XXXXX
*
*
*Episode 11
----
I Don't Wanna Live Forever ~Zayn Malik ft Taylor Swift~
---------
Syarief menatap layar ponselnya dengan tatapan hampa. Sudah dua hari ini Daisy tidak mengiriminya pesan atau menelpon. Syarief tidak merasa kehilangan. Tapi masalahnya baru saja dia mendapat kabar bahwa gadis itu mengalami kecelakaan dan saat ini sedang di rawat intensif di rumah sakit. Syarief tidak tahu siapa yang mengirim pesan. Dia juga tidak tahu apakah informasi itu bisa di percaya atau tidak. Dia bukan manusia tanpa hati, biar bagaimanapun, Daisy adalah seorang manusia yang butuh empati, bukannya gadis itu tidak ada yang mengurus, Syarief yakin saat ini Daisy sedang di temani seluruh keluarganya. Bisa saja yang mengirim pesan juga salah satu dari keluarganya. Pasti begitu.
Tapi, anehnya perasaan Syarief masih tidak tenang memikirkan gadis itu.
Sebuah lambaian tangan membuyarkan lamunan Syarief. Rupanya Agus, yang sejak tadi memperhatikan pria itu terbengong sendiri.
"Baru juga masuk, udah ngelamun aja, mikirin apa sih?"
Syarief menggeleng, menyunggingkan senyuman paksa, "tidak ada apa-apa. Mungkin cuma lelah," katanya.
Agus memutar matanya. Pria itu kembali sibuk dengan pekerjaannya dan tidak mengungkit-ungkit lagi masalah Syarief. Dia sudah belajar banyak tentang apa itu privasi.
Syarief kembali memandang ponselnya dan mendesah, "haruskah aku datang?" Bisiknya pada diri sendiri.
Pulang sekolah, Syarief memutuskan untuk datang ke rumah sakit. Bukan demi Daisy. Tapi dia cuma takut akan terus mencemaskan gadis itu jika tidak datang dan melihat sendiri. Syarief sudah mengatakan pada Anna jika dia pulang terlambat. Hanya saja, Syarief tidak mengatakan tujuannya. Dia merasa tidak terlalu penting.
Benar kan?
Syarief sampai di depan kamar rawat Daisy. Tidak ada siapapun di luar. Dia menghela nafas, mengucap basmallah sebelum masuk ke kamar.
"Assalamualaikum..." Suara Syarief melirih saat melihat kamar itu kosong. Cuma ada Daisy yang saat ini sedang duduk di tengah ranjang, memakan makanannya.
Gadis itu menoleh dan tersenyum lemah. Ada perban tipis di kening dan tangan kirinya juga di gips. Patah? Tapi selain itu kelihatannya Daisy baik-baik saja.
"Walaikumsalam, Mas."
Syarief meletakan buah-buahan yang dia bawa di atas meja dan duduk di kursi yang ada di dekat ranjang, "bagaimana keadaanmu?"
Daisy tersenyum, "biasa saja. Cuma tanganku patah," katanya santai.
Syarief mendesah.
"Kamu sendirian saja?"
Daisy menggeleng, "Mama baru saja keluar, aku suruh cari makan."
Syarief berdehem, "ini bagaimana kamu bisa kecelakaan?"
"Biasa, Mas. Aku sedang nyebrang eh tahu-tahu ada mobil dan yaudah deh aku ada di sini," ujar Daisy.
Syarief tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Pertemuan pertamanya dulu dengan Daisy juga karena sebuah kecelakaan, syukurlah tidak parah. Syarief tidak menyangka jika sikap Daisy yang agak pecicilan itu membuahkan hasil begini.
"Mas udah makan?"
Syarief otomatis menggeleng. Daisy tersenyum, "Mas dari sekolah langsung ke sini? Gak bilang ke mbak Anna?"
Syarief tidak menjawab.
Daisy menarik nafas panjang, "maaf. Aku gak tahu kalau Mama bakal hubungi Mas dan ngabarin hal ini," katanya lagi.
"Lupakan saja," sahut Syarief, dia berdiri, hari sudah semakin sore dan dia harus segera pulang.
"Mas mau pulang?"
Syarief mengangguk, "Mas gak mau buat Anna cemas. Kamu jaga diri baik-baik, assalamualaikum..."
"Walaikumsalam," sahut Daisy tidak rela.
Syarief tidak sempat pulang karena adzan maghrib sudah berkumandang, dia tidak membuang waktu dan langsung bersiap untuk sholat berjamaah di musholla. Bertemu beberapa orang yang menjadi tetangganya dan sedikit menghibur diri dengan menjadi warga yang baik di lingkungan tempat tinggalnya.
"Anna, assalamu'alaikum!"
"Walaikumsalam!"
Anna membuka pintu sambil menggendong Salman yang nyaris tertidur. Tanpa kata Syarief mengambil alih Salman dan ganti menggendongnya.
"Mas langsung ke musholla tadi?" Tanya Anna sambil mengunci pintu.
"Tidak ada waktu, jadi Mas ke musholla," jawab Syarief, menimang-nimang Salman yang mengigau tidak jelas.
"Mas..."
Syarief menggeleng, meminta Anna diam. Dia masuk ke kamar Salman dan menidurkan anak itu ke ranjangnya. Setelah itu barulah dia keluar untuk memberi penjelasan.
Mereka duduk di meja makan. Anna sudah masak makanan kesukaan Syarief. Jadi dia makan terlebih dulu sementara Anna duduk diam menunggu di depannya. Syarief sudah bisa menduga kalau Anna merasakan sesuatu.
"Mas..." Anna memulai begitu Syarief selesai makan.
"Mas habis dari rumah sakit. Daisy kecelakaan," ujar Syarief lugas.
Anna menahan nafas. Menatap pria di depannya dengan tatapan tak terbaca.
Syarief mengangguk, "Mas tahu, Mas minta maaf. Mas cuma mau memastikan dia baik-baik saja, tidak lebih."
Anna menghembuskan nafas lelah, "lalu apa dia baik-baik saja?"
"Cuma lecet di beberapa tempat dan tangan kiri yang patah. Selain itu dia baik-baik saja."
Anna tidak berkomentar.
"Kamu...marah, Anna?" Tanya Syarief ragu.
"Bohong kalau aku jawab tidak, Mas," kata Anna.
Syarief diam.
"Tapi, apakah dengan marah-marah Mas akan berhenti menemuinya?"
"Anna, Mas kan sudah bilang--"
"Iya, aku tahu, Mas. Sudah cukup. Aku tidak mau membahas masalah ini terus," sela Anna jengkel.
Syarief berdiri, "baiklah. Mas juga mau mandi dulu."
Anna tidak mencegah kepergian Syarief. Dia bertanya dalam hati, akan sampai kapan Syarief bersikap peduli pada gadis itu? Jika seperti ini terus, mustahil jika Syarief tidak akan luluh. Anna sudah meminta suaminya itu untuk tetap mengajar di sekolah karena ada jaminan...oke, dia memang egois. Tapi, dia melakukan semua ini untuk keluarganya.
"Ampuni hamba, yaa Allah..."
----
"Nak Syarief?"
Syarief mendongak memandang wanita separuh baya yang berdiri di hadapannya.
"Saya, Bu. Maaf, ibu siapa ya?" Tanya Syarief, dia mengerling Agus yang juga terlihat bingung.
Wanita itu tersenyum, "saya Rena, Mama nya Daisy."
Syarief mengerjap, dia memandang Agus, pria itu mengangkat bahunya. Syarief kembali memandang tamunya, "oh silahkan duduk, Bu."
Rena pun duduk, dia memandang sekeliling ruangan guru itu dan tersenyum pada pria di depannya.
"Kalau boleh tahu, kenapa ibu mencari saya?" Tanya Syarief.
"Ini tentang Daisy, anak ibu..."
Kening Syarief berkerut, "kenapa dengannya?"
Rena menarik nafas panjang, "ibu mohon nak Syarief mau menikahi Daisy."
Syarief menganga.
Apa ini?!
-----
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Hati ( Aku, Kamu & Dia ) √
RomanceSyarief Maulana meninggalkan kampung halaman dan mulai mengadu nasib di luar kota. Dia juga mau melupakan masa lalunya. Dia kemudian menikah dengan seorang gadis yang di kenalkan salah satu teman padanya. Anak dari seorang kiyai pengurus pesantren...