6

50 6 0
                                    

Seminggu berlalu setelah pertemuanku dengan Mark.

Bambam bersikeras agar Aku menerima tawaran itu, sementara Jimin mendukung apapun keputusanku.

Ponselku berdering nyaring, Aku meraih ponselku.

Nama Jackson tertera di layar.

"BABEEE"

suaranya nyaring memekakkan telinga

"Anjir, ngga bisa santai apa?"

"Nggak. Lo dirumah kan, Sya?"

"Hmm, napa?"

"Ayo keluar, gua bosen"

Hari ini hari minggu, Jinyoung dan Jimin seperti biasa sibuk dengan acara kampus. Bambam memantau bisnis keluarganya. Bosan. Akhirnya Aku mengiyakan ajakan Jackson.

"Lo tuh semenjak jomblo kerjaannya gangguin gua mulu ya"

Aku membuka pembicaraan di dalam mobil sportnya yang telah melaju sejak tujuh menit yang lalu.

"Yup, karena gua tau lo pasti di rumah cuma guling-gulingan di kasur"
Aku memutar bola mataku.

"Kita mau kemana?"

"Main escape room"

"Hah? Berdua doang?"

"Iyaa"

"Ngga seruu"

"Seruu"

"Nggak! Escape room lebih seru kalo rame-rame"

"Seruu! Kalo sama Jackson apapun bakal seru"

Aku mendengus.

Terjebak di sebuah ruangan dan berusaha memecahkan petunjuk, permainan itu akan lebih menyenangkan jika dimainkan bersama.

Aku membayangkan Jackson di dalam ruangan tersebut hanya akan modar-mandir kebingungan, sementara Aku kemungkinan besar berusaha bersembunyi di balik punggung Jackson sambil menutup telinga karena payah dengan backsound horror.

Kita tidak akan bisa keluar dari ruangan itu.

"Nggak"

Aku bersikeras.

"Ih bilang aja takut"

Jackson menyerigai

"Pokoknya ngga mau"

Aku melipat kedua tangan ku menoleh keluar jendela, memerhatikan sekitar, tidak ingin menyerah dengan perdebatan ini.

"Yaudah, terus maunya kemana?"

Jackson mencubit pipiku. Aku menoleh.

"Nonton, terus makan ice cream"

"Ngga ada film yang seru, Sya"

"Adaaa!! Lala land"

Jackson mendengus kesal.

Tidak ada jawaban lagi artinya dia telah mengalah.

Sampai di salah satu mall, Jackson masih kesal dia hanya membututiku dibelakang.

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang