Suasana di dalam kelas tampak hening tak bersuara. Entahlah, tiba-tiba saja kelas ku ini menjadi sepi seakan tak berpenghuni.
Di saat aku mengedarkan pandangan ke seisi kelas. Mereka hanya fokus pada pembelajaran tanpa bergeming sedikitpun.
Berbeda dengan ku. Pikiran ku saat ini tidak fokus. Perasaan ku yang terus saja gelisah tidak menentu. Bahkan aku bingung pada diriku sendiri. Sesekali aku menatap sebuah bangku kosong di samping ku. Benar saja, dia tidak datang. Padahal aku sangat berharap hari ini ia akan datang.
Hah, sadarlah Haikal! Kau bahkan bukan siapa-siapa nya tapi telah berharap terlalu banyak!
Untuk ke sekian kalinya aku menepuk-nepuk wajahku. Mencoba untuk menyadarkan diri sendiri agar tak terhanyut dalam dunia halusinasi.
Hingga...
"Haikal? Sudah berapa kali saya katakan, jangan melamun saat jam pelajaran saya." Suara tegas yang penuh dengan penekanan itu mampu membuatku tersentak.
Sekarang aku sadar apa alasan teman-teman sekelas terdiam tak bersuara. Itu karena guru yang mengajar kali ini adalah seorang guru killer. Dan untuk kesekian kalinya, aku di tegur karena lamunanku.
"Maafkan saya, pak..."
"Hah... Ini sudah yang kedua kalinya. Jika kau mengulangi nya lagi, silahkan keluar di jam pelajaran saya."
Suara itu memang terdengar lembut tak meninggi. Namun tetap membuat bulu kuduk merinding bagi siapapun yang mendengar nya termasuk diriku.
Aku berusaha untuk membuang segala pikiran aneh yang terus memenuhi kepalaku. Hingga akhirnya kami kembali fokus dalam pembelajaran hingga bel istirahat berbunyi dengan sangat nyaring.
Seluruh siswa dan siswi dikelas ku berhamburan keluar menuju kantin untuk mengisi perut yang sudah berbunyi sedari tadi. Tapi tidak denganku, rasanya mood ku benar-benar tidak baik hari ini. Bahkan untuk berdiri dari bangku ku saja terasa malas.
Ada apa dengan ku?
"Kau kenapa hari ini? Apa terjadi sesuatu?"
Aku mendongakkan kepalaku dan terlihat Edo yang duduk di kursi depan bangku ku. Aku tau saat ini ia khawatir padaku, tapi apa yang bisa ku katakan jika aku sendiri bingung dengan kondisi ku hari ini?
"Tidak apa-apa. Hanya saja... Perasaan ku tidak enak."
Edo menaikkan alis kanannya bingung. Melihat nya, aku kembali menghela napas panjang dan sedikit kasar.
"Apa kau sedang memikirkan Navya?"
"... Eh?"
.
.
.
Author pov
Gadis dengan surai hitam yang panjang itu tampak betah duduk di atas ranjang ruangannya yang berbau obat-obatan. Tatapan nya tampak kosong lurus ke depan. Membuat siapapun yang melihat nya begitu khawatir karena ia tidak mau berbicara sedari tadi.
Bahkan makanan yang seharusnya sudah ia santap masih utuh tak tersentuh.
"Setidaknya makan lah dulu, nak." Suara seorang wanita dari dua orang anak itu terdengar memecahkan keheningan.
Ia terus membujuk putrinya untuk segera menyantap makanannya, namun sama sekali tak dapat respon yang baik. Putri nya terus menggeleng pelan menolak suapan langsung dari ibunya.
"Sayang, jika seperti ini terus kamu---"
"Navya tidak mau, ma. Jangan di paksa."
Suara datar Navya mampu membuat ibunya terdiam. Memilih meletakkan kembali makanan yang ia pegang keatas nakas samping ranjang putrinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan Bersama mu
Teen FictionAku hanyalah cowok biasa yang cupu dan pengecut. Aku sama sekali tidak memikirkan orang-orang yang selama ini mempermainkan ku. Disaat aku terpuruk, putus asa dan ingin mengakhiri semuanya. Dia datang mengulurkan tangannya kepada ku, hingga pada akh...