XXXXX
*
*
*Episode 12
---
Anna menatap Syarief. Dia kaget. Suaminya baru saja mengatakan hal yang paling dia takuti selama ini. Dia tidak bisa. Wanita mana yang mau di madu? Anna tidak habis pikir, kenapa ada seorang wanita yang ingin berbagi. Kenapa ada seorang wanita yang tega merebut pria wanita lain.
Anna sungguh tidak mengerti.
Anna ingin berteriak marah dan mengatakan pada suaminya jika dia membenci kejadian ini. Tapi, jauh di lubuk hatinya, Anna tahu, jika Syarief tidak bersalah. Pria itu terlalu baik pada semua orang. Itulah sebabnya.
Tapi Anna juga tidak mau bersuamikan pria tidak baik.
Apakah ini yang di namakan dilema? Pikir Anna kering.
Syarief mendesah panjang. Dia melirik Salman yang sudah tertidur sejak tadi. Anak itu memaksa tidur di kamar orangtuanya. Syarief tidak melarang.
"Kamu tahu jika mas tidak mungkin melakukan hal itu," kata Syarief tegas, dia menatap manik mata istrinya dengan kesungguhan yang hakiki, "poligami, tidak pernah ada di dalam kamus kehidupan mas, Anna."
Anna memejamkan matanya, "aku tahu..." Katanya, sangat lirih.
"Lantas apa yang kamu risaukan?"
Anna menggeleng, "aku tidak tahu..."
Syarief meraih tangan Anna dan meremasnya perlahan, "mas tidak mungkin menikah dengannya, Anna."
Anna diam. Cuma menatap ke arah suaminya dengan sendu. Dia percaya pada suaminya. Tapi gadis itu... Daisy...
"Jangan terlalu di pikirkan. Bu Rena cuma..."
"Aku tahu, Mas," sela Anna.
Syarief tidak menjawab.
Sisa malam itu baik Syarief maupun Anna, saling diam hingga mereka sama-sama tertidur.
---
Salman sedang rewel. Anak itu terus berteriak dan menuntut orangtuanya untuk membawanya ke mall atau taman bermain. Anna tidak mau pergi sendirian. Syarief masih sibuk di sekolah. Dia sudah membujuk Salman untuk bersabar menunggu ayahnya. Tapi Salman terus berteriak dan menangis. Di tengah keputusannya, Anna akhirnya mengajak Salman, sendiri. Sebelum pergi, Anna sudah menelpon Syarief agar menjemput mereka ke mall terdekat.
"Umi...!! Umi...!!" Salman berteriak dari atas mobil-mobilan yang dia naiki.
Anna cuma balas melambai dan tersenyum pada bocah itu, sementara dia berdiri di pagar pembatas. Berusaha menelpon Syarief.
"Assalamualaikum..."
"Mas, kok belum datang?" Sembur Anna tanpa menjawab salam dari suaminya.
Hati Anna sudah tidak tenang. Jam pulang sekolah sudah lewat dua jam. Namun Syarief belum juga datang. Pikiran Anna jadi negatif.
"Anna, mas baru saja keluar ruang rapat..."
Anna mendesah, "kenapa tidak bilang dari tadi?" Dia mengeluh.
"Rapat mendadak. Ini mas sedang siap-siap."
Anna tidak langsung menjawab. Dia mendengarkan baik-baik suara aktifitas di seberang sana.
"Anna?"
"Iya, mas..."
Hening.
"Anna, mas tutup dulu. Mas baru masuk mobil."
"Oh, iya. Assalamualaikum..."
"Walaikumsalam..."
---
"Mas tidak bisa, Daisy. Maafkan mas. Kamu tentu tahu kalau mas sudah berkeluarga dan mencintai keluarga mas..."
Gadis yang duduk di hadapan Syarief cuma menatap hampa. Walaupun sekujur tubuhnya masih terasa sakit pasca kecelakaan beberapa waktu lalu, tapi dia merasa, ucapan Syarief jauh lebih menyakitkan. Dia mencintai pria itu. Dia tahu lelaki itu sudah berkeluarga, lalu kenapa? Dia tidak pernah keberatan menjadi istri kedua...
Syarief mendesah, sesekali dia melirik ke arah arlojinya. Dia tidak menghubungi Anna. Dia sudah berjanji akan datang ke mall menyusul Anna juga Salman. Anna sudah menelpon beberapa kali.
Tapi dia juga harus segera menyelesaikan urusannya dengan Daisy.
"Mas mau tanya, apa yang akan kamu lakukan jika berada di posisi Anna, Daisy?"
Daisy menggigit bibirnya. Bukannya dia bersikap tak acuh pada wanita itu. Dia...dia sepenuhnya sadar, tidak ada wanita yang mau di madu. Tapi dia terlanjur mencintai Syarief, lalu dia harus bagaimana?
Daisy tidak bisa menjawab pertanyaan Syarief.
"Kamu...kamu masih muda. Cantik. Percayalah, di luar sana akan ada orang yang mencintaimu dengan tulus. Jangan mengejar mas yang sudah menjadi milik orang lain..."
Daisy merasa matanya sudah basah.
"...mas sungguh tidak mengerti, kenapa kamu sampai meminta ibumu datang menemui mas di sekolah..." Kata Syarief lagi.
Saat itu ponselnya kembali berdering. Anna menelpon. Syarief cuma menatap ponsel yang tergeletak di atas meja tanpa menyentuhnya.
"Aku...aku mencintai mas..." Bisik Daisy.
Syarief mendongak, menatap gadis muda itu dengan putus asa. Harus dengan cara apalagi agar Daisy menyerah. Dia tidak mau menyakiti siapapun dalam masalah ini. Terutama Anna juga Salman.
"Cintamu itu cuma semu..."
"Kenapa mas bicara begitu?" Sela Daisy marah. Dia tidak terima perasaannya yang suci di sebut semu. "Mas tidak tahu apapun. Aku tidak pernah mencintai siapapun sebelum mas. Mas segalanya bagiku..." Rengeknya.
"Dan keluarga mas juga segalanya untuk mas, Daisy. Ayolah, sadarkan dirimu dan berhenti bersikap seperti ini. Mas mencintai Anna." Tandas Syarief.
Daisy mengusap wajahnya, menatap Syarief dengan sendu.
Membuat Syarief tidak tega. Dia tidak pernah bermaksud berkata-kata kasar pada gadis itu. Tapi dia lelah karena selalu di rongrong dari kedua belah pihak.
Syarief mendesah, menyimpan ponselnya di saku celana dan berdiri, "mas pergi. Anak dan istri mas menunggu. Sebaiknya kamu cepat pulang."
"Untuk apa mas peduli padaku?" Ujar Daisy dingin.
Syarief mengangguk, kesabarannya sudah semakin tipis, "baik. Terserah kamu saja kalau begitu. Selamat tinggal, Daisy."
Syarief melangkah pergi.
Daisy memandang kepergian pria yang dia cintai itu dengan air mata bercucuran. Tidak peduli pada semua orang yang ada di kafe dan tengah menjadikannya sebagai tontonan.
"Tidak. Aku tidak akan menyerah, mas. Apapun akan aku lakukan agar mas menjadi milikku. Meskipun aku harus menghadapi mbak Anna..." Ujar Daisy penuh tekad.
---
Tbc
![](https://img.wattpad.com/cover/184589238-288-k170179.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Hati ( Aku, Kamu & Dia ) √
RomanceSyarief Maulana meninggalkan kampung halaman dan mulai mengadu nasib di luar kota. Dia juga mau melupakan masa lalunya. Dia kemudian menikah dengan seorang gadis yang di kenalkan salah satu teman padanya. Anak dari seorang kiyai pengurus pesantren...