24

3.3K 163 8
                                    

XXXXX

*
*
*

Episode 24

---

Daisy tidak mendengarkan dengan serius apa yang di katakan dokter di depannya. Dia masih memikirkan sorot mata Syarief kemarin ketika mereka tidak sengaja bertemu di mall. Joshua sialan. Semua ini gara-gara cowok itu Syarief jadi salah paham. Daisy belum memiliki kesempatan untuk menjelaskan pada prianya itu. Dia tidak mau Syarief berpikir jika dia sudah melupakannya. Tidak tidak. Daisy bahkan meninggalkan Joshua begitu saja begitu Syarief pergi. Tidak peduli dengan taruhan bodoh itu lagi.

Arrghhh...!! Daisy masih saja kesal!

"Daisy, apa kamu masih mendengarkan ku?"

Daisy gelagapan, menatap dokternya dengan sorot rasa bersalah.

Dokter Ryan mendesah panjang, "aku mengerti jika ini berat. Aku paham jika kamu banyak pikiran. Kamu bisa pulang dan istirahat."

Daisy tersenyum canggung, "maaf dokter. Saya tidak bermaksud..."

Dokter Ryan tersenyum mafhum, "tidak apa-apa. Lain kali kita bisa diskusi bersama. Atau aku bisa berbicara dengan Bu Rena juga tidak masalah."

Daisy tidak menjawab.

"Istirahat yang cukup dan jangan banyak stress, itu bisa membantu."

Daisy berdiri, sadar sudah di usir secara halus, "kalau begitu saya pulang. Terima kasih, dok."

"Sampai jumpa lagi, Daisy."

Daisy mengangguk, meninggalkan ruangan dokter Ryan dan rumah sakit. Tidak tahu lagi harus kemana. Belakangan ini, mamanya agak sibuk. Daisy curiga ini bagian dari rencana kakeknya agar Daisy tidak bisa berbicara dengan sang ibu. Daisy sebal pada Kakek tua itu.

"Sekarang kemana? Pulang? Yang benar saja, ini masih jam sebelas!" Sungut Daisy ketika dia menunggu taksi di depan rumah sakit.

Akhirnya Daisy kembali ke mall itu. Dia tidak tahu kenapa hatinya menuntun untuk pergi ke sana. Entahlah, dia masih saja memikirkan sorot mata Syarief yang tidak terbaca itu. Dia tidak tahu, apakah Syarief marah atau kecewa padanya kala itu...

Menunduk, Daisy masuk ke restoran cepat saji, duduk di salah satu meja terluar dan memandang menerawang. Berkhayal, andai saja dia bisa menikmati waktu sendirian dengan Syarief, hal itu pasti akan terasa menyenangkan. Tanpa Anna yang cuma bisa menggerutu dan berkata ketus. Tidak, Daisy tidak membenci wanita itu. Dia mengerti kenapa Anna bersikap seperti itu. Yang dia tidak habis pikir, kenapa Anna terlalu egois untuk menerimanya. Sebenarnya Anna itu muslimah bukan sih?

Puk.

Sebuah tepukan di bahu di rasakan oleh Daisy. Dia menoleh dan menganga, "kamu?"

Cowok itu Joshua. Nyengir lebar dan duduk begitu saja di depan Daisy. Meletakkan nampan berisi dua porsi makan siang.

"Daritadi aku perhatikan kamu bengong. Jadi, aku inisiatif beliin makan siang. Nih..." Ujar Joshua, memberikan satu porsi untuk Daisy, lengkap dengan minuman bersoda warna merah itu. Joshua nyengir, "gak suka? Sadar gak sih, daritadi kamu udah di lirik sinis sama pegawai sini karena duduk enak tanpa memesan," bisiknya.

Mendengus, Daisy meminum dengan rakus sodanya sambil mendelik pada Joshua, "kenapa kamu ke sini?" Sungut Daisy.

Joshua memakan ayamnya sebelum menjawab, "aku kerja di sini," ujarnya.

Alis Daisy naik, "jadi cleaning service?" Tanyanya.

Joshua tergelak, "bukan. Aku ini anak pemilik mall ini," ujarnya bangga.

3 Hati ( Aku, Kamu & Dia ) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang