BIL~18(sad)

3.4K 185 7
                                    

Jam menunjukkan pukul 02.10~10 menit lalu bel pulang berdering nyaring seseantero CHS.Raina keluar dari lab paling akhir dengan alasan tidak ingin berdempet dempetan dan tidak ingin mencari perkara barangkali ia menyenggol salah satu teman kelasnya,Vio sudah pulang duluan katanya ia harus menemani mamanya ke acara keluarga,apalagi Azka dkk seperti kemarin jam keempat ia sudah akan meninggalkan kelas entahlah Raina juga tidak tau mereka pergi kemana yang jelas gerbang belum dibuka jam segitu.

"Perasaan tadi aku letakin sepatu aku disini?"guman Raina menatap rak sepatu yang ada didepan lab.

Raina duduk dibangku panjang depan lab,sudah sekitar 15 menit ia celingak celingukan mencari sepatunya kesetiap sudut lab tapi nihil.Ia menghapus peluh keringatnya kini ia mulai pasrah jika harus dikeluarkan dari pekerjaannya.

"Woii cupu"ucapan itu sontak membuat Raina menoleh kesumber suara.Disana Azka dan keempat sahabatnya tengah menatapnya dengan tatapan sulit diartikan.

"Lo lagi nyari ini?"timpal Revan saat Raina tak kunjung membalas sapaan kasar Virgo.
Raina menatap sepatunya yang ada didalam plastik tembus pandang.

"I..iya"Virgo,Revan dan Vero tersenyum devil."Nih ambil"ucap Revan sambil menenteng plastik itu dan mengayun ayunkannya.

Raina berdiri,kemudian menghampiri Revan ia terdiam beberapa saat tepat dihadapan Azka setelah itu melanjutkan langkahnya kearah Revan yang berada dibelakang Azka.Raina menyodorkan tangannya hendak mengambil sepatunya namun buru buru dijauhkan oleh Revan.

"Nggak semudah itu"ucap Revan sambil melempar sepatu itu kearah Virgo.

"Sini ambil"kata Virgo yang segera dituruti oleh Raina.Ia berjalan agak tergesa gesa kearah Virgo tepat saat ia berada dihadapan Virgo, cowok berkulit eksotis itu melempar lagi kali ini ke arah Azka dan berhasil ditangkapnya.

"Sono ambil di Azka"kata Vero menujuk Azka dengan dagunya.Sementara Azka hanya terdiam memerhatikan Raina yang melangkah pelan kearahnya.

Raina menatap Azka yang balas menatapnya dengan dingin posisi mereka sekitar dua langkah.
Cukup lama mereka saling tatap,tanpa ada yang memutuskan kontak mata mereka.

"Azka,buang sepatunya"teriak Vero.

"Jangan buang Az"ucap Raina dalam hati yang masih menatap Azka.

"Woiii Az,lempar tuh sepatu butut"teriak Virgo cukup keras.

Hufff
Azka menghembuskan nafas kasar setelah itu melempar sepatu Raina tepat keatap gazebo yang berada tak jauh didepan lab.Kemungkinan besar Raina tak mungkin bisa mengambil sepatunya kecuali ia pandai memanjat

Raina tidak mengalihkan perhatiannya dari wajah Azka tapi dari suara atap gazebo yang berbunyi,ia tau kalau Azka melempar sepatunya keatap gazebo.

"Bagus Az,cabut yuk"Vero menepuk bahu Azka setelah itu menariknya pergi dari sana.

Sepeninggalan Azka dkk Raina menatap nanar sepatunya yang ada diatap gazebo.

"Gimana nih?tinggi banget lagi?"ucapnya setelah itu berusaha mencari kayu panjang,tapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak padanya.

Drrtt drttt
Raina mengambil ponselnya yang ia letakkan dalam tas.
Sebuah panggilan dari nomor tidak dikenal membuat Raina mengernyit bingung.Sekitar beberapa detik ia hanya memandang ponselnya yang terus bergetar akhirnya iapun mengangkatnya.

"Halo"ucap Raina pelan.

"Halo Rai,lo nggak kerja?"tanya seseorang diseberang sana,ya siapa lagi kalau bukan Rafa.

"Hmm  aku masih disekolah Raf"

"Kok belum pulang?ada tugas tambahan ya?"

"I...iya Raf"jawab Raina dengan berbohong.

"Oh yaudah nanti gue izinin lo"

"Makasih banyak ya Raf"

"Iya,udah dulu ya gue mau lanjut kerja"

Raina tersenyum menatap layar handphonenya yang sambungannya telah terputus.

"Aku bakalan berusaha lupain kamu Azka"batin Raina berucap.Setelah itu berjongkok membuka kaos kakinya dan memasukkannya kedalam tasnya.

Raina berjalan keparkiran,dengan kaki telanjang tanpa pengalas apapun.Ia sengaja membuka kaos kakinya takut kalau kaos kakinya rusak dan ia belum ada uang untuk membelinya.

Raina melangkahkan kakinya menuju kearah pohon rindang yang terletak di pinggir parkiran.Ia melihat sepedanya sudah tidak berada diposisi saat ia memarkirkannya tadi pagi tapi terjatuh dengan posisi telentang.Dan yang lebih parahnya adalah bannya sudah dirobek mungkin menggunakan cutter.

Cewek manis berlesung pipi itu berjongkok mengambil sepedanya.Ia menghembuskan nafas kasar,memejamkan matanya berusaha menetralisir amarah dalam dirinya.

Ia melangkahkan kakinya yang tanpa alas itu dengan sepeda ontelnya yang ia seret.Sepanjang perjalanan Raina benar benar malu karena mendapat tatapan dan cibiran remaja remaja yang ia lewati.Ia berusaha menahan air matanya yang sudah mau meluncur bebas dipipinya.

Sekitar 25 menit ia sampai dirumahnya dengan keadaan kaki yang lecet akibat goresan kerikil kerikil tajam dijalan.

"Assalamu alaikum bu"Raina mengucapkan itu dengan badan yang sudah bergetar.

"Waalai..,Rai kamu kenapa nak?"bu Dian benar benar cemas melihat keadaan anaknya sekarang.Raina segera memeluk ibunya dan meluapkan semuanya didekapan ibunya.

"Hiks....hiksss"Raina menangis sekencang kencangnya yang membuat ibunya bertambah kawatir.

"Duduk dulu,tenangin diri kamu"ucap bu Dian lembut sambil mengelus elus kepala Raina.

Lanjut baca gaesss
Gue ngetik udah dalam mode ngantuk.

Koment ya!!

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang