Part 32

402 13 1
                                        

Memang sesederhana itu, hanya karena salah satu barang favoritnya dipakai orang yang disukainya.
Akan memberikan kesan yang berbeda.


-Happy Reading guys-

Rizki meletakkan tasnya ke kursinya, kemudian ia mendudukkan pantasnya di kursi. Ia mengambil ponselnya yang berada di sakunya dan memandang ponselnya, seolah dia sedang menunggu pesan dari seseorang.

Tiba tiba, Aryo datang berlari ke arahnya dengan keringat yang bercucuran. "Woy Riz, gila gila. Akhirnya gue bisa beli Cilok juga anjimm. Udah dari lama gue pen beli, tapi tiap gue dateng udah abis duluan. Lama lama gur kudu bangun jam 2 pagi beneran nih biar kebagian." Cecorosnya panjang lebar, sedangkan yang diajak ngobrol tampak tak peduli dengan cerita tak berguna Aryo.

Aryo yang sadar dirinya dicuekin itu, mendengus kesal. Kemudian cowok itu meletakkan seplastik cilok yang masih panas itu ke pipi Rizki. Membuat Rizki melonjak kaget, sambil mengelus pipinya.

"Anjirr lo Yo, panas woy!" Ucapnya kesal.

Aryo tertawa keras. "Mampus, salahnya gue cerita lo cuekin." Cibirnya.

Rizki kembali mengelus pipinya yang masih terasa panas. "Cerita lo nggak guna anjirr, ngapain gue dengerin."

Aryo mengangkat kursinya mendekat ke kursi Rizki. "Cobain deh Riz, ciloknya enak banget parah."

Rizki mendorong Aryo jauh jauh dari badannya, karena tubuh cowok itu bau keringat dan itu sangat mengganggunya. "Jauh jauh sono lo, bau anjirr lo! Lo nggak mandi apa gimana sih."

Aryo mencium badannya sendiri. "Hehe, gue tadi kebanyakan lari Riz. Makanya keringetan, padahal gue tadi udah mandi di rumah lo."

"Iya lo kan udah miskin."

"Sialan emang mulut lo, gue bukannya miskin Riz. Tapi gue suka numpang di rumah lo." Jawabnya santai.

"Yo, ampun deh gue punya temen kek lo gini. Bisa bisanya lo bego gini tapi otak lo nyampek masuk Hukum." Kata Rizki kesal.

"Aryo gituloh, lo jangan nyalahin otak gue dong. Gue emang ditakdirin untuk jadi genius...hahaha." katanya sambil tertawa.

"Mau cilok nggak Riz?" Tawar Aryo sambil menyodorkan seplastik Cilok miliknya.

"Ogah, udah bekas mulut lo gitu dikasih ke gue."

"Siapa juga yang mau ngasih? Gue kan cuma nawarin, jagan GR deh lo." Katanya santai, membuat Rizki yang mendengarnya sudah siap akan menyantap Aryo.

"Hehe ampun Riz, gue kan cuma bercanda." Aryo terkekeh saat melihat raut wajah Rizki yang sudah terlihat akan marah.

Rizki terdiam sebentar, mengingat kembali sosok gadis yang ia tolong tadi. "Eh Yo?"

"Aphaaan" Jawab Aryo dengan mulut yang dipenuhi cilok itu.

Rizki menoyor kepala Aryo. "Jorok anjirr, itu ditelen dulu."

Aryo mendengus kesal, kemudian segera menelan ciloknya. "Apaan?"

"Lo kenal yang namanya Ilona nggak?"

"Ilona?" Ulang cowok itu.

Aryo meletakkan jari telunjuknya di dagu, seolah ia sedang mengingat nama itu. "Ilona yang mana dulu? Ilona banyak Riz, Ilona yang anak Hukum ada, anak Psikologi juga ada tuh yang namanya Ilona, terus anak Manjemen, Ilona anak Kedokteran juga ada. Yang mana Ilona yang lo maksud?"

"Ilona yang kedokteran Yo." Jawab Rizki cepat.

"Ohhh Ilona yang mukanya kayak permen blaster itu?" Kata Aryo yang langsung mendapat pukulan keras dari Rizki.

MY CHILDISH BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang