Saat itu, aku mendengar semuanya... Ya, aku mendengar perkataan dokter Risa yang mengatakan bahwa aku tidak akan bertahan lebih lama lagi. Rasanya hatiku bagaikan cermin yang hancur berkeping-keping, rasanya sakit dan sangat sesak. Aku seperti seseorang yang telah kehilangan harapan. Aku yang terlalu percaya diri bahwa akan selalu baik-baik saja, aku yang terlalu percaya bahwa aku akan menikmati hari hari ku seperti layaknya orang-orang seumuran ku. Tetapi setelah mendengar pernyataan tersebut, rasanya duniaku telah hancur. Tidak ada lagi harapan untuk ku berjuang.
Aku berlari dan terus berlari di lorong rumah sakit itu, padahal aku sudah bahagia karena aku tidak akan lagi datang ke tempat itu. Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Air mata keputusasaan yang terus mengalir keluar membasahi wajahku. Rasanya aku ingin sekali berteriak dan mengatakan "kenapa aku harus mengalami hal menyedihkan seperti ini? ", tetapi percuma saja. Meskipun aku berteriak hingga suaraku habis, takdir yang Tuhan lukiskan untuk ku tidak akan pernah berubah. Inilah aku, yang berkeinginan hidup dengan bebas seperti anak anak seusia ku, inilah aku yang ingin menikmati masa remaja ku dengan teman-teman ku, inilah aku yang ingin merasakan kebahagiaan bersama keluarga dan orang-orang yang kucintai.
Dadaku sangat sesak sehingga aku kesulitan untuk bernapas, air mata masih saja terus mengalir membasahi wajahku, aku terduduk di sebuah lorong yang sangat sepi. Menangis seorang diri tanpa ada seorang pun disisiku.
" Hiks!!! Maafkan Navya, ma... Maafkan Navya papa!! Hiks!!! "
Aku hanya bisa mengatakan hal itu ditengah kesunyian ku. Aku tidak sanggup menatap wajah kedua orang tuaku, aku tidak sanggup menyaksikan deraian air mata kedua orang tuaku. Aku tidak sanggup memperlihatkan sosok lemah ku dihadapan keluargaku.
"Kakak? "
Ya! Suara itu membuat ku semakin sedih. Adikku, dia melihat ku terduduk di lorong gelap sambil menangis dengan wajah yang sangat menyedihkan. Dadaku semakin terasa sangat sesak sehingga aku tidak bisa menjawab panggilan nya.
"Ka-kakak?! Kenapa kakak ada disini?! Kenapa? Kenapa kakak menangis?! " Ucap Key sambil menghampiri ku.
Aku hanya diam saja tidak menjawab apapun pertanyaan Key, aku masih saja menangis terisak isak sambil terduduk di lorong rumah sakit yang sepi dan gelap itu.
"Kakak?!! Ada apa?! Kenapa diam saja?! Apa yang terjadi?! Kakak baik-baik saja kan?!" Ucap key dengan suara gemetar sambil menarik kedua tanganku.
Aku dengar, suara key yang bergemetar seperti ingin menangis. Membuat diriku tak kuasa menahan air mataku.
"Navya?! "
(Deg!!)
Suara itu, adalah suara yang sangat menyejukkan hatiku. Ya, suara kedua orang tuaku. Aku sontak melihat wajah mereka yang panik saat itu, aku juga melihat wajah mama yang sudah sembab karena menangis.
"Nak?... Kenapa... Kenapa kamu ada disini, sayang? " Tanya mama dengan suara gemetar.
Aku menangis, mendengar suara mama yang masih saja mengkhawatirkanku. Padahal selama ini aku hanya membuat mereka semua menangis dengan diriku yang lemah ini, selama ini aku tidak bisa melakukan apapun pada mereka. Aku tidak bisa membahagiakan mereka, aku tidak bisa memberikan yang terbaik untuk mereka. Rasanya, dadaku semakin sesak dan air mataku terus mengalir dengan derasnya.
"Navya... Jangan menangis.. Jangan, jangan terlalu memikirkan apa yang dikatakan oleh dokter... Ka-kami yakin, kamu akan baik-baik saja ,nak... " Ucap mama sambil menangis.
Perkataan mama saat itu membuat ku menjadi sangat sedih, kenapa mama dan papa berusaha membuat ku tidak sedih?! Kenapa?! Justru itulah yang membuat ku menjadi sangat sedih.
![](https://img.wattpad.com/cover/183688586-288-k259638.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan Bersama mu
Fiksi RemajaAku hanyalah cowok biasa yang cupu dan pengecut. Aku sama sekali tidak memikirkan orang-orang yang selama ini mempermainkan ku. Disaat aku terpuruk, putus asa dan ingin mengakhiri semuanya. Dia datang mengulurkan tangannya kepada ku, hingga pada akh...