26

30 6 0
                                    

Yugyeom's POV

Aku terbangun merasakan tubuh Asya mengigil dalam dekapanku.

Aku menyentuh keningnya, memastikan suhu tubuhnya.

Hangat. Mungkin dia demam.

Untuk sepersekian detik pandanganku terkunci disana.

Keringat memenuhi pelipis, mata sembab, dan tubuh menggigil hebat.

Dadaku menyerngit perih.

"Maaf, Aku bodoh. Sebodoh itu sampai ngga bisa lagi melepaskan kamu" Ucapku sambil beberapa kali memukuli diri.

Hanya itu kata yang selalu terulang dalam benakku.

Maaf.
Maaf membuatmu terluka sedalam ini.

Aku janji untuk tidak menyakiti dan meninggalkanmu lagi sampai kapanpun.

Aku mengusap air matanya yang kering, kemudian bergegas mencari kamar Asya sekaligus memulihkan lenganku yang keram.

Tidak membutuhkan waktu lama, Aku bisa menemukannya.

Aku meraih tubuh Asya kemudian memindahkannya ke dalam kamar dan mengompresnya dengan air hangat.

"Seandainya Aku bisa menjelaskan semuanya" ucap ku sedikit berbisik agar Asya tidak terbangun

Aku menghela napas panjang, kemudian melanjutkan.

"Beberapa hari sebelum kejadian itu, Aku mengalami hari yang buruk. Untuk kesekian kalinya Aku ngga lolos audisi dan Aku mulai putus asa. Aku ngga tahu apa yang harus Aku lakukan dengan akademik yang memburuk dan orang tua yang memaksaku untuk pergi ke perguruan tinggi"

"Aku butuh kamu, tapi kamu tidak disana. Kamu orang yang baik, Asya. Kamu peduli dengan teman-temanmu, kamu mengutamakan keluargamu, sampai kamu bahkan mengabaikan Aku"

"Sialnya, gadis picik itu mengantikan posisimu. Dia membuatku hilang kesadaran sampai akhirnya Aku ngga sadar kamu disana"

Aku berhenti sejenak.
Mencelupkan kembali handuk ke dalam air hangat, kemudian meletakkan lagi di keningnya.

"Pertama kali Aku mendengar kabar kamu kecelakaan. Aku kacau. Aku kacau, Sya. Setiap hari Aku pergi ke rumah sakit. Aku memastikan keadaanmu dari jauh, karena ngga mau ngeliat kamu makin sakit."

"Aku ngga mau membuat keadaanmu semakin parah"

Asya sedikit bergerak, Aku berhenti mengatakan apapun.

Sekarang Aku disini. Berharap bisa memperbaiki semuanya.

Perasaanku sejak dua tahun lalu bahkan tidak berkurang sedikitpun.

Bukankah selama ini tidak pernah ada kata pisah?

Jadi, tidak apa bukan jika Aku berusaha mempertahankan hubungan kita?

Yugyeom's POV end-

Aku bangun setengah tersentak, teringat bahwa Aku harus pergi kuliah.

Sedikit meringis karena kepalaku berdenyut nyeri. Pusing.

Aku terdiam cukup lama hingga mataku dapat menyesuaikan cahaya dalam ruang, menyadari keberadaanku dan merasakan handuk lembab di keningku.

Aku meraih ponselku yang entah bagaimana berada di atas nakas dekat tempat tidur.

Pukul sepuluh lewat empat puluh menit. Tanpa sadar Aku mengutuk diri.

Aku bergegas merapihkan diri. Meskipun sudah telat sepuluh menit, Aku rasa Aku masih bisa datang sekedar mengisi daftar hadir untuk kelas pertama.

Selagi merapihkan diri dan peralatan kampus, kepalaku berdenyut nyeri.

Baru akan meraih tas dan ponsel, pintu kamarku terbuka.

Kim Yugyeom.

Ah, Aku baru ingat.

Semalam Aku menangis hebat.

Mungkin Aku kelelahan sampai terlelap, kemudian Yugyeom membawaku ke kamar dan meletakkan handuk lembab di keningku.

Yugyeom berdiri di depan pintu, dengan sekantung plastik di tangan kanan dan mangkuk di tangan kirinya.

Tanpa perintah, ia meletakkan mangkuk dan kantung plastik tersebut di atas kasur kemudian bergegas menghampiriku.

"Mau kuliah?" Ucap Yugyeom tepat setelah ia sampai dihadapanku.

Aku mengangguk.

Yugyeom menyentuh keningku perlahan, kemudian berpikir.

"Aku ngga apa-apa" ucapku

Aku tidak bisa berlama-lama. Kelas pertama akan segera berakhir.

"Yakin?"

Aku mengangguk. Tidak mau melewatkan 5 sks (sistem kredit semester) hari ini.

"Aku anter, ya?" Ucap Yugyeom

Lagi-lagi Aku mengangguk.

"Tapi sarapan dan minum obat dulu" ucap Yugyeom sambil mengarahkan wajahnya ke arah mangkuk dan kantung plastik yang tergeletak di atas kasur.

Aku mengikuti arah pandangnya dan melihat jam di tanganku, lalu mendengus kesal.

"Kim Yugyeom, Aku telat"

Yugyeom menyadari perbuatannya.

Kami bergegas pergi. Akhirnya Yugyeom menyuruhku untuk sarapan dan minum obat selama di perjalanan.

Aku mengikuti perintahnya.

Ternyata mangkuk tersebut berisi bubur kacang hijau yang masih hangat dan kantung plastik itu berisi beberapa obat-obatan.

Kami sampai sepuluh menit kemudian.

"Sya" ucap Yugyeom menghentikan Aku yang sedang membuka pintu mobil.

Aku menoleh.

Yugyeom meraih kantung plastik itu dan menyerahkan obat oles kecil.

"Mata kamu bengkak" ucap Yugyeom

Eye cream.
Aku membaca tulisan yang tertera pada kemasan.

Bisakah kamu berhenti melakukan ini?

Aku tidak menjawab.

Baru akan melangkahkan kaki keluar, Yugyeom menggenggam lenganku erat.

"Jangan menghindar dari Aku lagi, ya?"

Aku menghela napas panjang.

Entahlah. Masih sulit bagiku melihatmu, kemudian mengingat masa-masa itu.

Ditambah lagi, Aku tidak bisa memastikan perasaan ku sendiri. Aku terombang-ambing dan Aku muak.

Aku muak dengan diriku yang seakan-akan bisa memaafkanmu dengan mudah.

Aku perlu beberapa waktu lagi, entah berapa lama.

Tanpa menjawab.

Aku melepaskan genggamannya perlahan, kemudian pergi.

*******

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang