15

40 7 0
                                    

"MARK"

Seorang gadis mendekat ke arah Mark, kemudian mendekapnya erat.

Gadis itu melepaskan dekapannya, kemudian tangannya menjelajahi luka-luka pada wajah Mark.

Wajah gadis itu menunjukkan kesedihan sekaligus penyesalan yang amat dalam.

"M..ma..maaf" ucap gadis itu

Air mata jatuh membasahi wajah gadis itu.

"Gua ngga apa-apa" ucap Mark selagi menghapus air mata gadis itu.

Mark menutup pintu, kemudian menuntun gadis itu ke arah sofa. Tempatku berada.

Kami duduk berdampingan, Aku, gadis itu, kemudian Mark.

"Harusnya dari awal Gua ngga perlu melibatkan Lo" ucap gadis itu.

Aku mengalihkan pandanganku, berharap supaya Aku memiliki kemampuan untuk menghilang.

Suasana di ruangan ini menjadi aneh, tidak seharusnya Aku berada disini.

Aku mengembalikan pandanganku ke arah mereka dengan telinga yang juga siap mendengarkan perbincangan keduanya.

Tidak perlu munafik. Aku ingin tahu apa yang sedang terjadi. Aku ingin tahu siapa gadis ini dan apa hubungan dia dengan Mark.

"udah seharusnya Gua bantu Lo" jawab Mark lembut

Gadis itu menangis, Mark mencoba menenangkan.

"Mark, Gua mau pergi ke Hongkong" ucap gadis itu

Mark menatap gadis itu lamat-lamat. Meyakinkan apa yang baru saja ia dengar.

"Gua ngga bisa stay di Pearson, Gua capek" lanjut gadis itu

Mark mengangguk mengerti.

Ponsel ku berdering menandakan ada pesan yang baru saja masuk.

Jinyoung :
We need to talk. NOW.

Aku segera mengetik balasan singkat "Oke".

Aku melihat gadis itu sudah lebih tenang.

Mark menoleh ke arah ku. Sepertinya Mark merasakan pergerakan ku yang mulai tidak nyaman.

Aku memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berpamitan.

Aku memberikan isyarat pada Mark bahwa Aku harus segera pulang.

Awalnya Mark terlihat bingung, namun setelah isyarat ke tiga Mark mulai mengerti.

Mark mengangguk, kemudian Aku beranjak pergi.

Jinyoung telah duduk di sofa panjang depan televisi.

Aku menghampiri Jinyoung dan duduk disampingnya.

Beberapa menit kami duduk dalam diam.

Jinyoung menghela napas, kemudian menoleh ke arahku.

Jinyoung menatapku lamat-lamat memberikan isyarat bahwa Ia siap mendengarkan semuanya.

Aku menghela napas panjang, kemudian mulai menceritakan semuanya.

Pertemuanku dengan Mark pertama kali, tempat latihan kami yang kini pindah ke apartemennya, bagaimana bisa Aku pulang dengan Jaebeom, menyelamatkan Jackson saat Jinyoung sedang sakit, kejadian semalam, hingga pagi ini.

Aku menceritakan semuanya sedetail mungkin, berusaha untuk tidak melewatkan hal sekecil mungkin.

Aku menoleh ke arah Jinyoung, menunggu tanggapannya.

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang