21. Kesederhanaan

52.7K 5.4K 395
                                    

Maaf baru update, semalam ngantuk banget jadi gak ngetik. Ngetik pas abis sahur, nungguin adzan.

Oya untuk tahu daftar ceritaku yang bisa dibaca di wattpad, yang bisa dibaca di dreame, yang sedang on going, termasuk cerita yang hiatus, ada di profilku. Kalau udah lihat daftarnya, insya Allah nanti tahu ada dua cerita yang sedang Hiatus jadi tak perlu ditunggu updatenya.

Cerita yang ada di wattpad ini yang dosen series, saling berkaitan satu sama lain. Saran urutan membaca :
1. Dear Pak Dosen (completed)
2. My Baby, My Strength (completed)
3. Brondong, I'm in Love (completed)
4. Mengejarmu Sampai Halal (completed).
5. Adira (on going)
6. Dear, Pak Dosen 2 (on going)

Btw nggak perlu membandingkan antar cerita ya. Misal lebih suka cerita A dibanding B, ya udah ikuti A, tanpa harus membandingkan dengan B dan tak perlu minta update A di lapak B, begitu juga sebaliknya. Kalau sempat insya Allah di-up. Bulan Ramadhan ini aku emang slow update.

Happy reading...

Aku dan Axel datang ke kampus naik angkot. Motor Axel ada di bengkel karena ada kerusakan yang menyebabkan motornya mogok. Ini pertama kali Axel berangkat ke kampus setelah sebelumnya beristirahat di rumah sampai kakinya sembuh seperti sedia kala.

Ketika kami berjalan beriringan di sepanjang koridor, tak sedikit yang menyapa sekaligus bersorak meledek, "Manten anyar, nih... Pengantin baru." Sepertinya rona merah tengah menghiasai wajahku. Malu sih diledek, tapi tak apa. Kami sudah halal jadi tak perlu malu.

Hal yang tak terduga adalah saat kami berpapasan dengan Mas Sakha. Ia mengulas senyum. Aku dan Axel mengangguk dan tersenyum. Pasca menikah dengan Alea, Mas Sakha terlihat lebih ceria. Aku bahagia dengan pernikahan mereka. Aku selalu melihat chemistry yang kuat diantara mereka.

Setiba di kelas, teman-teman menyambut kedatangan kami dengan ledekan-ledekan khas mereka. Mereka senang melihat Axel kembali ke kelas, tapi yang lebih menarik perhatian mereka justru mengomentari status baru kami sebagai suami-istri.

Dito dan Devano, yang selalu menjadi terdepan untuk urusan meledek orang seolah tiada bosannya meledek Axel habis-habisan.

"Papah, habis nikah auranya beda banget. Kelihatan lebih seger dan cerah," tukas Dito sembari menaikkan alisnya.

Devano tertawa cekikikan, "Maklum sudah ada yang mengurus. Ada yang masakin, ada yang mijitin, ada yang jadi tempat curhat, ada yang kasih semangat. Nggak kayak kamu Dit, selalu kesepian mengenaskan."

Teman-teman yang lain tertawa.

"Gimana sih rasanya menikah muda? Aku pingin..." Sesha memilin rambutnya, menatapku dan Axel bergantian.

Aku dan Axel saling berpandangan.

"Rasanya luar biasa. Iya kan, Mah?" Axel menaikkan alisnya seakan meminta persetujuanku.

Aku mengangguk.

"Aku bersyukur dengan pernikahan ini. Buat aku, menikah itu jembatan untuk beribadah. Ada hadits yang mengatakan bahwa Allah akan memberi pertolongan pada orang yang menikah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ada tiga orang yang akan mendapatkan pertolongan Allah: (1) orang yang berjihad di jalan Allah, (2) orang yang menikah demi menjaga kesucian dirinya, (3) budak mukatab yang ingin membebaskan dirinya." (HR. An-Nasa'i, no. 3218; Tirmidzi, no. 1655; Ibnu Majah, no. 2518. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

"Banyak banget sih kebaikan yang aku dan Axel rasakan setelah menikah. Rasanya tak cukup kalau dijabarkan satu per satu. Aku jadi semangat belajar masak, lebih semangat kuliah karena ingin meraih masa depan bersama suami, belajar menghargai pasangan dan memahami, belajar lebih sabar dan dewasa menyikapi persoalan. Dan yang pasti hati jauh lebih tenang dan aman karena ada seseorang yang berjuang bareng-bareng dan menemani saat susah maupun senang," lanjutku.

Adira-Axel (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang