Persimpangan

87 10 1
                                    

Untuk yang kesekian kalinya... Aku terjebak oleh masa lalu yang kelam...

"A-apa itu tadi? Aku... Aku tidak mungkin salah dengar kan? A-ada orang yang berbicara padaku... D-dan... Suara itu... Suara itu.... " Ucap Navya gemetar.

Seketika keringat dingin mulai membasahi wajah Navya, tubuhnya gemetar tidak karuan,Pikiran nya juga tidak fokus. Ia terus melirik kearah kiri dan kanan tetapi tetap saja ia tidak menemukan orang yang seperti berbicara kepadanya saat itu.

"A-apa aku berhalusinasi?Mu-mungkin saja... " Ucap Navya masih dengan suara gemetar.

Navya mencoba untuk menenangkan dirinya yang panik saat itu, ia menghela napas cukup panjang.

*nging! ~

(Deg!!!)

"Ugh.... Hah.... Hah... Te-tenanglah... Itu bukan dia... Bukan... " Ucap Navya dengan napas yang terengah-engah.

Perasaan Navya kini tambah kacau, meskipun ia sudah mencoba untuk menenangkan diri, namun suara itu masih saja terngiang-ngiang dikepala nya dan membuat nya sangat sulit untuk menenangkan diri. Setelah cukup lama ia duduk diam dibangku taman saat itu, akhirnya ia bisa kembali tenang.

"Seperti nya... Aku sudah terlalu lama disini... Sebaiknya aku pulangnya sekarang... " Bathin Navya.

Navya mulai bangkit dari tempat duduk nya dan langsung berdiri melangkah meninggal kan taman kota menuju ke sebuah halte. Karena jarak taman dengan rumah nya dekat, jadi dia hanya perlu menaiki bus saja.

Selama berjalan untuk menuju ke sebuah halte, ia hanya diam saja dan melamun. Hingga akhirnya ia tiba dipinggir jalanan raya. Namun, langkah nya langsung terhenti saat Navya melihat seseorang yang ia kenal dari jauh sedang berdiri di halte yang sama untuk ia datangi. Ia langsung terdiam tidak mengatakan apapun, pandangan nya masih saja tertuju ke sosok yang ada diseberang jalan itu.

"Itu... Haikal? Dia... Kenapa masih disini? Kenapa dia belum pulang? A-apa terjadi sesuatu padanya? " Bathin Navya.

Saat itu,  entah kenapa perasaan Navya sangat khawatir melihat Haikal yang masih saja berdiri di halte sambil melamun. Ia sangat ingin sekali menghampiri Haikal dan menghibur nya seperti biasa, tetapi...

"Akan lebih baik... Jika kamu tidak memperdulikan ku lagi,Navya..! "

(Deg!!!)

Navya langsung terdiam bungkam setelah teringat perkataan Haikal saat mereka berada diatap gedung sekolah. Ia mengepalkan kedua tangannya dan menggertak kan giginya.

"Kenapa juga aku khawatir? Bukankah... Dia sudah tidak membutuhkan ku lagi? " Gumam Navya dengan raut wajah kesal dan sedih.

Saat itu, Navya mencoba untuk mengikuti apa yang diinginkan oleh Haikal. Ia perlahan melangkah mundur dan segera pergi dari tempat nya berdiri saat itu.

"Ta-tapi... Perasaan ini... Kenapa aku cemas seperti ini? " Bathin Navya.

Navya merasa sangat aneh dengan apa yang ia rasakan saat itu, rasa takut dan kekhawatiran bersatu menjadi satu. Baru beberapa langkah ia beranjak pergi, ia langsung menoleh kearah Haikal yang berdiri disebrang jalan raya.

***
(Di Halte)

Saat itu, aku berdiri disebuah Halte dengan tatapan kosong dan menyedihkan. Entah kenapa, perkataannya saat itu masih saja terngiang-ngiang di kepala ku. Aku merasa, bahwa aku telah melakukan kesalahan terbesar. Tetapi, aku melakukan itu semua hanya untuk kebaikannya, bukan untuk menyakiti nya. Namun, ditengah-tengah ke lamunan ku, aku dikagetkan oleh suara teriakan  orang-orang yang juga ada di halte saat itu.

Kenangan Bersama muTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang