26: Jangan pendam!

988 37 5
                                    

Happy Reading:

"Mungkin memendam rasa, bagi seorang perempuan adalah hal yang sangat wajar, dan perlu dilakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mungkin memendam rasa, bagi seorang perempuan adalah hal yang sangat wajar, dan perlu dilakukan. Tapi untuk seseorang pria, memendam rasa sama saja menyerahkan diri untuk menyesali akhir. Karena tugas pria mengakui bukan menanti."

=========================

Brakk___

Cathlyn menatap tajam si pengemudi mobil yang berada di sampingnya, tangannya ia gunakan untuk mengusap dahinya yang sedikit sakit akibat terbentur dengan dashboard mobil. Karena si pengemudi dengan tiba-tiba malah ngerem mendadak, kan Cathlyn kaget, apalagi emosinya masih ada di ubun ubun ini.

Si pengemudi menelan salivanya perlahan saat melihat tatapan maut dari Cathlyn. "Lampu merah Cathlyn, harus berhenti," ujarnya membela diri.

"Nggak mendadak juga bego! Udah nyusahin, masih aja mau nyakitin gue." Cathlyn menunjuk dahinya yang sedikit berwarna merah, ia menatap tajam satu satunya manusia yang berada di dalam mobil bersamanya.

Damian-sipengemudi kembali menelan salivanya secara perlahan-lahan tapi pasti, hanya saja kali ini lebih banyak. "Sensi amat sih lo. Udah bolos lama banget, balik-balik cuma ambil tas sama bawa emosi. Kenapa sih?" Damian kembali melajukan mobilnya yang sempat terhenti kala lampu berwarna merah menyala.

"Males jelasinnya." Ya, Cathlyn males, sangat males malah jika ia harus menceritakan secara jelas tentang bagaimana si gadis yang berstatus adik kelasnya itu menyuruhnya menjahui pria yang masih memiliki tempat istimewa di hatinya. Hello, itu bocah belum tau aja kalo Cathlyn itu gadis yang sangat Calvin gilai dari dulu waktu ia pertama kali pindah ke jakarta sampai sekarang. Dan, dengan mudahnya gadis yang Cathlyn anggap lugu, malah dengan entengnya menyuruh ia menjahui Calvin, ternyata lugu covernya doang, aslinya mah... lugu lugu bangsat. Karena itu, sehabis perdebatan antar ia dan Fira, sebenarnya Firanya aja sih yang pengen debat soalnya Cathlyn hanya menjawab dengan dingin dan datar, ia langsung menuju ke UKS mencoba rileksasi agar emosinya menghempas jauh, sebenarnya maksudnya adalah tidur sampai jam terakhir. Akan tetapi saat bangun tidur emosinya masih bersemedi di dalam dirinya akibat Damian yang merengek seperti anak kecil agar ditemani untuk menjenguk Feni. Cathlyn sedikit heran dengan tingkah Damian, bukannya pria itu sedikit risih dengan keberadaan Feni ya... kan kalo ada Feni bakalan berkembang menjadi perdebatan. Tapi ini malah Damian sendiri yang ingin bertemu Feni. "Kok masuk ke mall? Katanya mau ke Feni, ya kerumah sakitlah bego," ujar Cathlyn saat Damian memarkirkan mobilnya di parkiran mall yang lumayan dekat dengan tempat Feni berada-rumah sakit.

"Bawa bingkisanlah, yuk masuk."

Memasuki mall, Cathlyn sedikit goyah akan prinsipnya untuk membeli hal yang diperlukan saja, saat matanya menangkap sederet baju atasan yang sangat menarik.

MOVE ON? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang