"Bisa jadi orang yang kamu benci adalah orang yang diutus Allah untuk menguji kesabaranmu"
****
Rafa melangkahkan kakinya memasuki sebuah rumah megah bernuansa putih.
Ia menghela nafas kasar saat melihat pasangan suami istri tengah bersidekap dada diruang keluarga."Ini surat pemanggilan dari sekolah kamu,katanya kamu terlibat lagi dalam tawuran,benar itu Rafa?"tanya ayah Rafa dengan sorot mata tajam.
"Hm"jawab Rafa singkat.
"Ternyata kamu belum kapok juga sama hukuman yang papa kasih kekamu"lanjut ayahnya dengan nada tersirat rasa kecewa.
Ya Rafa merupakan anak tunggal dari keluarga Adiwijaya pengusaha sukses yang sudah memiliki cabang dimana mana.
Beberapa bulan terakhir ini Rafa diberi hukuman dengan mencabut semua fasilitasnya,oleh karena itu Rafa mau tak mau harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sampai hukuman itu berakhir."Keputusan papa sudah bulat,papa sama mama akan pindahin kamu ke Ciber agar kamu tidak terus terpengaruh sama teman teman kamu."ucap pak Adiwijaya dengan nada tegas tak terbantahkan.
"Rafa setuju asal semua fasilitas Rafa harus balik lagi ketangan Rafa"balas Rafa tak mau kalah.
"Oke"ucap orang tuanya singkat setelah itu melenggang pergi dari hadapan Rafa.
****
"Azka kita mau kemana,ini bukan jalan kerumah aku Az"Sedari tadi Raina melontarkan banyak pertanyaan ke Azka tapi hanya dijawab"nanti lo juga tau"ucap Azka yang membuat Raina menghela nafas untuk kesekian kalinya.Raina memejamkan mata menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya tanpa sadar jika sekarang ia sudah menyandarkan kepalanya ke punggung Azka.
Lain halnya dengan Azka saat ini senyumannya telah terbit indah menghiasi wajah tampannya itu.
Azka memperhatikan Raina melalui spion motornya, mengamati wajah cantik seorang gadis yang tengah tertidur pulas di punggungnya."Gue sekarang udah sadar akan perasaan gue Rai ke elo" Azka membatin masih dengan menatap lekat Raina melalui spion motornya.
Raina membuka matanya perlahan saat merasakan motor Azka mulai berhenti.
Seketika ia melebarkan matanya saat melihat pemandangan dihadapannya.Sebuah pantai dengan bebatuan karang yang terbentang sepanjang bibir pantai.
Azka yang melihat Raina berlari menuju pantai dengan antusias menyunggingkan senyum tipisnya.Ia terus memperhatikan Raina yang saat ini tengah duduk di bebatuan karang dengan posisi membelakanginya.
Dengan langkah pelan Azka berjalan menghampiri Raina dan memposisikan dirinya tepat disebelah Raina yang sedang memejamkan matanya menikmati semilir angin laut yang menerbangkan rambutnya.
Cowok berjaket denim itu sedari tadi terus memfokuskan pandangannya pada wajah Raina yang bersinar karena pantulan sinar bulan.
"Cantik"gumam Azka dalam hati saat angin berhembus menebarkan rambut Raina hingga menutupi sebagian wajah gadis itu.
Raina yang semula memejamkan matanya tanpa menyadari kehadiran Azka langsung terjengkit kaget saat sebuah tangan dengan lembut menyelipkan rambutnya kebelakang telinganya.
Deg
Raina menoleh kesampingnya,dimana seorang cowok tengah menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan ditambah senyum kecil yang menghiasi wajah tampannya.
Deru ombak serta semilir angin saling beradu menyaksikan sepasang manusia yang saling bertatapan itu.
Raina menahan nafas saat Azka lagi lagi menyelipkan anak rambut kebelakang telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
Teen Fiction"Janji harus ditepati Raina" Ucap Arka dengan nada lembut membuat gadis dihadapannya seketika mendongak menatap lawan bicaranya. __________ "Bisakah aku egois kali ini? tolong lupakan janji itu untukku" Ucap Azka dengan parau menatap...