XXXXX
*
*
*Episode 19
---
"Anna, kamu ingat apa yang sudah Mas katakan kemarin, kan?" Tanya Syarief lembut, mengusap lengan Anna yang tergeletak di atas meja. Istrinya itu sedang dalam pose meletakkan kepalanya di atas meja, merenung sejak beberapa menit yang lalu.
"Aku ingat. Aku gak mungkin lupa, mas..." Sahut Anna, lirih.
Syarief tersenyum, "lantas? Kenapa toh muka kamu kaya yang lagi galau gitu...?"
Anna menegakkan tubuhnya, memandang lurus ke manik mata suaminya yang masih saja tersenyum santai. Dia tidak bisa untuk tidak berpikir yang aneh-aneh. Apalagi jika mengingat ucapan Daisy...gadis itu benar-benar! Anna sudah sangat muak! Tapi dia bisa apa? Suaminya terus saja meminta agar dia bersabar dan percaya dan tak lupa untuk mengabaikan apapun yang Daisy ucapkan. Tapi Anna tahu jika Daisy bisa menjadi sangat nekat!
Menyebalkan.
"Kamu mau Mas bagaimana dong agar semuanya membaik seperti semula? Mas tidak memiliki mesin waktu," kata Syarief, bercanda.
Anna merengut, "emang tidak ada yang harus di lakukan. Aku cuma kesal."
"Uluh uluh uluh... Istrinya siapa sih ini..." Syarief sengaja menggoda sambil mencubit kedua pipi Anna.
"Iiih... Aku tuh bukan Salman, Mas." Protes Anna, melepaskan tangan Syarief dari wajahnya.
"Loh? Siapa juga yang bilang kalau kamu itu Salman, hm?" Seloroh Syarief.
Anna mencebik, tapi dia juga tersenyum, menghargai usaha suaminya, "mas alay ih! Gak malu sama umur?" Ejeknya.
"Biarin, alay depan istri sendiri ini," sahut Syarief dengan santainya.
Anna menghembuskan nafas panjang, "jadi gimana kata pak Amin tadi?" Dia mengganti topik dan suasana.
Syarief mengangguk semangat, "katanya mas tinggal datang saja ke madrasah. Memang bayarannya tidak sebesar waktu di sekolah..."
Anna tersenyum, "tidak apa-apa, mas. Kita kan juga punya tabungan. Nanti aku mau jualan juga di sini, biar ada tambahan. Ehm kalau mas ijinin sih..."
"Mau jualan? Buka warung maksudnya?" Syarief memastikan.
Anna mengangguk, "iya...kalau boleh."
"Asal tidak membebani kamu, mas sih terserah kamu saja, Anna."
Anna tersenyum lebar.
"Tapi kamu juga harus bisa bagi waktu dengan Salman," kata Syarief lagi.
"Tentu Mas."
---
Rena mengerling ke arah Michael. Mereka sarapan berdua saja karena Daisy tidak ada di rumah. Rena sendiri tidak tahu di mana persisnya gadis itu. Daisy cuma mengatakan dia akan berkunjung ke hunian baru Syarief.
"Ada yang ingin kamu katakan, Rena?" Celetuk Michael.
Rena tergagap dan cepat-cepat meraih sendoknya, mulai makan. Yang membuat Rena agak kecewa adalah, sikap Michael belakangan ini pada Daisy. Lihat, biasanya pria itu akan mencari dan bertanya di mana Daisy saat sarapan. Sekarang? Melirik kursi kosong yang biasanya di duduki Daisy saja tidak, apalagi bertanya...
"Rena?"
"Tidak ada, Pa..." Sahut Rena cepat.
Michael mendesah, dia berdiri, merapihkan jasnya, "papa berangkat. Lebih baik kamu di rumah saja dan istirahat. Papa perhatikan wajahmu agak pucat."
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Hati ( Aku, Kamu & Dia ) √
RomanceSyarief Maulana meninggalkan kampung halaman dan mulai mengadu nasib di luar kota. Dia juga mau melupakan masa lalunya. Dia kemudian menikah dengan seorang gadis yang di kenalkan salah satu teman padanya. Anak dari seorang kiyai pengurus pesantren...