31

44 7 0
                                    

Hari ini berjalan seperti hari sebelumnya.

Yugyeom menjemputku di rumah, kemudian mengantarku ke kampus.

Yang membedakan hanyalah, Yugyeom menjemputku lebih cepat.

Tidak ada perbincangan mengenai hubungan kami, bahkan hingga kami tiba di stasiun.

"Makasih ya sayang, udah mau nemenin tante" ucap Tante Kim tersenyum manis

"Sama-sama Tante, kalo main ke Pearson lagi boleh banget hubungin Asya loh" jawabku

"Pasti dong, cantik" ucap Tante Kim

"Asya" ucap Tante Kim lagi.

Kini matanya menatapku lembut dan suaranya sedikit lebih tegas.

"Yugyeom udah cerita semuanya. Semua orang bisa berbuat salah Asya, termasuk kamu bahkan Tante. Tapi, ngga semua orang mau belajar dari kesalahan itu. Tante yakin, kamu dan Yugyeom bisa melewati itu." Lanjut Tante Kim

Aku hanya mengangguk, tidak tahu bagaimana harus menanggapi.

Tante Kim menepuk pundakkku, meyakinkan. Lalu, menjauh memberi jarak.

Jisung mendekapku singkat, sebagai tanda perpisahan.

Aku dan Jisung  semakin dekat sejak kami pergi ke pantai.

Yugyeom mendekat ke arahku, sementara Jisung dan Tante Kim pergi lebih dulu menuju ruang tunggu.

"Ngga apa-apa kalo kamu belum bisa jawab sekarang" ucap Yugyeom

"Take your time, Aku tunggu sampai kapanpun" lanjut Yugyeom

Aku terkekeh singkat.

"Jahat banget" ucapku

"Aku ngga sejahat itu, menggantungkan kamu dengan ketidakpastian" ucapku melanjutkan

"Gyeom"

Aku menghela napas panjang.

"Aku udah maafin kamu"

"Aku akan pelan-pelan belajar nerima semuanya"

"Tapi, untuk kembali lagi percaya sama kamu butuh waktu lebih"

"Aku ngga mau menjalin hubungan sambil dihantui masa lalu"

Aku berhenti sejenak. Kemudian melanjutkan,

"Maaf"

"Mungkin bahagiamu bukan Aku lagi"

"Untuk sekarang dan beberapa waktu kedepan, Ayo kita cari kebahagiaan kita masing-masing"

"Mungkin kita dipertemukan diwaktu yang salah"

"Aku percaya, Jika takdir berkata lain. Kita pasti akan dipertemukan lagi untuk jatuh cinta yang kedua kalinya"

Dadaku berdenyit nyeri. Kini matanya menunjukkan rasa kecewa.

Tanpa aba-aba tubuhku bergerak mendekap Yugyeom erat.

"Makasih buat semuanya" Ucapku sedkit berbisik.

Yugyeom membalas dekapanku.

Kami mendekap satu sama lain cukup lama, hingga pengeras suara mengumumkan kereta tujuan selanjutnya. Goldstein.

Aku melepaskan dekapannya, kemudian mengucapkan selamat tinggal.

Yugyeom masih berdiri di tempat yang sama, namun Aku memutuskan untuk pergi lebih dulu.

Aku mengatur napasku yang terasa sesak tepat setelah Aku duduk di kursi pengemudi.

Beberapa tetes air mata jatuh dipipi.

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang