BAB 24

1.5K 76 12
                                    

Marah, adalah suatu keadaan dimana emosi mengalahkan logika dan segalanya.

-happy reading guys-

Seperti biasanya, Rhea akan menjadi orang pertama yang ada di kelas XI IPS 2. Jika Rhea tidak menjatuhkan Abangnya dari kasur ke lantai, mungkin saja dia akan berangkat lebih siang seperti kemarin. Yaps, tadi Rhea mengguncang tubung Abangnya agar abangnya satu itu bangun dari tidur.

Tapi karena memang dasarnya Bang Rizki itu Kebo cap bantal, jadi membutuhkan tenaga ekstra untuk membangunkannya. Secara tak sengaja, Rhea mengguncang tubuh Bang Rizki terlalu kuat hingga membuat abangnya itu jatuh ke lantai. Ampuh, setelah jatuh Bang Rizki langsung membuka matanya lebar lebar sambil meringis kesakitan akibat ulah adiknya itu.

Sedangkan Rhea, dia hanya melihat Abangnya yang jatuh mengenaskan itu tanpa ada niatan untuk membantu. "BUNDAAAA!!! PINGGANG RIZKI SAKIT GARA GARA RHEA NIHHH!!!!" Rhea menatap abangnya tajam, dih apa apaan abangnya ini? Kenapa jadi dia yang alay gini.

Alhasil Rhea diomeli habis habisan oleh Bundanya, tapi tentu saja tidak hanya Rhea yang diomeli. Bang Rizki juga mendapat omelan super dari bundanya, karena kebiasaan susah bangun tidur.

Rhe menatap kakinya yang patah, lalu menerawang kembali kejadian kemarin. Kejadian dimana Kevlar mengatakan Rhea adalah cewek yang cacat, Rhea hanya tersenyum getir saat kata kata itu berhasil meluncur dari mulut seorang Kevlar. Biasanya Rhea sama sekali tak peduli dengan apa kata orang, tapi entah kenapa ucapan Kevlar berhasil membuatnya terus kepikiran.

Tak mau bersedih sedih lagi, Rhea mengambil tongkatnya dan kemudian berjalan keluar kelas menuju tempat loker.

Setelah sampai di loker bernomor 13, Rhea merogoh kunci di saku roknya. Saat lokernya berhasil terbuka, ada sebuah kotak yang berukuran sedang.
Rhea menatap kotak itu bingung, setahunya dia sama sekali tak menyimpan kotak seperti itu di dalam lokernya.

"Pagi Rhe?" Sapa seorang cowok kepada Rhea.

Rhea yang gelagapan disapa seperti itu, langsung menutup kembali lokernya. "Pagi."

"Lo lagi ngapain Rhe?" Tanya cowok itu yang bernama Zaki. Rhea tak banyak tahu tentang cowok ini, tapi yang pasti Zaki ini adalah wakil Ketua Osis yang mendampingi Genta.

Seharusnya Rhea mengenalnya bukan? Tapi Rhea sama sekali tak banyak tahu tentang cowok ini, ya tahu sendirilah Rhea sangat malasa jika harus berurusan dengan orang orang yang tidak ia kenal.

"Nggak ngapa ngapain." Jawab Rhea masih dengan wajah datar.

Zaki terlihat kikuk mengobrol dengan Rhea. "Ohh yaudah deh, kalo gitu gue duluan ya Rhe." Zaki memberi senyuman hangatnya, sebelum ia melangkahkan kakinya untuk menuju kelasnya.

"Eh tunggu Zak!!!" Rhea memanggil Zaki, membuat Zaki menoleh ke arah Rhea.

"Ya?"

Rhea masih terlihat diam membisu, membuat Zaki mengernyit bingung.

"Kenapa Rhe? Kaki lo sakit? Mau gue bantu lo buat jalan ke kelas?" Tawar Zaki masih dengan senyumannya.

Rhea menggeleng. "Ehm, lo baru aja berangkat atau udah dari tadi?" Tanya Rhea.

Zaki menaikkan sebelah alisnya. "Gue baru aja berangkat kok, nih gue masih ngegendong tas. Kalo lo nggak percaya lo bisa tanya satpam kok Rhe."

MY CHILDISH BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang