08

3.7K 192 10
                                    

XXXXX

*
*
*

Episode 08

-----

Syarief memandang hampa pada jalanan di depannya. Dia tidak bisa fokus mengemudi, tapi syukurlah dia tidak mengalami kecelakaan yang berarti. Hanya beberapa kali menyerempet jalan atau dia yang hampir menerobos lampu merah. Pikirannya mengambang. Kemarin, setelah dia berteriak pada Anna, istrinya itu memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah sambil membawa Salman yang di sesalkan oleh Syarief. Bahkan anaknya takut padanya karena dia berteriak. Sebelumnya Syarief tidak pernah kehilangan kendali seperti itu. Anna menguras rasa sabarnya. Syarief hanya mau sang istri mendukung dan membantunya dalam masalah ini, bukannya menyerang! Kenapa Anna tidak juga mengerti?!

"Ah, sial," umpat Syarief, dia mengacak-acak rambutnya karena merasa frustasi.

Bahkan di sekolah, Syarief semakin agresif. Dia mudah sekali marah pada beberapa muridnya yang tidak mau menurut. Membuat beberapa anak memandang heran karena biasanya dia menanggapi semua kenakalan itu dengan santai atau tidak ambil pusing, hanya menegur sedikit, selebihnya sudah. Tidak pernah berteriak. Rupanya tingkah Syarief ini menarik perhatian kepala sekolahnya.

"Ada apa denganmu, pak?" Tanya kepala sekolah, saat istirahat Syarief di panggil ke ruangan pria tua itu.

Syarief mendesah dan menggeleng, wajahnya lesu, bahkan anak kecil sekalipun akan tahu kalau dia sedang tidak bahagia.

"Bapak juga pernah muda loh, sudah paham. Apa kamu ada masalah di rumah?"

Syarief mendongak, menatap pria yang seumuran dengan almarhum ayahnya itu dan memaksakan sebuah senyum, "tidak terlalu besar kok, pak," katanya karena dia tidak mungkin jujur akan masalah rumah tangganya pada orang lain.

Kepala sekolah mengangguk mengerti, "istirahatlah beberapa hari, lagipula anak-anak sudah ujian kan?"

Syarief mengangguk diam.

"Tidak baik menunda-nunda masalah, bapak harus beritahu itu padamu," kata kepala sekolah lagi.

Syarief kembali mengangguk, "saya mengerti, pak."

"Kalau begitu kamu boleh pergi, pak Syarief."

Syarief berdiri, mengangguk hormat dan meninggalkan ruang kepala sekolah menuju ke mejanya sendiri. Menghela nafas panjang.

"Kenapa?" Tanya Agus yang sejak tadi di landa penasaran namun tidak berani bertanya.

Syarief menggeleng, "aku...sepertinya harus cuti beberapa hari," bisiknya.

Agus diam saja. Biasanya dia akan terus menyerocos, tapi kali ini dia mengambil langkah bijak dengan menutup mulutnya.

-----

"Jadi Anna ke rumah Abi, Mas?" Tanya Syarief pada Adam. Dia memang sengaja datang ke rumah kakak iparnya di lingkungan pesantren, dia pikir Anna dan Salman ada di sana.

Adam tersenyum, samar-samar dia memang sudah mendengar cerita tentang masalah rumah tangga adiknya kemarin dari sang istri. Dia tidak mau menghakimi, dia harus adil dan mendengar penjelasan Syarief terlebih dulu.

"Dia ke sini cuma dua sampai tiga jam, kemudian di antar mbakmu ke rumah Abi," kata Adam.

Syarief mendesah.

"Penampilanmu berantakan sekali, mas tebak pasti masalahnya tidak sederhana, mas denger Salman menangis terus kemarin," kata Adam lagi.

Syarief menggeleng lemah, "Anna...cemburu, Mas," akunya lirih.

3 Hati ( Aku, Kamu & Dia ) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang