Seorang anak kecil memandang teman-temannya yang lain dari kejauhan. Ia sendiri duduk di ayunan seorang diri, menatap mereka semua dengan rasa iri dan sedih. Ingin sekali ia bermain dengan mereka, namun ia tidak bisa bersosialisasi dengan baik.
"Hai?"
Ia berjengit kaget saat mendengar suara nyaring di telinganya. Menoleh ke samping, menemukan seorang anak kecil seusianya dengan mata jernih dan rambut yang semrawut. Anak itu tersenyum, "Kenapa sendirian?"
Ia terdiam. Tidak menjawab.
"Namaku Chenle. Chenle Zhong. Kau?"
Ia memandang ragu tangan yang Chenle ulurkan padanya. Memandanginya sejenak sebelum akhirnya menjabat tangannya.
"Park Jisung."
"Halo Park Jisung. Mau bermain denganku?"
Jisung mengangguk pelan dan Chenle pun menariknya untuk bermain perosotan. Ini kali pertama Jisung memiliki teman dan ia benar-benar menyukai keberadaan Chenle di sisinya.
"Kita sekarang teman oke?!"
Jisung mengangguk dan tersenyum lebar. Mereka tentu akan menjadi teman selamanya.
"Zhong Chenle, nilaimu benar-benar.. luar biasa..."
Chenle menunduk. Menggenggam tangannya erat.
"Ayahmu adalah pengusaha sukses tapi anaknya paling bodoh? Apa yang mereka pikirkan saat mengasuhmu? Apa terjadi sesuatu yang salah saat kehamilan ibumu?"
Chenle terdiam.
"Guru-guru putus asa denganmu. Kau anak sd dan seharusnya kau mengerti semua materi ini karena ini materi yang mudah sekali."
"Maafkan saya."
"Maaf tidak akan mengubah kenyataan bahwa kau itu bodoh tuan Zhong."
Chenle menggigit bibirnya.
"Kenapa kau tidak bisa seperti Park Jisung? Sempurna di semua hal. Harusnya kau malu."
Prak!
"Ck, dasar bodoh. Tidak berguna!"
Bruk!
"Kau beban sekolah ini! Jangan kira kau itu kaya jadi semua bisa berjalan sesuai kemauanmu!"
Kepala Chenle pening karena membentur tembok. Ia menutup matanya saat berkali-kali di tendang oleh beberapa siswa. Mereka merogoh saku celananya dan mengambil dompetnya—termasuk isinya lalu melempar dompet yang kosong itu ke tanah.
Chenle menatap mereka dengan pandangan yang buram. Ia dapat melihat Jisung dari kejauhan yang sedang bermain basket dengan teman-temannya, tidak sekalipun meluangkan waktu sebentar untuk melihat ke arahnya.
Ia menghela nafas. Salahkan dirinya yang tetap ingin masuk di smp yang sama bersama Jisung. Salah, sungguh salah.
Chenle mengambil tasnya yang ada di tempat sampah lalu pulang dengan terseok-seok.