06

3.6K 195 1
                                    

XXXXX

*
*
*

Episode 06

-----

Air mata itu menetes begitu saja. Anna buru-buru menghapusnya kemudian kembali meletakan benda persegi itu ke tempat semula. Tidurnya terganggu karena suara getar ponsel suaminya yang tergeletak di meja. Karena penasaran dan takut jika ada panggilan penting, Anna nekat membuka isi ponsel dan membaca pesan WhatsApp yang masuk. Hatinya berdebar menyakitkan membaca semua pesan itu. Selama ini dia tidak pernah berharap akan sampai pada tahap ini. Dia mau keluarganya selalu baik-baik saja, apa keinginan itu terlalu egois?

Anna menggigit bibirnya, memandang Syarief yang masih terbuai dalam mimpi. Dia mencintai dan menyayangi pria itu. Tidak mempermasalahkan kondisi pria itu saat mereka menikah. Dia cuma melihat Syarief adalah pria baik. Keluarganya menyukai pria itu. Sudah, mereka menikah. Anna percaya Syarief bisa menjaga hatinya untuk selamanya.

Tapi pesan WhatsApp itu...

Anna menghapus sisa air matanya dan beranjak dari ranjang. Masih jam dua dinihari, dia memilih untuk tahajud di kamar Salman saja. Berharap bisa mendapatkan ketenangan hati setelah apa yang dia tahu.

--

Syarief meraba-raba space di sebelahnya dan mengernyit saat sadar tempat itu kosong. Dia membuka mata dan tidak menemukan Anna di sana. Jam di dinding menunjukkan pukul empat subuh. Syarief mendesah dan beranjak dari ranjang untuk bersiap sholat subuh, sebelum ke kamar mandi, dia membuka pintu kamar Salman yang berada persis di sebelah kamar utama. Anna tidur menyempil di ranjang kecil itu, memeluk Salman. Syarief berpikir semalam Salman pasti menangis dan Anna memutuskan menemani anak itu.

Setelah sholat, Syarief membangunkan Anna. Wanita itu membuka mata dan tersenyum lemah sebelum beranjak dari kamar.

Syarief mengernyit mendapati tingkah Anna yang tidak biasa. Tapi dia tidak memikirkan hal itu terlalu jauh dan memilih segera bersiap-siap untuk ke sekolah. Berpikir mungkin Anna kelelahan karena begadang.

"Mas kayaknya pulang telat, persiapan anak-anak yang mau UTS," kata Syarief sambil menikmati sarapannya.

Anna mengangguk diam.

Syarief mengernyit, lagi, dia merasa aneh dengan sikap Anna. Tapi dia tidak bisa bertanya karena harus segera berangkat.

"Mas berangkat dulu, assalamualaikum..."

"Walaikumsalam," sahut Anna, menghindar saat Syarief akan mencium keningnya, Syarief sekali lagi merasa aneh, tapi dia diam saja dan berlalu meninggalkan rumah.

Anna menghapus air matanya yang kembali mengalir saat melihat mobil Syarief berlalu.

-----

"Ini melelahkan," ujar Syarief dari mejanya, dia menumpuk beberapa diktat di sana guna di pelajari lagi. Rasanya bukan cuma para murid yang UTS, tapi para guru juga.

"Aneh yah, Pak? Kita sudah sekolah bertahun-tahun tapi masih mengurusi diktat," sahut Bu Rahma dari samping.

Syarief mengangguk setuju, dia terkekeh lemah sambil membolak-balik salah satu diktat.

Agus duduk di depan Syarief dan memberikan permen kopi, "biar gak lelah," pria itu menaik-turunkan alisnya. Jika ada guru yang slengean di dunia ini, itu adalah Agus. Itulah sebabnya banyak murid yang menyukai pria itu.

Syarief menyambar permen itu dan memakannya, "terimakasih," katanya.

Agus mengedipkan satu matanya dan kembali ke mejanya sendiri.

3 Hati ( Aku, Kamu & Dia ) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang