22

38 9 0
                                    

Hari ini Aku bangun lebih awal dari biasanya. Aku memasuki kamar Jinyoung yang tidak pernah terkunci.

Jinyoung di sana terlelap dengan tenang.

Beberapa pakaian tergeletak di tempat yang sama, tepat seperti saat ku tinggalkan semalam. Koper berwarna hitam berukuran sedang telah berdiri di dekat pintu.

Aku menata kembali pakaian tidak terpilih itu ke dalam lemari, kemudian membangunkan Jinyoung pukul lima tepat.

Selagi Jinyoung bersiap-siap, Aku menyiapkan sarapan dan roti berisi selai cokelat sebagai bekal.

Ponselku bergetar, satu notifikasi pesan masuk.

Asya, nanti sore tante berangkat. Jangan lupa ya cantik.

Jantungku berdetak lebih cepat.

Ya Tuhan. Aku bahkan sudah lupa.

Haruskah Aku menceritakan ini kepada Jinyoung?

Tidak.

Ia punya tanggung jawab besar untuk acaranya nanti Aku tidak boleh membuatnya kehilangan fokus.

Aku menarik napas panjang, kemudian menghembuskannya perlahan.

Tenang Asya, itu hanya tante Kim.

Hanya tante Kim.

Tanpa Yugyeom.

Benar, tanpa Yugyeom.

Semoga.

Tak lama setelah itu, Jinyoung menuruni tangga dengan penampilan yang lebih rapih sambil menggendong ransel hitam dan membawa koper.

Selagi Jinyoung menghabiskan telur dadar yang ku buat, Aku berganti pakaian.

"mau kemana pagi-pagi?" ucap Jinyoung

"mau nganterin Lo lah" jawab ku singkat

"ngga usah, Gua naik taxi onli-"

Tidak ingin mendengar apa yang akan dia katakan, Aku menyela ucapannya.

"SHHHHHHHHHH, DIEM"

Jinyoung terdiam, menatapku heran.

"Gua anter titik" ucapku kemudian

Jinyoung mendengus kesal.

"Punya adek ngga ada nurut-nurutnya" ucap Jinyoung

Aku tersenyum jahil tanpa menjawab ucapan Jinyoung.

Jinyoung bangkit dari tempat duduk, kemudian membawa kopernya. Sementara Aku meraih tas ranselnya sedikit meringankan beban.

Kami berangkat menuju Goldstein University pukul enam lewat sepuluh menit.

Hanya membutuhkan lima belas menit hingga kami tiba.

Beberapa bis berbaris rapih, cukup banyak hingga Aku tidak berniat sedikitpun untuk menghitungnya.

Mahasiswa berdatangan, sebagian diantar keluarganya dan sebagian lagi menggunakan taxi online.

Cukup ramai hingga Aku tidak menyadari Jackson memanggil namaku dari kejauhan.

"belum berangkat suara Gua udah mau abis" ucap Jackson

"hehe, maaf" ucap ku

"tumben Lo bawa Asya ke kampus" ucap Jackson kepada Jinyoung

"sana pulang" ucap Jinyoung ke arahku setelah mengeluarkan kopernya dari bagasi. Mengabaikan ucapan Jackson.

"dih, ngga mau" jawabku

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang