12

36 6 0
                                    

Aku menuliskan pesan kepada Jinyoung agar tidak perlu menjemputku, karena dua menit yang lalu Jackson mengirimiku pesan bahwa Ia akan menjemputku di kampus.

Aku berdiri di sepanjang perkarangan kampus, menunggu mobil sport hitam yang sejak lima belas menit yang lalu ku tunggu.

Aku menghela napas kesal.

"Belom pulang, Sya?"

Aku menoleh. Bambam telah berdiri di sampingku.

"Tau nih, lama banget"

"Lah tumben Jinyoung telat"
Ucap Bambam.

"Bukan Jinyoung"

"Siapa? Mark?"
Bambam mengangkat salah satu alisnya. Menyerigai.

"Hah kok Mark?"

"Eyy kemarin Gua liat Lo senyum-senyum ngobrol sama Mark"
Ucap Bambam menjelaskan.

Aku mengingat kembali kalimat Mark yang saat itu membuat hatiku tersentuh.

Kalimat yang bahkan tanpa sadar membuat kedua sudut bibirku terangkat sepanjang malam.

"Ahh itu cuma ngobrol biasa"
Aku menjawab

"Masa sih? Tuh pipi lo merah"

Aku menyentuh kedua pipiku yang kini sudah terasa hangat.

Bambam menyikut lenganku pelan.

"Goodluck ya, Sya. Gua ikut seneng kalo Lo seneng"

"Bambam ih!"
Aku mendengus kesal.

"Sya, ada Mark tuh"

Aku menoleh ke arah yang telah Bambam tunjuk.

Benar. Mark disana di kursi panjang yang terletak di bawah pohon rindang berbincang dengan beberapa temannya.

Mataku terkunci disana. Melihat Mark tersenyum, sesekali tertawa, lalu tiba-tiba wajahnya menjadi serius.

Bambam menepuk lengan ku beberapa kali.

"Sya, Jackson tuh"

Aku menoleh. Kini mobil sport berwarna hitam telah terparkir di depanku.

Aku mengucapkan selamat tinggal kepada Bambam, kemudian duduk di kursi penumpang.

"Oh itu yang namanya Mark"
Ucap Jackson selagi menekan pedal.

Aku menoleh.

"Jangan mulai deh"

"He is cool"

Aku mendengus tidak ingin menanggapi.

Jackson terdiam tidak melanjutkan aksinya. Namun, Aku bisa merasakan Jackson masih menyerigai.

Kami sampai di salah satu mall.

Sepanjang hari Aku mengikuti ke arah mana Jackson melangkah.

Pertama, kami pergi ke toko sepatu. Bukan. Bukan satu toko sepatu. Lima toko sepatu kami jelajahi.

Setelah itu, kami menuju toko baju. Hampir semua toko baju kami jelajahi.

Sesekali berhenti untuk minum dan membeli makanan ringan.

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang