Dewasanya seseorang bukan diukur dari berapa umurnya, tapi bagaimana cara dia menyelesaikan masalahnya.
-happy reading guys-
Rhea sudah duduk manis di meja makan, menunggu Ayah, Bunda dan juga Abangnya untuk ikut sarapan bersama. Ayah dan Bundanya baru saja pulang kemarin dari Jogja, karena khawatir dengan kondisi Rhea.
Hari ini, Rhea sudah bisa berangkat sekolah. Sebenarnya Abangnya melarang Rhe untuk berangkat ke sekolah, mengingat kondisi Rhea yang masih susah untuk berjalan.
Tapi Rhea ya tetap Rhea, keputusannya sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat lagi.Jujur saja, Rhea bosan jika harus tetap berada di rumah. Lebih baik dia sekolah kan? Mendengarkan Guru yang menjelaskan materi, mendengar bacotan teman temannya, dan pergi ke perpustakaan sekolah yang menyediakan berbagai macam buku.
Ayah maupun Bunda sebenarnya khawatir akan kondisinya, takut terjadi apa apa di sekolah nanti. Tapi Rhea berhasil meyakinkan mereka bahwa Rhea akan baik baik saja di sekolah nanti.
"Kak Rhe!!!" Bocah be rumur 9 tahun itu berlari dan langsung memeluk tubuh Rhea, untungnya Rhea dalam kondisi duduk jadi dia masih bisa menjaga keseimbangannya.
"Hallo adek kakak yang paling cantik." Rhea mencubit kedua pipi adiknya yang bernama Raissa itu.
"Raissa kangen kak, sama Kak Rhea."
"Kakak juga dong, eh kamu nggak sekolah? Kok nggak pakek seragam sih?" Tanya Rhea bingung, dia tidak mungkin salah hari kan? Hari ini adalah hari Selasa, di kalender juga tidak ada tanggal merah. Lalu kenapa adiknya tidak mengenakan seragam SD nya?
Raissa yang ditanya seperti itu, hanya tersenyum sambil menunjukkan dereran gigi gigi putihnya. "Aku capek kak kan aku pulang dari jogjanya udah kemaleman kemarin, jadi kata Bunda, aku istirahat dulu di rumah." Rhea hanya ber 'O' ria mendengar penjelasan adiknya.
"Bang!!!" Raissa kini beralih memanggil abangnya yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Apa Dek."
"Abang libur kuliah nggak hari ini?"
"Libur, abang kan juga capek abis penelitian kemaren."
"Abang yang nganterin Kak Rhea ke sekolah kan?" Tanya Raissa yang hanya diangguki oleh Rizki.
"Kalo gitu nanti Raissa ikut ya Bang, aku pengen nganterin Kak Rhea juga!!"
"Kamu di rumah aja sayang, istirahat!! Biar Abang yang nganterin Kak Rhea ke sekolah." Bundanya mengelus puncak kepala putri bungsunya itu.
"Nggak mau Bunda!!! Raissa mau ikut, aku kan belum pernah ikut nganterin kak Rhea kesekolah."
Bundanya ingin menjawab lagi, tapi Rhea memberi isyarat kepada Bundanya untuk membiarkan Raissa ikut mengantarnya. "Udah Bun, biarin Raisaa ikut nganterin aku ke sekolah."
Raissa yang awalnya mengerucutkan bibirnya, langsung menunjukkan senyum sumringahnya ketika Rhea memperbolehkan dka ikut.
"Rhea? Gimana keadaan kamu? Kmau yakin kuat untuk berangkat sekolah? Kalau ada apa apa kamu bisa telfon Ayah atau Abangmu ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CHILDISH BOY
Teen FictionRheana Giffani Masa lalu yang membuat gue takut untuk membuka hati kembali. Lo tahu apa yang gue benci di dunia? Kehilangan, satu kata yang membuat gue enggan untuk jatuh ke dalan cinta. Muhammad Kevlar Putra Liandra Jika bisa aku putar wak...