan Jimin dengan lembut. Tanda dia harus berhenti.

"Hehehe"

Kini kedua sudut di bibirnya terangkat lebih tinggi hingga menunjukkan giginya.

Kami berjalan di koridor kampus, menuju loker dengan angka 17 dan 18.

Loker kami tepat bersebelahan. Angka 17 untukku dan 18 untuk Jimin.

Sejak berjalan di perkarangan kampus hingga sampai di loker kami membicarakan tentang liburan pergantian semester.

Selama kami berbincang Jimin beberapa kali menoleh ke arah lain.

Aku tidak tertarik dengan apa yang dia lihat.

"Yo whatssup!"

Suara Bambam terdengar di seberang loker kami.

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang